Kebijakan Pemerintah JESP Edisi 4 Vol 1 Tahun 2012

130 dampak langsung terhadap usaha yang mereka jalani. Mereka membuka usaha tersebut untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Dengan adanya pengembangan obyek wisata penataran diharapkan mampu meningkatkan jumlah pengunjung obyek wisata penataran, sehingga dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar dalam menjalani usahanya. E.Peran pemerintah dalam pengembangan obyek wisata penataran terhadap pembangunan ekonomi lokal Pengembangan obyek wisata Penataran terhadap pembangunan ekonomi lokal tidak lepas dari peran pemerintah. Hal ini terlihat dengan adanya kebijakan pemerintah tentang pariwisata yang tercantum dalam peraturan daerah. Berikut penjelasan tentang peran pemerintah dalam pengembangan obyek wisata Penataran terhadap pembangunan ekonomi lokal:

1. Kebijakan Pemerintah

Salah satu kebijakan di bidang pariwisata adalah dengan dikeluarkanya keputusan Bupati No. 237 tahun 2002, tentang penjabaran tugas dinas dan fungsi informasi publik dan pariwisata Kabupaten Blitar. Tugas sub dinas pengembangan sarana dan prasarana wisata diantaranya menyiapkan bahan pembinaan dan petunjuk teknis pengembangan, pendayagunaan dan pembinaan serta pelestarian nilai-nilai sejarah, kepurbakalaan dan kesenian tradisional dalam wilayah Kabupaten. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut maka fungsi yang harus dilaksanakan adalah: a. Pengolahan data sarana dan prasarana wisata sebagai bahan kebijakan dan pembinaan serta pengembangan objek wisata. b. Pemantauan, pengaturan dan pengurusan perizinan pemanfaatan lingkungan kepariwisataan sebagai sumber pendapatan asli daerah P AD. c. Penyusunan dan pengolahan data sebagai bahan penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengembangan sarana dan prasarana wisata. d. Penyelenggaraan sarana rekreasi, pentas seni dan hiburan guna mendukung pengembangan sarana dan prasarana wisata. e. Pelestaraian nilai-nilai sejarah dan pengelolaan museum kepurbakalaan serta pengamannan penemuan benda-benda purbakala. f. Pembinaan, pengembangan dan pelestarian kesenian tradisional. PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengembangan obyek wisata penataran memberikan dampak positif terhadap pembangunan ekonomi lokal. Berdasarkan wawancara yang diperoleh dari Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Blitar, pengembangan obyek wisata penataran berdampak langsung terhadap pembangunan ekonomi lokal. Hal ini di dukung oleh pernyataan informan yang membuka usaha disekitar obyek wisata penataran menyatakan bahwa obyek wisata penataran memberikan dampak langsung terhadap usaha yang mereka jalani. Sehingga keberadaan obyek wisata penataran dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Kabupaten Blitar. 2. Peran pemerintah dalam pengembangan obyek wisata penataran terhadap pembangunan ekonomi lokal yaitu, pemerintah Kabupaten Blitar sendiri telah memberikan kebijakan tentang pariwisata yang tercantum dalam peraturan hukum daerah Perda No. 9 tahun 2005, dengan adanya peaturan hukum baru yang dikeluarkan Undang- 131 Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Undang-Undang daerah sehingga merumuskan Perda baru. Tujuan dan sasaran dari kebijakan tersebut adalah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, peningkatan P AD, peningkatan ekonomi masyarakat serta terjalinnya hubungan dengan investor agar dapat membantu dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Blitar.

