130
dampak langsung terhadap usaha yang mereka jalani. Mereka membuka usaha
tersebut untuk
memenuhi kebutuhan
ekonomi. Dengan adanya pengembangan obyek wisata penataran diharapkan mampu
meningkatkan jumlah pengunjung obyek wisata
penataran, sehingga
dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat
sekitar dalam menjalani usahanya.
E.Peran pemerintah
dalam pengembangan
obyek wisata
penataran terhadap pembangunan ekonomi lokal
Pengembangan obyek
wisata Penataran terhadap pembangunan ekonomi
lokal tidak lepas dari peran pemerintah. Hal ini terlihat dengan adanya kebijakan
pemerintah
tentang pariwisata
yang tercantum dalam peraturan daerah. Berikut
penjelasan tentang peran pemerintah dalam pengembangan obyek wisata Penataran
terhadap pembangunan ekonomi lokal:
1. Kebijakan Pemerintah
Salah satu kebijakan di bidang pariwisata adalah dengan dikeluarkanya
keputusan Bupati No. 237 tahun 2002, tentang penjabaran tugas dinas dan fungsi
informasi publik dan pariwisata Kabupaten Blitar. Tugas sub dinas pengembangan
sarana dan prasarana wisata diantaranya menyiapkan bahan pembinaan dan petunjuk
teknis pengembangan, pendayagunaan dan pembinaan serta pelestarian nilai-nilai
sejarah,
kepurbakalaan dan
kesenian tradisional dalam wilayah Kabupaten.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut
maka fungsi
yang harus
dilaksanakan adalah: a. Pengolahan
data sarana
dan prasarana wisata sebagai bahan
kebijakan dan pembinaan serta pengembangan objek wisata.
b. Pemantauan, pengaturan
dan pengurusan perizinan pemanfaatan
lingkungan kepariwisataan sebagai sumber pendapatan asli daerah
P AD. c. Penyusunan dan pengolahan data
sebagai bahan penyusunan laporan pelaksanaan
kegiatan pengembangan sarana dan prasarana
wisata. d. Penyelenggaraan sarana rekreasi,
pentas seni dan hiburan guna mendukung pengembangan sarana
dan prasarana wisata.
e. Pelestaraian nilai-nilai sejarah dan pengelolaan museum kepurbakalaan
serta pengamannan
penemuan benda-benda purbakala.
f. Pembinaan, pengembangan
dan pelestarian kesenian tradisional.
PENUTUP A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya, maka dapat diperoleh suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengembangan obyek wisata penataran
memberikan dampak positif terhadap pembangunan
ekonomi lokal.
Berdasarkan wawancara yang diperoleh dari
Dinas Pemuda
Olah Raga
Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Blitar, pengembangan obyek wisata
penataran berdampak langsung terhadap pembangunan ekonomi lokal. Hal ini di
dukung oleh pernyataan informan yang membuka usaha disekitar obyek wisata
penataran menyatakan bahwa obyek wisata penataran memberikan dampak
langsung terhadap usaha yang mereka jalani. Sehingga keberadaan obyek
wisata penataran dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Kabupaten Blitar.
2. Peran pemerintah dalam pengembangan obyek
wisata penataran
terhadap pembangunan ekonomi lokal yaitu,
pemerintah Kabupaten Blitar sendiri telah memberikan kebijakan tentang
pariwisata
yang tercantum
dalam peraturan hukum daerah Perda No. 9
tahun 2005, dengan adanya peaturan hukum baru yang dikeluarkan Undang-
131
Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Undang-Undang
daerah sehingga
merumuskan Perda baru. Tujuan dan sasaran dari kebijakan tersebut adalah
untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan,
peningkatan P AD,
peningkatan ekonomi masyarakat serta terjalinnya hubungan dengan investor
agar dapat
membantu dalam
pengembangan pariwisata di Kabupaten Blitar.
B. Saran
Berdasarkan beberapa
kesimpulan diatas, maka saran yang dapat peneliti
berikan antara lain kepada: 1 Bagi Dinas Pemuda Olah Raga
Kebudayaan Dan
Pariwisata Kabupaten Blitar Diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau saran yang positif bagi dinas
pemuda olah raga kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Blitar dalam
peningkatan pelayanan pariwisata serta promosi yang menarik agar dapat
menarik
minat wisatawan
untuk berkunjung ke obyek wisata penataran.
Selain itu meningkatkan Pengelolaan sarana dan prasarana wisata, sehingga
dapat
melestarikan peninggalan
sejarah yaitu bangunan candi penatrn serta obyek wisata yang lain di sekitar
kawasan penataran.
2 Bagi Lembaga Universitas Negeri Malang Hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai informasi atau pengembangan ilmu pengetahuan serta
sebagai
rujukan untuk
peneliti selanjutnya atau literatur pembaca di
perpustakaan. 3 Bagi
Peneliti Diharapkan
dapat menarik penelitian lanjutan, baik
dalam bidang maupun permasalahan yang sama atau masalah penelitian
yang
berkaitan dengan obyekwisata, pedagang
makananminuman, pedagang souvenir, juru parkir serta
usaha lain di sekitar obyek wisata sehingga penelitian tentang dampak
pengembangan obyek wisata penataran terhadap pembangunan ekonomi lokal
tidak terhenti sampai disini saja
DAFTAR RUJUKAN
Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Y ogyakarta: Graha
Ilmu. Alkadri, et al ed.. 1999. Manajemen
Teknologi untuk
Pengembangan Wilayah. Jakarta: BPPT Press.
Arsyad, L. 2004. Ekonomi pembangunan. Y ogyakarta: sekolah tinggi ilmu
ekonomi YKPN. Blakely, Edward J. 1994. Planning Local
Economic Development – Theory and Practice. California: Sage Publications.
Irawan, Drs.
2002. Ekonomika
Pembangunan. Jogjakarta: BPFE Karyono, Hari A. 1997. Kepariwisataan.
Jakarta: Gramedia Widiasarana. Listiana, Afri. 2005. Pengeruh Obyek
Wisata Candi Borobudur Terhadap Perilaku Sosial Ekonomi Pedagang Di
Kawasan Taman
Wisata Candi
Borobudur Kabupaten
Magelang. Skripsi
Fakultas Ilmu
Sosial, Semarang:
Universitas Negeri
Semarang, Online,
http:www.digilip.unnes.ac.id, diakses 10 Februari 2011.
Moleong , L. J. 2004. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya. Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata
Sebuah Pengantar.
Jakarta: P .T
Pradnya Paramita. Pitana, I, G. 2005. Sosiologi pariwisata:
kajian sosiologis terhadap struktur, system, dampak-dampak pariwisata.
Y ogyakarta: ANDI.
Rencana Startegis
Kementrian dan
Pariwisata Tahun 2010-2014, Online, httpwww.budpar.go.idfiledataRENST
RAKEMENBUDP AR2010.pdf, diakses 10 Februari 2011.
Sukirno, Sadono. 1996. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
132
Suryana Drs. 2000. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan. Jakarta:
Salemba Empat Suwantoro,
G. 2004.
Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI
Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan,
online, httpwww.budpar.go.idfiledataRENST
RAKEMENBUDP AR2010.pdf, diakses 27 Februari 2011.
Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2004 tentang
Kepariwisataan. Online,
http:www.pariwisata.go.iduu963- undang-undang-no-10-tahun-
009.html, diakses 10 Februari 2011.
Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Online,httpwww.kpu.go.iddmdocum entsUU_32_2004_Pemerintahan
Daerah.pdf, diakses 27 Februari 2011.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis,
Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Edisi Kelima. Malang: Biro
Administrasi Akademik, Perencanaan dan Sistem Informasi bekerjasama
dengan Penerbit Universitas Negeri Malang.
Wahyuning, Ririn. 2010. Pengembangan Desa
Wisata Bunga
Di Desa
Sidomulyo Kecamatan Batu Kota Batu.
Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Wardiyanta. 2006. Metode penelitian pariwisata. Y ogyakarta: ANDI.
