II.1.2. Epidemiologi
Hampir 80 penduduk di negara-negara industri pernah mengalami nyeri punggung bawah. Di Amerika Serikat prevalensinya dalam satu tahun
berkisar antara 15-20 sedangkan insidensi berdasarkan kunjungan pasien baru ke dokter adalah 14,3. Data epidemiologik mengenai nyeri punggung
bawah di Indonesia belum ada. Diperkirakan 40 penduduk Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang dan prevalensinya
pada laki-laki 18,2 dan pada wanita 13,6. Prevalensi ini meningkat sesuai dengan meningkatnya usia Sadeli dkk, 2001.
II.1.3. Faktor Resiko
Dari data epidemiologik faktor resiko untuk nyeri pinggang bawah adalah usia bertambahnya usia, kebugaran yang buruk, kondisi kesehatan
yang jelek, masalah psikososial, merokok, kelebihan berat badan, serta faktor fisik yang berhubungan dengan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi,
mengangkat, membawa beban, menarik beban dan membungkuk Sadeli dkk, 2001; Miranda dkk, 2008.
Faktor resiko nyeri punggung bawah adalah seperti terlihat pada Tabel 1
.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Faktor resiko nyeri punggung bawah
Dikutip dari
: Walsh, N.E. 2000. Back Pain Matters. Available from: http:www.karger.comgazette65walshindex.htm
II.1.4. Etiologi
Etiologi nyeri punggung bawah banyak dan meliputi kongenital, metabolik, infeksi, inflamasi, neoplastik, trauma, degenereatif, toksik,
vaskular, visceral dan psikososial. Etiologi nyeri punggung bawah dapat dilihat pada
Tabel 2 .
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Etiologi nyeri punggung bawah
Dikutip dari : Vukmir R.D. 1991. Low Back Pain: Review of Diagnosis and
Therapy. Am J Emerg Med. 9:328-335.
II.1.5. Patofisiologi
Tulang belakang merupakan struktur yang kompleks, dibagi ke dalam bagian anterior dan bagian posterior. Bentuknya terdiri dari serangkaian
badan silindris vertebra, yang terartikulasi oleh diskus intervertebral dan diikat bersamaan oleh ligamen longitudinal anterior dan posterior Ropper A.H,
Brown R.H, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Berbagai bangunan peka nyeri terdapat di punggung bawah. Bangunan tersebut adalah periosteum, 13 bangunan luar anulus fibrosus,
ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua bangunan tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus mekanikal,
termal, kimiawi. Bila reseptor dirangsang oleh berbagai stimulus lokal, akan dijawab dengan pengeluran berbagai mediator inflamasi dan substansi
lainnya, yang menyebabkan timbulnya persepsi nyeri, hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk memungkinkan
perlangsungan proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan atau lesi yang lebih berat ialah spasme otot yang
membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu trigger points, yang merupakan salah
satu kondisi nyeri Meliala dkk, 2003.
II.2. NYERI KEPALA