Tim Farmasi dan Terapi TFT Pemilihan

6 dan akuntabel. Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.

2.2 Tim Farmasi dan Terapi TFT

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2014tentang Standar Pelayananan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Dalam pengorganisasian Rumah Sakit dibentukTim Farmasi dan Terapi TFT yang merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, Apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan kerja dengan komite lain di dalam Rumah Sakit yang berhubunganberkaitan dengan penggunaan Obat. Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang Apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila diketuai oleh Apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter. TFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 dua bulan sekali dan untuk Rumah Sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan. Rapat TFT dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari luar Rumah Sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan TFT, memiliki pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang bermanfaat bagi TFT Menkes RI, 2014. Universitas Sumatera Utara 7 Tim Farmasi dan Terapi mempunyai tugas: a. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit; b. Melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium Rumah Sakit; c. Mengembangkan standar terapi; d. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat; e. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang rasional; f. Mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki; g. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error; h. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit.

2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS

Menurut PerMenKes RI Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar PelayanananKefarmasian di Rumah Sakit Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mencakup penyelenggaraan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan dengan tetap menjaga mutuMenkes RI, 2014.

2.3.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Tugas instalasi farmasi rumah sakit, meliputi : a. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi; Universitas Sumatera Utara 8 b. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien; c. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko; d. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi KIE serta memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien; e. Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi; f. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan Kefarmasian; g. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium Rumah Sakit Menkes RI, 2014. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi: a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai i. Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit; ii. Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal; iii. Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku; iv. Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit; Universitas Sumatera Utara 9 v. Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku; vi. Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian; vii. Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit; viii. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu; ix. Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”dosis sehari; x. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai apabila sudah memngkinkan; xi. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; xii. Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan; xiii. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; xiv. Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. b. Pelayanan farmasi klinik i. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan Obat; ii. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat; iii. Melaksanakan rekonsiliasi Obat; iv. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik berdasarkan Resep maupun Obat non Resep kepada pasienkeluarga pasien; Universitas Sumatera Utara 10 v. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; vi. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain; vii. Memberikan konseling pada pasien danatau keluarganya; viii. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat PTO a Pemantauan efek terapi Obat; b Pemantauan efek samping Obat; c Pemantauan Kadar Obat dalam Darah PKOD. ix. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat EPO; x. Melaksanakan dispensing sediaan steril a Melakukan pencampuran Obat suntik b Menyiapkan nutrisi parenteral c Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik d Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil. xi. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat PIO kepada tenaga kesehatan lain, pasienkeluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit; xii. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit PKRS Menkes RI, 2014.

2.3.2 Ruang Lingkup Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Pelayanan kefarmasian di Rumah sakit meliputi 2 dua kegiatan yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan peralatan.Apoteker dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian tersebut Universitas Sumatera Utara 11 juga harus mempertimbangkan faktor resiko yang terjadi yang disebut dengan manajemen resiko Menkes RI, 2014. 2.3.3 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit 2.3.3.1 Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi:

a. Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan.

b. Perencanaan