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas, maka saran yang dapat peneliti berikan antara lain kepada: 1 Bagi Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Blitar Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau saran yang positif bagi dinas pemuda olah raga kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Blitar dalam peningkatan pelayanan pariwisata serta promosi yang menarik agar dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata penataran. Selain itu meningkatkan Pengelolaan sarana dan prasarana wisata, sehingga dapat melestarikan peninggalan sejarah yaitu bangunan candi penatrn serta obyek wisata yang lain di sekitar kawasan penataran. 2 Bagi Lembaga Universitas Negeri Malang Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau pengembangan ilmu pengetahuan serta sebagai rujukan untuk peneliti selanjutnya atau literatur pembaca di perpustakaan. 3 Bagi Peneliti Diharapkan dapat menarik penelitian lanjutan, baik dalam bidang maupun permasalahan yang sama atau masalah penelitian yang berkaitan dengan obyekwisata, pedagang makananminuman, pedagang souvenir, juru parkir serta usaha lain di sekitar obyek wisata sehingga penelitian tentang dampak pengembangan obyek wisata penataran terhadap pembangunan ekonomi lokal tidak terhenti sampai disini saja DAFTAR RUJUKAN Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Y ogyakarta: Graha Ilmu. Alkadri, et al ed.. 1999. Manajemen Teknologi untuk Pengembangan Wilayah. Jakarta: BPPT Press. Arsyad, L. 2004. Ekonomi pembangunan. Y ogyakarta: sekolah tinggi ilmu ekonomi YKPN. Blakely, Edward J. 1994. Planning Local Economic Development – Theory and Practice. California: Sage Publications. Irawan, Drs. 2002. Ekonomika Pembangunan. Jogjakarta: BPFE Karyono, Hari A. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia Widiasarana. Listiana, Afri. 2005. Pengeruh Obyek Wisata Candi Borobudur Terhadap Perilaku Sosial Ekonomi Pedagang Di Kawasan Taman Wisata Candi Borobudur Kabupaten Magelang. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Semarang: Universitas Negeri Semarang, Online, http:www.digilip.unnes.ac.id, diakses 10 Februari 2011. Moleong , L. J. 2004. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar. Jakarta: P .T Pradnya Paramita. Pitana, I, G. 2005. Sosiologi pariwisata: kajian sosiologis terhadap struktur, system, dampak-dampak pariwisata. Y ogyakarta: ANDI. Rencana Startegis Kementrian dan Pariwisata Tahun 2010-2014, Online, httpwww.budpar.go.idfiledataRENST RAKEMENBUDP AR2010.pdf, diakses 10 Februari 2011. Sukirno, Sadono. 1996. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 132 Suryana Drs. 2000. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan. Jakarta: Salemba Empat Suwantoro, G. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, online, httpwww.budpar.go.idfiledataRENST RAKEMENBUDP AR2010.pdf, diakses 27 Februari 2011. Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2004 tentang Kepariwisataan. Online, http:www.pariwisata.go.iduu963- undang-undang-no-10-tahun- 009.html, diakses 10 Februari 2011. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Online,httpwww.kpu.go.iddmdocum entsUU_32_2004_Pemerintahan Daerah.pdf, diakses 27 Februari 2011. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Edisi Kelima. Malang: Biro Administrasi Akademik, Perencanaan dan Sistem Informasi bekerjasama dengan Penerbit Universitas Negeri Malang. Wahyuning, Ririn. 2010. Pengembangan Desa Wisata Bunga Di Desa Sidomulyo Kecamatan Batu Kota Batu. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Wardiyanta. 2006. Metode penelitian pariwisata. Y ogyakarta: ANDI. Alamat Korespondensi Mega Puspita, Alumni Universitas Negeri Malang E-mail : Mega_Puspita34yahoo.com Prih Hardinto, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang E-mail : ekonomi_umyahoo.com Analisis Dampak Bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan Terhadap Kehidupan Masyarakat Miskin di Desa Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang Mega Puspita Ningsih Prih Hardinto Abstract This study took a study case in Pait Village Kasembon Sub-district Malang Regency. With the objective is to know the descriptive of the poverty in Pait Village, a kind of proverty reduction program, and the impact of poverty reduction program toward poor people life. This study used descriptive qualitative approach, that was he study which had an aim to describe it sistematically, factual and accurate to the object that was the concern of the problem.The result study showed that basically this program of poverty reduction which was held by government could help to light the burden of citizen life nad increase their prosperity, although actually that help was not enough to fulfill the entire of their family needs. Basically, this program was not able to finish this problem of poor citizen economics in a whole, as yhe poverty phenomenon was like iceberg, it meant that if there is a caming up case, there will be many more cases that are hiden and there will be in the middle of people.Based on this study, it was suggested for the government that in addressing the problems of poverty, the government should not only provide physical relief, but also gives provision skills to the public poverty so that they could expect to live independently without interference from the government. Key words: Reduction Program, Poverty. Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam kehidupan ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu M. Nasir, dkk. 2008. Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kehidupan hidup minimum seperti: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedangkan kemiskinan kultural berkaitan dengan sikap seseorang yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya. Masalah kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi banyak daerah, terutama di desa pait kecamatan Kasembon. Kemiskinan tersebut muncul karena banyaknya jumlah pengangguran dan 134 terbatasnya lapangan kerja yang ada diwilayah perdesaan. Rendahnya tingkat pendidikan warga masyarakat menjadi pemicu munculnya banyak pengangguran. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah perlu memberikan beberapa bantuan program pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk mengentaskan masalah kemiskinan. Berdasarkan Undang- undang UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang PROPENAS, Pemerintah menetapkan upaya penanggulangan kemiskinan sebagai satu dari beberapa prioritas. Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa sasaran yang hendak dicapai dalam lima tahun adalah berkurangnya jumlah penduduk miskin absolut sebesar 4 persen dari tingkat kemiskinan pada tahun 1999 Chalid, 2006. Ada beberapa program bantuan program yang dilakukan pemerintah dalam rangka menuntaskan masalah kemiskinan seperti: Dana Biaya Operasional Sekolah BOS, Bantuan Langsung Tunai, Beras Miskin, Jamkeskin, PNPM, dan program bantuan lainnya. Dengan adanya bantuan tersebut diharapkan kesejahteraan masyarakat bisa meningkat dan beban hidup masyarakat menjadi lebih ringan. METODE Pada dasarnya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu model penelitian yang berusaha untuk membuat gambaranpaparan dan menggali secara cermat serta mendalam tentang fenomena sosial tertentu tanpa melakukan intervensi dan hipotesis. Metode penelitian utama yang digunakan adalah kualitatif, akan tetapi untuk melengkapi analisis akan ditampilkan dan diperkuat pula dengan data-data yang bersifat kuantitatif, dengan pemahaman bahwa penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif yang dilengkapi dan diperkuat dengan data kuantitatif. Kehadiran peneliti di lokasi penelitian mutlak diperlukan karena peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data dan pengumpul informasi dari hasil penelitian. Peneliti memperoleh sumber informasi dari bapak Sunarto sebagai kepala Desa Pait dan beberapa warga masyarakat desa Pait yang dikategorikan sebagai warga miskinkurang mampu. Tujuan kehadiran peneliti dilapangan adalah untuk mengamati secara langsung keadaan-keadaan atau kegiatan-kegiatan yang berlangsung, fenomena-fenomena sosial dan gejala-gejala psikis yang terjadi di lapangan. Lokasi penelitian ini adalah Desa Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang. Pemilihan daerah ini sebagai lokasi penelitian karena Desa Pait tergolong daerah dengan tingkat kemiskinan yang relatif tinggi, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di daerah tersebut, dengan tujuan untuk mengetahui gambaran umum kemiskinan di desa Pait, program-program penanggulangan kemiskinanyang dilakukan oleh pemerintah, serta dampak bantuan program penanggulangan kemiskinan terhadap kehidupan masyarakat miskin di desa Pait kecamatan Kasembon kabupaten Malang. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data data skunder, yang diperoleh dengan cara melakukan wawancara dengan penduduk miskin di desa Pait dan aparatur pemerintah mulai dari tingkat desa sampai tingkat kabupaten yang menangani dan berkaitan dengan program-program pengentasan kemiskinan. Sedangkan data di peroleh dari badan yang menangani masalah sosial dan kependudukan kecamatan Kasembon, UPK kecamatan Kasembon, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik survey primer dan teknik survey skunder. Dalam survey sekunder data diperoleh dari badan yang menangani masalah sosial dan kependudukan kecamatan Kasembon, UPK kecamatan Kasembon, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang. Sedangkan survey 135 primer terdiri atas observasi dan wawancara. Observasi dilakukan di Desa Pait untuk mengetahui pelaksanaan program-program pengentasan kemiskinan atau hasil-hasil yang dicapai dari program- program tersebut. Wawancara dilakukan dengan penduduk miskin di Desa Pait dan aparatur pemerintahan mulai dari tingkat desa sampai tingkat kabupaten yang berkaitan dengan program pengentasan kemiskinan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Selama dilapangan peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan yaitu kepala desa Pait dan beberapa warga miskin dan mancari beberapa data untuk mengetahui informasi yang diperlukan peneliti. Setelah pencarian data dilapangan peneliti melakukan analisis berdasarkan hasil observasi yang diperoleh. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan beberapa teknik pemeriksaan, antara lain: 1 Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data. Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dengan sumber yaitu data diperoleh dari beberapa sumber, dengan melakukan wawancara mendalam dengan beberapa informan. 2 Ketekunan pengamatan, Dalam penelitian ini bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang ada di Desa Pait yang sangat yaitu masalah kemiskinan, sehingga peneliti memusatkan diri pada hal tersebut untuk menggali secara mendalam mengenai masalah kemiskinan, mulai dari gambaran umum dampak bantuan kemiskinan, jenis-jenis program penanggulangan kemiskinan, dampak bantuan program penanggulangan kemiskinan, dll. 3 Member cek, yaitu mengecek ulang secara garis besar terhadap berbagai hal yang telah disampaikan oleh informan. Setelah peneliti melakukan wawancara dengan beberapa rumah tangga miskin dan aparatur pemerintah, peneliti menyampaikan atau mengulang kembali hasil wawancara yang disampaikan oleh informan. Tahap-tahap dalam penelitian ini antara lain: 1 Tahap persiapan, tahap kompilasi data, tahap analisis, tahap survey dan tahap penutup. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Kemiskinan Untuk mengukur tingkat kemiskinan di kabupaten Malang, BPS menggunakan 14 kriteria untuk menentukan rumah tangga miskin, yaitu: 1. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 meter persegi per orang 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanahbambukayu murahan 3. Jenis dinding tempat tinggal dari bamburumbiakayu berkualrendahtembok tanpadiplester 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besarbersama-sama dengan rumah tangga lain 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik 6. Sumber air minum berasal dari sumurmata air tidakterlindungsungaiair hujan 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah bakararangminyak tanah 8. Hanya mengkonsumsi dagingsusuayam satu kali dalam seminggu 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun 10. Hanya sanggup makan hanya satudua kali dalam sehari 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmaspoliklinik 12. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di 136 bawah Rp. 600.000,- Enam Ratus Ribu Rupiah per bulan 13. Pendidikan tertinggi kepala keluarga: tidak bersekolahtidak tamat SDhanya SD 14. Tidak memiliki tabunganbarang yang mudah dijual dengan nilai minimalRp. 500.000,- Lima Ratus Ribu Rupiah, seperti sepeda motor kreditnon-kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lain. Untuk menghitung angka kemiskinan, BPS menghitung jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan. Untuk tahun 2010, apabila pengeluaran seseorang di bawah Rp. 212.210 per bulan, maka orang tersebut dikategorikan miskin. Dengan menggunakan indikator atau kriteria tersebut maka dapat diketahui warga masyarakat di desa Pait yang digolongkan sebagai warga miskin. Pada Tahun 2010 diketahui bahwa warga yang memenuhi kriteria tersebut sebanyak 741 KK, yaitu KK golongan Pra-sejahtera dan KK golongan sejahtera1 digolongkan sebagai KK golongan miskin. Sehingga disimpulkan bahwa banyaknya keluarga miskin sebesar 65. Jumlah penduduk di Desa Pait pada tahun 2010 sebanyak 4.267 jiwa yang terdiri dari 2.254 jiwa penduduk laki-laki dan 2.013 jiwa penduduk dengan jenis kelamin perempuan. Jumlah penduduk tersebut terbagi dalam 1.135 KK. Rincian jumlah keluarga miskin tersaji dalam tabel berikut: T abel : Jumlah Keluarga Miskin tahun 2010 Jumlah rumah tangga miskin RTM di desa Pait dari tahun ke tahun berfluktuasi. Hal ini terjadi karena jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berikut adalah perbandingan jumlah penduduk miskin di desa Pait mulai dari tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011. Gambar : Jumlah Penduduk, Jumlah KK, dan Jumlah RTM Berdasarkan Perbandingan T ahun Berdasarkan gambar diatas, dijelaskan bahwa jumlah penduduk di desa Pait dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 jumlah penduduknya sebanyak 3.966 jiwa, 1.162 KK, dan jumlah rumah tangga miskin sebanyak 746 KK. Pada tahun 2009 jumlah penduduk desa Pait meningkat, menjadi 4.240 jiwa, 1.116 KK, dan jumlah rumah tangga miskin menurun menjadi 636 KK. Pada tahun 2010 jumlah penduduknya 4.267 jiwa, 1.135 KK, sedangkan jumlah rumah tangga miskin mengalami peningkatan, yaitu 741 KK. Dan pada tahun 2011 jumlah penduduk desa Pait mengalami peningkatan lagi, yaitu 4.508 jiwa, 1.105 KK, dan jumlah rumah tangga miskin menurun menjadi 603 KK.

2. Jenis-jenis Program Bantuan Pokok-pokok program kegiatan dalam