Alamat Korespondensi Mega Puspita, Alumni Universitas Negeri Malang
E-mail : Mega_Puspita34yahoo.com Prih Hardinto, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
E-mail : ekonomi_umyahoo.com
Analisis Dampak Bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan Terhadap Kehidupan Masyarakat Miskin di Desa Pait
Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang
Mega Puspita Ningsih Prih Hardinto
Abstract
This study took a study case in Pait Village Kasembon Sub-district Malang Regency. With the objective is to know the descriptive of the poverty in Pait Village, a kind of proverty
reduction program, and the impact of poverty reduction program toward poor people life. This study used descriptive qualitative approach, that was he study which had an aim to
describe it sistematically, factual and accurate to the object that was the concern of the problem.The result study showed that basically this program of poverty reduction which
was held by government could help to light the burden of citizen life nad increase their prosperity, although actually that help was not enough to fulfill the entire of their family
needs. Basically, this program was not able to finish this problem of poor citizen economics in a whole, as yhe poverty phenomenon was like iceberg, it meant that if there is
a caming up case, there will be many more cases that are hiden and there will be in the middle of people.Based on this study, it was suggested for the government that in
addressing the problems of poverty, the government should not only provide physical relief, but also gives provision skills to the public poverty so that they could expect to live
independently without interference from the government. Key words: Reduction Program, Poverty.
Kemiskinan merupakan salah satu penyakit
dalam kehidupan ekonomi,
sehingga harus
disembuhkan atau
dikurangi. Permasalahan
kemiskinan memang merupakan permasalahan yang
kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan
kemiskinan
harus dilakukan
secara komprehensif, mencakup berbagai aspek
kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu M. Nasir, dkk. 2008.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga
pengertian: kemiskinan
absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural.
Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada
dibawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk
memenuhi kehidupan
hidup minimum
seperti: pangan,
sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang
yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun
masih berada di bawah kemampuan masyarakat
sekitarnya. Sedangkan
kemiskinan kultural berkaitan dengan sikap seseorang yang tidak mau berusaha
memperbaiki tingkat
kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang
membantunya. Masalah
kemiskinan merupakan
masalah yang dihadapi banyak daerah, terutama di desa pait kecamatan Kasembon.
Kemiskinan tersebut muncul
karena banyaknya jumlah pengangguran dan
134
terbatasnya lapangan kerja yang ada diwilayah perdesaan. Rendahnya tingkat
pendidikan warga masyarakat menjadi pemicu munculnya banyak pengangguran.
Untuk
mengatasi masalah
tersebut pemerintah perlu memberikan beberapa
bantuan program pemberdayaan masyarakat yang
bertujuan untuk
mengentaskan masalah kemiskinan. Berdasarkan Undang-
undang UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang
PROPENAS, Pemerintah
menetapkan upaya
penanggulangan kemiskinan sebagai satu dari beberapa
prioritas. Undang-undang
tersebut menjelaskan bahwa sasaran yang hendak
dicapai dalam
lima tahun
adalah berkurangnya jumlah penduduk miskin
absolut sebesar 4 persen dari tingkat kemiskinan pada tahun 1999 Chalid,
2006.
Ada beberapa
program bantuan
program yang dilakukan pemerintah dalam rangka menuntaskan masalah kemiskinan
seperti: Dana Biaya Operasional Sekolah BOS, Bantuan Langsung Tunai, Beras
Miskin, Jamkeskin, PNPM, dan program bantuan lainnya. Dengan adanya bantuan
tersebut
diharapkan kesejahteraan
masyarakat bisa meningkat dan beban hidup masyarakat menjadi lebih ringan.
METODE
Pada dasarnya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu model
penelitian yang berusaha untuk membuat gambaranpaparan dan menggali secara
cermat serta mendalam tentang fenomena sosial tertentu tanpa melakukan intervensi
dan hipotesis. Metode penelitian utama yang digunakan adalah kualitatif, akan
tetapi untuk melengkapi analisis akan ditampilkan dan diperkuat pula dengan
data-data yang bersifat kuantitatif, dengan pemahaman
bahwa penelitian
ini menggunakan paradigma kualitatif yang
dilengkapi dan diperkuat dengan data kuantitatif.
