GEJALA YANG TIDAK DILAPORKAN

Pemeriksaan Gerontologi Medik dan Evaluasi Klinis Menfri Layanto, S.Ked 406080025 terganggunya aktifitas hidup sehari-hari, dan penyangkalan gejala. Oleh karena itu, kita harus dapat menganalisa efek penuaan terhadap perilaku pasien selama sakit. Pandangan mengenai kesehatan tergantung pada status kesehatan lansia itu sendiri, termasuk timbulnya penyakit dan tingkat keparahannya, tempat tinggal dan ruang lingkup pasien, serta batasan dan harapannya yang berkaitan dengan kesehatan. Misalnya saja seorang lansia yang hidup mandiri dalam sebuah rumah akan menganggap kondisi disabilitas pada dirinya sebagai beban yang lebih berat bila dibandingkan dengan lansia yang tinggal dalam Sasana Tresna Werdha. Seiring dengan peningkatan umur pasien, pandangan mengenai kesehatan sepertinya berkurang tanpa dipengaruhi oleh status kesehatannya. Lansia yang meremehkan penyakit tentu saja beresiko untuk tidak mendapat perawatan. Sebaliknya pandangan yang terlalu mementingkan kesehatan kadangkala dianggap sebagai proses yang normal, sehingga disfungsi dianggap sebagai akibat dari faktor eksternal daripada sebagai penyakit. Misalnya saja kejadian jatuh dalam pandangan lansia ini dianggap sebagai resiko yang mungkin terjadi bila ada karpet yang terlipat, meja pegangan yang tidak stabil, kelelahan, penglihatan yang buruk bahkan kecerobohan ketika anda menjadi tua.Lansia cenderung menganggap remeh keparahan suatu penyakit ketika mengetahui bahwa dirinya menderita sakit. Serangan angina dianggap sebagai kelelahan otot akibat pekerjaan rumah tangga dan tersesat di dalam pusat perbelanjaan dianggap sebagai akibat penglihatan yang kurang awas. Hal ini mungkin terjadi akibat interaksi pasien dengan dokter pada masa lalu dimana keluhan pasien lansia sering dianggap remeh sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam memberi pertolongan. Pandangan tentang disabilitas dan penurunan fungsional di usia lanjut sepertinya menghasilkan kurangnya penekanan terhadap keparahan gejala dan penundaan pengobatan untuk memperbaikan kondisi. Studi terakhir baru-baru ini yang membandingkan penilaian tentang pandangan kesehatan antara usia paruh baya dengan lansia, ditemukan bahwa lansia cenderung pesimis, bahkan terlihat depresi dalam memandang kesehatannya. Hal ini menjadi karakteristik lansia dimana mereka telah putus asa dan sebagai konsekuensinya mereka menjadi tidak proaktif terhadap kesehatannya sendiri.

2. GEJALA YANG TIDAK DILAPORKAN

Telah diketahui secara luas bahwa membesar-besarkan gejala sebagai sesuatu yang serius adalah logis karena dengan begitu dapat cepat ditangani. Namun ada kalanya penyakit sering ditutupi bahkan tidak dilaporkan oleh lansia. Pada tahun 1950-an dan 1960-an beberapa ahli geriatri dari Skotlandia melakukan screening pada lansia dengan mengevaluasi status kesehatannya di dalam suatu masyarakat. Hal ini didokumentasikan agar nantinya dapat memainkan peranan penting dalam tercapainnya kepuasan terhadap pelayanan kesehatan. Dalam setiap sampelnya lansia mendapatkan dokter yang sesuai dan perawatan yang tidak dipungut biaya. Ternyata banyak terdapat penyakit seperti gagal jantung kongestif, presbiacusis, presbiopia, tuberkulosis, inkontinensia urine, anemia, bronchitis, kanker, defisiensi nutrisi, diabetes yang tidak terkontrol, imobilitas karena gangguan berjalan, gangguan gigi dan mulut yang mengurangi asupan makanan, demensia, dan depresi ditemukan pada lansia walaupun sebelumnya tidak dikeluhkan. Studi di Amerika pada tahun 1950 menemukan hampir 90 dari lansia mengalami gejala 30 hari sebelumnya, tapi hanya 30 yang berkonsultasi dan berobat ke dokter. Ketika ditanyakan kepada siapa lansia akan mencari pertolongan bila timbul sakit yang mendadak, hampir 90 memberi jawaban akan menghubungi keluarganya dan hanya 10 menghubungi dokter. Sepertiga dari keluarga lansia yang mendapatkan Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 6 April 2009 – 9 Mei 2009 56 Pemeriksaan Gerontologi Medik dan Evaluasi Klinis Menfri Layanto, S.Ked 406080025 laporan berpikir bahwa pasien tidak mendapatkan perawatan medis yang memadai bahkan menganggap lansia memperlihatkan gejala yang normal untuk orang seusianya. Sedangkan studi lain pada lansia yang hidup dalam komunitas mengungkapkan bahwa keluhan lebih bersifat minimal dan menetap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setidaknya hanya kurang dari 1 dari 2000 lansia yang dilaporkan kepada tenaga kesehatan, sedangkan sisanya tidak dilaporkan karena dianggap bukan masalah besar, tidak ada yang perduli, tidak ada yang dapat merubah keadaan itu atau tidak mau menggangu orang lain. Studi lain mengenai sikap dan perilaku kesehatan menemukan bahwa lansia memiliki kewaspadaan tinggi dalam health promotion, namun kurang proaktif dalam bertindak bila mengalami gejala dari suatu penyakit. Gejala yang melekat pada penuaan biasanya dapat memicu berbagai respon, antara lain : 1. Melihat dan menunggu, 2. Menerima gejala, 3. Menyangkal atau meminimalisasi gejala, 4. Menunda atau menghindari perawatan medis. Lansia menerima dan memahami secara adekuat tentang nyeri, malaise dan disabilitas pada dirinya tetapi sering tidak melaporkan gejalanya. Tentu saja hal tersebut tidak mendapatkan perhatian dan juga pengobatan. Penjelasan yang umum untuk hal ini adalah kepercayaan pasien bahwa usia tua itu sendiri menyebabkan penurunan fungsi yang tidak dapat dikoreksi serta adanya perasaan “sakit”. Pandangan semacam ini yang membuat lansia tidak mencari pertolongan untuk dirinya, secara diam-diam menjalani progresifitas penyakitnya dan tentu saja akan terbebani dengan hilangnya fungsi normal organ akibat penyakit yang tidak mendapat perawatan. Proses penuaan yang normal biasanya tercermin dari terpeliharanya kesehatan dan kemandirian lansia, dan adakalanya proses penuaan yang berhasil menggambarkan lansia yang memiliki kekuatan dan vitalitas seperti yang diusahakannya selama ini. Akan tetapi kurangnya kepedulian terhadap proses penuaan akan berakibat pada kemunduran dan kehilangan fungsi dari lansia itu sendiri. Sehingga kemunduran fungsi yang berat secara tiba-tiba pada lansia akan dianggap karena oleh penyakit dan bukan karena mereka menjadi tua.Peningkatan kehilangan fungsi kognitif pada lansia turut mengambil bagian dalam mendeteksi penyakit, terutama pada pasien demensia yang melaporkan lebih sedikit keluhan dan kecenderungan berkurangnya semangat ketika menyampaikan keluhan. Beberapa dokumentasi tentang berbagai gejala yang tidak dilaporkan oleh lansia sepertinya bertentangan dengan pasien lansia yang dijumpai di klinik, karena pasien seringkali bersifat hipochondriacal, dimana pasien menyampaikan keluhan tiada akhir untuk menguji kesabaran dari dokter yang merawatnya serta adanya kebiasaan “doctor shopping” yang didorong oleh keinginan pasien untuk mendapatkan perhatian padahal belum tentu pasien menderita penyakit yang jelas.

3. PERILAKU PENYAKIT