Proses penyakit yang multiple Proses penyakit yang berjalan kronis

Pemeriksaan Gerontologi Medik dan Evaluasi Klinis Menfri Layanto, S.Ked 406080025 laporan berpikir bahwa pasien tidak mendapatkan perawatan medis yang memadai bahkan menganggap lansia memperlihatkan gejala yang normal untuk orang seusianya. Sedangkan studi lain pada lansia yang hidup dalam komunitas mengungkapkan bahwa keluhan lebih bersifat minimal dan menetap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setidaknya hanya kurang dari 1 dari 2000 lansia yang dilaporkan kepada tenaga kesehatan, sedangkan sisanya tidak dilaporkan karena dianggap bukan masalah besar, tidak ada yang perduli, tidak ada yang dapat merubah keadaan itu atau tidak mau menggangu orang lain. Studi lain mengenai sikap dan perilaku kesehatan menemukan bahwa lansia memiliki kewaspadaan tinggi dalam health promotion, namun kurang proaktif dalam bertindak bila mengalami gejala dari suatu penyakit. Gejala yang melekat pada penuaan biasanya dapat memicu berbagai respon, antara lain : 1. Melihat dan menunggu, 2. Menerima gejala, 3. Menyangkal atau meminimalisasi gejala, 4. Menunda atau menghindari perawatan medis. Lansia menerima dan memahami secara adekuat tentang nyeri, malaise dan disabilitas pada dirinya tetapi sering tidak melaporkan gejalanya. Tentu saja hal tersebut tidak mendapatkan perhatian dan juga pengobatan. Penjelasan yang umum untuk hal ini adalah kepercayaan pasien bahwa usia tua itu sendiri menyebabkan penurunan fungsi yang tidak dapat dikoreksi serta adanya perasaan “sakit”. Pandangan semacam ini yang membuat lansia tidak mencari pertolongan untuk dirinya, secara diam-diam menjalani progresifitas penyakitnya dan tentu saja akan terbebani dengan hilangnya fungsi normal organ akibat penyakit yang tidak mendapat perawatan. Proses penuaan yang normal biasanya tercermin dari terpeliharanya kesehatan dan kemandirian lansia, dan adakalanya proses penuaan yang berhasil menggambarkan lansia yang memiliki kekuatan dan vitalitas seperti yang diusahakannya selama ini. Akan tetapi kurangnya kepedulian terhadap proses penuaan akan berakibat pada kemunduran dan kehilangan fungsi dari lansia itu sendiri. Sehingga kemunduran fungsi yang berat secara tiba-tiba pada lansia akan dianggap karena oleh penyakit dan bukan karena mereka menjadi tua.Peningkatan kehilangan fungsi kognitif pada lansia turut mengambil bagian dalam mendeteksi penyakit, terutama pada pasien demensia yang melaporkan lebih sedikit keluhan dan kecenderungan berkurangnya semangat ketika menyampaikan keluhan. Beberapa dokumentasi tentang berbagai gejala yang tidak dilaporkan oleh lansia sepertinya bertentangan dengan pasien lansia yang dijumpai di klinik, karena pasien seringkali bersifat hipochondriacal, dimana pasien menyampaikan keluhan tiada akhir untuk menguji kesabaran dari dokter yang merawatnya serta adanya kebiasaan “doctor shopping” yang didorong oleh keinginan pasien untuk mendapatkan perhatian padahal belum tentu pasien menderita penyakit yang jelas.

3. PERILAKU PENYAKIT

Adanya beberapa ciri khas penyakit pada lansia antara lain :

a. Proses penyakit yang multiple

Proses penyakit yang multiple berbahaya bagi kesejahteraan pasien lansia, yaitu menyangkut kepada 2 hal: Pertama, penyakit yang tidak terdentifikasi atau diabaikan dapat mempengaruhi diagnosa dan pengobatan dari penyakit yang sedang diderita dan mungkin dapat mencederai pasien secara iatrogenik; Kedua, beberapa penyakit dapat Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 6 April 2009 – 9 Mei 2009 57 Pemeriksaan Gerontologi Medik dan Evaluasi Klinis Menfri Layanto, S.Ked 406080025 saling berkaitan dan menjadi sebab dari penyakit yang lainnya atau bahkan merupakan kumpulan dari beberapa penyakit yang dapat menimbulkan penyakit baru. Beberapa kondisi umum yang sering didapati pada lansia : 1. Gagal jantung kongestif, 9. Interkontinensia urin, 2. Depresi, 10. Insufisiensi vaskular, 3. Demensia, 11. Konstipasi, 4. Gagal ginjal kronis, 12. Diabetes, 5. Angina pektoris, 13. Gangguan sensorik, 6. Osteoarthritis, 14. Gangguan tidur, 7. Osteoporosis, 15. Anemia, 8. Gangguan gaya berjalan, 16. Adverse drug reaction Keluhan yang tidak terdeteksi dan tidak terawat pada berbagai sistem organ atau jaringan dapat berinteraksi satu sama lain dengan penyakit lainnya yang sebelumnya telah dikompensasi tubuh secara fisiologis sehingga menghasilkan efek domino dimana penurunan fungsi tubuh menjadi irreversible yang akan menghantar pada ketergantungan, kecacatan bahkan kematian.

b. Proses penyakit yang berjalan kronis

Prevalensi penyakit yang bersifat kronis juga meningkat seiring dengan pertambahan usia. Adapun penyakit kronis didefinisikan sebagai suatu kondisi penyakit yang bertahan lebih dari 3 bulan. Beberapa individu menderita penyakit kronis pada usia dini dan menjadi tua dengan cepat dengan penyakit kronis yang dideritanya. Akan tetapi banyak individu yang menderita penyakit kronis saat mereka berusia lanjut dimana telah terjadi penurunan fungsi tubuh lebih dahulu, sehingga berakibat percepatan hilangnya fungsi organ. Penyakit kronis merupakan penyebab hampir 50 kematian pada usia 65 tahun dan setengahnya didominasi oleh penyakit jantung. Penyakit jantung, neoplasma dan stroke merupakan penyebab hampir 80 kematian pada lansia. Tingginya prevalensi penyakit kronis pada kelompok lansia merupakan penyebab utama penggunaan perawatan kesehatan. Karena populasi lansia semakin meningkat dengan sendirinya penyakit kronis menjadi lebih banyak dan disabilitas juga semakin meningkat. Keberhasilan penatalaksanaan penyakit kronis membutuhkan evaluasi yang sensitif dan akurat pada status fungsional awal dan seterusnya. Selain itu dokter yang merawat penderita penyakit kronis harus lebih menekankan pada proses perawatan daripada menyembuhkan. Beberapa usaha yang dapat dilakukan adalah perbaikan fungsi dan penundaan atau perlambatan timbulnya kemunduran yang semakin parah.

4. KEHILANGAN FUNGSI PADA LANSIA