PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN - PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Gerontologi Medik dan Evaluasi Klinis Menfri Layanto, S.Ked 406080025

2. PEMERIKSAAN FISIK

Dengan banyaknya penyakit yang diderita lansia maka dengan sendirinya akan diperlukan banyak waktu untuk melakukan pemeriksaan fisik yang adekuat, namun seringkali hanya sedikit waktu yang disediakan dokter untuk melayani lansia. Ada beberapa aspek dalam pemeriksaan fisik yang membutuhkan perhatian khusus pada lansia, tapi prinsip pemeriksaan tetap sama pada setiap individu dari berbagai usia. Hanya beberapa manuver yang memerlukan perhatian khusus dan beberapa penemuan penting yang dianggap cukup berharga untuk menilai kondisi lansia. Perhatian lebih harus ditujukan pada evaluasi tanda vital. Misalnya pada pengukuran tekanan darah, sebaiknya dilakukan pada saat pasien berbaring tenang selama kurang lebih 10 menit, dan pada saat berdiri selama kurang lebih 3 menit, hal ini bertujuan untuk menyingkirkan adanya hipotensi postural. Catatan harus dibuat, baik pada saat pasien mengalami gejala atau tidak selama berdiri, dan setiap perubahan tekanan darah dan nadi sebaiknya dicatat pula. Denyut nadi secara rutin dicatat pada setiap individu tapi kelemahan baroreflek pada lansia bermanfaat untuk mengetahui adanya takikardi dan tingkatannya pada saat tekanan darah jatuh bila pasien berdiri. Pengukuran tinggi badan penting dilakukan untuk mengukur Indeks Massa Tubuh, tapi lansia harus tetap ditimbang setiap kali akan melakukan evaluasi medik pada berbagai kondisi. Pengukuran berat badan penting dalam menentukan status gizi dan menghitung angka kebutuhan cairan, selain itu kehilangan berat badan pada lansia tanpa disadari merupakan hal yang berbahaya. Kulit pada lansia seringkali menampilkan banyak abnormalitas. Penilaian turgor kulit cenderung sulit dilakukan karena dengan bertambahnya usia terjadi pengurangan jumlah lemak subkutan dan kulit lansia menjadi keriput. Maka untuk menilai turgor sebaiknya dilakukan di daerah pipi. Beberapa area kulit yang mengalami ruam akibat penekanan perlu juga dievaluasi, termasuk adanya hiperpigmentasi dan hyperkeratosis. Area penekanan yang kecil sekalipun dapat mencetuskan timbulnya luka dan harus mendapat perhatian untuk 2 alasan. Pertama, adanya satu luka kecil akibat penekanan akan memicu timbulnya luka baru di tempat lainnya dan kedua, kebanyakan luka akibat penekanan berbentuk kerucut dengan puncak di kulit dan melebar pada bagian dalamnya hingga mengenai jaringan subkutan bahkan otot. Beberapa aspek dari leher dan kepala juga mendapat perhatian lebih pada lansia. Dahulu adanya arcus senilis pada mata dikatakan merupakan tanda dari penyakit kardiovaskular yang dini, akan tetapi untuk saat ini depigmentasi pada iris dikatakan hanya sebagai akibat proses penuaan saja. Walaupun glaucoma merupakan kebutaan yang cukup banyak dan cenderung jumlahnya meningkat seiring pertambahan usia, hasil pengukuran tekanan intraokuler yang normal dari Tonometer Schiotz belum tentu menyingkirkan diagnosa glaucoma karena bisa saja pengukuran terjadi pada saat variasi diurnal. Oleh karena itu untuk screening sebaiknya dilakukan funduskopi dan uji lapangan pandang secara sederhana dengan memakai tes konfrontasi, terutama pada pasien yang beresiko tinggi. Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 6 April 2009 – 9 Mei 2009 45 Pemeriksaan Gerontologi Medik dan Evaluasi Klinis Menfri Layanto, S.Ked 406080025 Palpasi arteri temporalis harus dilakukan untuk mengetahui apakah telah terjadi penebalan maupun penipisan arteri pada pasien walaupun tidak memberikan gejala, karena artritis temporalis biasanya memberi gejala yang tersamar bahkan tidak lazim. Demikian hal dengan bising Arteri Karotis yang harus dicatat dan diikuti setiap saat, karena bila bising ini terdengar keras maka telah terjadi proses arterosklerosis yang bersifat menyeluruh yang dapat berakibat insufisiensi koroner dan juga gejala cerebrovaskuler. Penilaian terhadap rongga mulut tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan penilaian yang lain. Harus diperiksa adanya lesi kanker rongga mulut atau gigi yang berlubang, serta kecukupan saliva karena berhubungan status gizi lansia. Pemeriksaan terhadap cor dan pulmo sama halnya dengan pemeriksaan pada individu muda lainnya. Tapi beberapa penemuan klinis memiliki makna yang berbeda dan membutuhkan interpretasi yang berbeda pula. Misalnya murmur sistolik sering terjadi pada usia lebih dari 70 tahun dan merupakan tanda dari sclerosis katup aorta. Murmur ini bersifat crescendo dan decrescendo dalam grade 2 dari 6. Murmur dengan grade 3 atau lebih bahkan dengan adanya gejala pingsan setelah beraktivitas atau serangan angina memerlukan pemeriksaan pada dokter Spesialis Jantung. Sebaliknya tanda penting pada aorta stenosis yaitu absennya suara 2 jantung dikatakan sebagai hal yang normal pada lansia karena terjadi peningkatan tekanan darah arteri yang kaku. Pemeriksaan mamae dan pelvis pada lansia wanita perlu dilakukan secara rutin. Karena seringkali keganasan timbul dikedua tempat ini. Ovarium yang teraba 10 tahun setelah menopause harus dicurigai sebagai tumor. Pemeriksaan daerah genital dan rectal baik pada lansia wanita maupun pria membuka kesempatan untuk menilai fungsi berkemih dan fungsi dari usus besar serta lesi yang terdapat didaerah anus. Vaginitis atroficans, uretritis, rectocele, prolaps uteri dan adanya inkontinensia dapat dideteksi secara mudah.

3. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS