21
v. Mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.
i. Evaluasi Penggunaan Obat EPO
Evaluasi Penggunaan Obat EPO merupakan program evaluasi penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan
kuantitatif. Tujuan EPO yaitu:
i. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan Obat; ii. Membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu tertentu;
iii. Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat; dan iv. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.
j. Dispensing sediaan steril
Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat. Dispensing sediaan steril bertujuan:
i. Menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan dosis yangdibutuhkan;
ii. Menjamin sterilitas dan stabilitas produk; iii. Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan
iv. Menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah PKOD
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah PKOD merupakan interpretasi hasil pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat
karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker kepada dokter.
Universitas Sumatera Utara
22
Tujuan PKOD adalah mengetahui Kadar Obat dalam Darah dan memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.
2.4 International Patient Safety Goals IPSG
IPSG disyaratkan untuk diimplementasikan mulai tanggal 1 januari 2011 di semua rumah sakit yang terakreditasi oleh Joint Commission International
JCI dibawah Standar Internasional untuk rumah sakit. Tujuan IPSG adalah untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam soal keselamatan pasien.
Berikut adalah daftar IPSG berdasarkan Joint Commission International, 2011 : a.
Mengidentifikasi pasien dengan benar b.
Meningkatkan komunikasi yang efektif c.
Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai High Alert d.
Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar
e. Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan
f. Mengurangi resiko cedera pasien akibat jatuh.
2.5 Instalasi Central Sterile Supply Department CSSD
Instalasi pusat sterilisasi adalah unit pelayanan non struktural yang berfungsi memberikan pelayanan sterilisasi yang sesuai dengan standarpedoman
dan memenuhi kebutuhan barang steril di Rumah Sakit Depkes, 2009.
a. Tujuan Pusat Sterilisasi
i. Membantu unit lain dirumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, untuk
mencegah terjadinya infeksi. ii.
Menurunkan angka kejadian infeksi.
Universitas Sumatera Utara
23
iii. Efisiensi tenaga medisparamedis untuk kegiatan yang berorientasi pada
pelayanan terhadap pasien. iv.
Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan.
b. Tugas utama CSSD
i. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien.
ii. Melakukan proses sterilisasi alatbahan.
iii. Mendistribusikan alat yang dibutuhkan oleh ruang perawatan, kamar
operasi maupun ruangan lain. iv.
Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan bermutu.
v. Mempertahankan stock inventory yang memadai untuk keperluan
perawatan pasien. vi.
Mempertahankan standar yang telah ditetapkan. vii.
Mendokumentasikan setiap kegiatan yang dilakukan sebagai bagian dari upaya pengendalian mutu.
viii. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan
dan pengendalian infeksi bersama dengan pengendalian infeksi nosokomial.
ix. Memberi penyuluhan tentang hal – hal yang berkaitan dengan masalah
sterilisasi. x.
menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi pusat sterilisasi.
xi. Mengevaluasi hasil sterilisasi.
Universitas Sumatera Utara
24
c. Fungsi CSSD
Fungsi CSSDadalah menyiapkan alat-alat bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsinya adalah menerima,
memproses, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien. Alur
aktivitas fungsional CSSD dimulai dari proses pembilasan,pembersihan atau dekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan, memberi label, sterilisasi,
sampai proses distribusi. Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat steril terbesar. Dengan pemilihan lokasi seperti ini maka selain
meningkatkan pengendalian infeksi dengan meminimalkan resiko kontaminasi silang, serta meminimalkan lalu lintas transportasi alat steril Depkes, 2009.
d. Ruangan pusat sterilisasi dibagi atas 5 ruangan yaitu :
i. Ruangan dekontaminasi
Proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan pembersihan dilakukan di ruangan ini. Ruangan dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara
dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan
hal-hal berbahaya lainnya. Sistem ventilasi harus didesain sedemikian rupa sehingga udara diruang
dekontaminasi harus dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara melalui filter, tekanan udara harus negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan lainnya dan
ruangan dekontaminasi tidak dianjurkan menggunakan kipas angin Depkes, 2009.
ii. Ruangan pengemasan alat
Universitas Sumatera Utara
25
Proses pengemasan alat untuk alat bongkar pasang maupun pengemasan dan penyimpanan barang bersih dilakukan di ruangan ini. Pada ruangan ini
dianjurkan ada tempat penyimpanan barang tertutup. iii.
Ruangan produksi dan prosesing Pemeriksaan linen, dilipat dan dikemas untuk persiapan sterilisasi
dilakukan di ruangan ini. Pada daerah ini sebaiknya ada tempat untuk penyimpanan barang tertutup. Selain linen, pada ruangan ini juga dilakukan pula
persiapan untuk bahan seperti kain kasa, kapas dan cotton swabs. iv.
Ruangan sterilisasi Proses sterilisasi alatbahan dilakukan di ruangan ini. Untuk sterilisasi
etilen oksida, sebaiknya dibuat ruangan khusus yang terpisah tetapi masih dalam satu unit pusat sterilisasi.
v. Ruangan penyimpanan barang steril
Ruangan ini sebaiknya berada dekat dengan ruangan sterilisasi. Apabila digunakan mesin sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung berhubungan
dengan ruangan penyimpanan. Di ruangan ini penerangan harus memadai, suhu antara 18
C-22 C dan kelembaban 35-75. Ventilasi menggunakan sistem
tekanan positif dengan efisiensi filtrasi particular antara 90-95 untuk partikel berukuran 0,5 mikro. Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan yang halus
dan kuat. Alat steril disimpan pada jarak 19-24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding. Akses ke ruang penyimpanan steril
dilakukan oleh petugas pusat sterilisasi yang terlatih Depkes, 2009.
2.6 Instalasi Gas Medis