Kehadiran peneliti di lokasi penelitian mutlak diperlukan karena peneliti berperan
sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data dan pengumpul informasi dari hasil
penelitian. Peneliti memperoleh sumber informasi dari bapak Sunarto sebagai
kepala Desa Pait dan beberapa warga masyarakat desa Pait yang dikategorikan
sebagai warga miskinkurang mampu. Tujuan kehadiran peneliti dilapangan
adalah untuk mengamati secara langsung keadaan-keadaan atau kegiatan-kegiatan
yang
berlangsung, fenomena-fenomena
sosial dan gejala-gejala psikis yang terjadi di lapangan.
Lokasi penelitian ini adalah Desa Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang.
Pemilihan daerah ini sebagai lokasi penelitian karena Desa Pait tergolong
daerah dengan tingkat kemiskinan yang relatif tinggi, sehingga peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian di daerah tersebut, dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran umum kemiskinan di desa Pait, program-program
penanggulangan kemiskinanyang
dilakukan oleh
pemerintah, serta dampak bantuan program penanggulangan
kemiskinan terhadap
kehidupan masyarakat miskin di desa Pait kecamatan Kasembon kabupaten Malang.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data data skunder,
yang diperoleh dengan cara melakukan wawancara dengan penduduk miskin di
desa Pait dan aparatur pemerintah mulai dari tingkat desa sampai tingkat kabupaten
yang menangani dan berkaitan dengan program-program pengentasan kemiskinan.
Sedangkan data di peroleh dari badan yang menangani
masalah sosial
dan kependudukan kecamatan Kasembon, UPK
kecamatan Kasembon,
dan Badan
Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Malang.
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik survey
primer dan teknik survey skunder. Dalam survey sekunder data diperoleh dari badan
yang menangani masalah sosial dan kependudukan kecamatan Kasembon, UPK
kecamatan
Kasembon, dan
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
Kabupaten Malang. Sedangkan survey
135
primer terdiri
atas observasi
dan wawancara. Observasi dilakukan di Desa
Pait untuk
mengetahui pelaksanaan
program-program pengentasan kemiskinan atau hasil-hasil yang dicapai dari program-
program tersebut. Wawancara dilakukan dengan penduduk miskin di Desa Pait dan
aparatur pemerintahan mulai dari tingkat desa sampai tingkat kabupaten yang
berkaitan dengan program pengentasan kemiskinan.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah
selesai di lapangan. Selama dilapangan peneliti melakukan wawancara dengan
beberapa informan yaitu kepala desa Pait dan beberapa warga miskin dan mancari
beberapa data untuk mengetahui informasi yang diperlukan peneliti. Setelah pencarian
data dilapangan peneliti melakukan analisis berdasarkan hasil observasi yang diperoleh.
Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan beberapa teknik pemeriksaan,
antara lain: 1 Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data. Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dengan
sumber yaitu data diperoleh dari beberapa sumber, dengan melakukan wawancara
mendalam dengan beberapa informan. 2 Ketekunan pengamatan, Dalam penelitian
ini bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang ada di Desa
Pait yang sangat yaitu masalah kemiskinan, sehingga peneliti memusatkan diri pada hal
tersebut untuk menggali secara mendalam mengenai masalah kemiskinan, mulai dari
gambaran
umum dampak
bantuan kemiskinan,
jenis-jenis program
penanggulangan kemiskinan,
dampak bantuan
program penanggulangan
kemiskinan, dll. 3 Member cek, yaitu mengecek ulang secara garis besar terhadap
berbagai hal yang telah disampaikan oleh informan. Setelah peneliti melakukan
wawancara dengan beberapa rumah tangga miskin dan aparatur pemerintah, peneliti
menyampaikan atau mengulang kembali hasil wawancara yang disampaikan oleh
informan. Tahap-tahap dalam penelitian ini antara
lain: 1 Tahap persiapan, tahap kompilasi data, tahap analisis, tahap survey dan tahap
penutup. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Kemiskinan
Untuk mengukur tingkat kemiskinan di kabupaten Malang, BPS menggunakan
14 kriteria untuk menentukan rumah tangga miskin, yaitu:
1. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 meter persegi per
orang 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat
dari tanahbambukayu murahan 3. Jenis dinding tempat tinggal dari
bamburumbiakayu berkualrendahtembok
tanpadiplester
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besarbersama-sama dengan
rumah tangga lain 5. Sumber
penerangan rumah
tangga tidak menggunakan listrik 6. Sumber air minum berasal dari
sumurmata air
tidakterlindungsungaiair hujan 7. Bahan bakar untuk memasak
sehari-hari adalah
bakararangminyak tanah 8. Hanya
mengkonsumsi dagingsusuayam satu kali dalam
seminggu 9. Hanya membeli satu stel pakaian
baru dalam setahun 10. Hanya sanggup makan hanya
satudua kali dalam sehari 11. Tidak sanggup membayar biaya
pengobatan di
puskesmaspoliklinik 12. Sumber
penghasilan kepala
keluarga adalah petani dengan luas lahan500 m2, buruh tani,
nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan
lainnya dengan pendapatan di
136
bawah Rp. 600.000,- Enam Ratus Ribu Rupiah per bulan
13. Pendidikan tertinggi
kepala keluarga: tidak bersekolahtidak
tamat SDhanya SD 14. Tidak memiliki tabunganbarang
yang mudah dijual dengan nilai minimalRp. 500.000,- Lima
Ratus Ribu Rupiah, seperti sepeda motor kreditnon-kredit,
emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lain.
Untuk menghitung angka kemiskinan, BPS menghitung jumlah orang yang berada
di bawah garis kemiskinan. Untuk tahun 2010, apabila pengeluaran seseorang di
bawah Rp. 212.210 per bulan, maka orang tersebut dikategorikan miskin.
Dengan menggunakan indikator atau kriteria tersebut maka dapat diketahui
warga masyarakat di desa Pait yang digolongkan sebagai warga miskin. Pada
Tahun 2010 diketahui bahwa warga yang memenuhi kriteria tersebut sebanyak 741
KK, yaitu KK golongan Pra-sejahtera dan KK golongan sejahtera1 digolongkan
sebagai KK golongan miskin. Sehingga disimpulkan bahwa banyaknya keluarga
miskin sebesar 65.
Jumlah penduduk di Desa Pait pada tahun 2010 sebanyak 4.267 jiwa yang
terdiri dari 2.254 jiwa penduduk laki-laki dan 2.013 jiwa penduduk dengan jenis
kelamin perempuan. Jumlah penduduk tersebut terbagi dalam 1.135 KK. Rincian
jumlah keluarga miskin tersaji dalam tabel berikut:
T abel : Jumlah Keluarga Miskin tahun 2010
Jumlah rumah tangga miskin RTM di desa Pait dari tahun ke tahun berfluktuasi.
Hal ini terjadi karena jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Berikut adalah
perbandingan jumlah
penduduk miskin di desa Pait mulai dari tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011.
Gambar : Jumlah Penduduk, Jumlah KK, dan
Jumlah RTM Berdasarkan Perbandingan T ahun
Berdasarkan gambar
diatas, dijelaskan bahwa jumlah penduduk di desa
Pait dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 jumlah
penduduknya sebanyak 3.966 jiwa, 1.162 KK, dan jumlah rumah tangga miskin
sebanyak 746 KK. Pada tahun 2009 jumlah penduduk desa Pait meningkat, menjadi
4.240 jiwa, 1.116 KK, dan jumlah rumah tangga miskin menurun menjadi 636 KK.
Pada tahun 2010 jumlah penduduknya 4.267 jiwa, 1.135 KK, sedangkan jumlah
rumah
tangga miskin
mengalami peningkatan, yaitu 741 KK. Dan pada tahun
2011 jumlah
penduduk desa
Pait mengalami peningkatan lagi, yaitu 4.508
jiwa, 1.105 KK, dan jumlah rumah tangga miskin menurun menjadi 603 KK.
2. Jenis-jenis Program Bantuan Pokok-pokok program kegiatan dalam