Perbedaan Kecemasan Perawat Pria dan Wanita Menikah dalam Menghadapi Pasien di Rumah Sakit Jiwa

e. Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental serta mengatasi pengaruh penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling. f. Memberi asuhan kepada mereka yang mengalami penyakit fisik dengan masalah psikologik dan penyakit jiwa dengan masalah fisik. g. Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga, staf dan pembuat kebijakan.

D. Perbedaan Kecemasan Perawat Pria dan Wanita Menikah dalam Menghadapi Pasien di Rumah Sakit Jiwa

Perbedaan pria dan wanita sudah ada sejak mereka lahir dan dalam proses perkembangannya lingkungan sosial ikut memperkuat perbedaan dalam memperlakukan mereka. Secara fisik pria dan wanita memang berbeda, pria dilahirkan dengan fisik yang lebih kuat yang dapat dilihat dari tubuh yang kekar, bahu lebar, dada lapang dan otot yang kuat yang biasanya digunakan untuk bekerja dan untuk melindungi. Wanita dilahirkan dengan tubuh yang lebih menonjol dengan garis-garis melingkar yang merupakan lambang kelembutan dan kasih sayang, bahunya relatif kecil serta lengan dan tangan yang lembut dan lemas. Komposisi tubuh pria lebih banyak diisi dengan otot, sedangkan komposisi tubuh wanita lebih banyak diisi dengan lemak. Hal ini membuat tubuh pria menjadi lebih kuat daripada wanita. Pria dan wanita juga berbeda dari segi fisiologisnya, bahwa pria dan wanita mempunyai komposisi hormon yang berbeda. Perbedaan hormon itu berpengaruh terhadap kondisi fisik serta perilaku pria dan wanita. Wanita pada umumnya, sesuai peran jenis yang dimilikinya akan menjadi seorang istri dan ibu. Tantangan dalam hidup berkeluarga dimulai dari kebutuhan rumah tangga, kehamilan dan merawat rumah sampai meyesuaikan diri dengan peran barunya itu Aputra Husni, 1990. Bagi kaum pria mengaktualisasikan diri dalam lingkungan kerja dianggap lebih positif dan sudah sepatutnya, hal ini selaras dengan pandangan masyarakat bahwa pria dilahirkan dan disiapkan sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah serta pelindung keluarga Crittenden, 2002. Bekerja sebagai perawat dalam proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa gejalanya mungkin tidak dapat dilihat langsung seperti pada masalah kesehatan fisik pada umumnya, pasien yang mengalami gangguan jiwa menunjukkan gejala yang berbeda dan muncul oleh berbagai penyebab. Banyak pasien yang tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan kontradiksi Keliat dkk, 1998. Keadaan kejiwaan pasien yang tidak stabil sewaktu-waktu mungkin saja dapat mengancam keselamatan jiwa perawat tersebut maupun pasien yang lain. Perawat jiwa dituntut untuk mampu mengidentifikasikan, menguraikan, dan mengukur hasil asuhan yang mereka berikan pada pasien, keluarga dan komunitas. Hasil asuhan adalah semua hal yang terjadi pada pasien dan keluarga ketika mereka berada dalam sistem pelayanan kesehatan. Hasil tersebut meliputi status kesehatan, ada tidaknya penyakit, dan kualitas kehidupan. Evaluasi hasil aktivitas keperawatan jiwa secara kritis merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tugas perawat jiwa apapun peran, kualifikasi atau tatanan prakteknya. Tugas ini membutuhkan kehati-hatian dan ketelitian yang cukup tinggi sehingga membuat perawat terkadang merasa cemas jika ia melakukan kesalahan Stuart dan Sundeen, 1998. Berawal dari hal-hal tersebut maka dinamika tingkat kecemasan pria dan wanita yang bekerja dalam hal ini seorang perawat yang bekerja di rumah sakit jiwa menjadi berbeda. Kondisi fisik wanita yang lebih lemah daripada pria serta peran jenisnya sebagai seorang istri dan ibu yang memiliki tugas untuk mengatur rumah tangga serta merawat anak-anaknya, di sisi lain pekerjaannya sebagai seorang perawat di rumah sakit jiwa juga menuntutnya untuk dapat berkonsentrasi lebih dengan pekerjaannya, karena harus menghadapi pasien yang mengalami gangguan kejiwaan. Hal ini kemudian membuat wanita harus membagi energi dan waktunya untuk pekerjaan dan perannya sebagai seorang istri dan ibu yang bertanggung jawab untuk mengurusi rumah tangganya. Keadaan yang demikian membuat perawat wanita mengalami kelelahan fisik dan pikiran yang dapat mengganggunya dalam berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Seorang perawat pria di saat memasuki kehidupan rumah tangga, akan mengalami perubahan status dan penambahan peran sebagai seorang suami dan ayah serta mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap keluarganya. Perawat pria dengan peran gendernya itu, maka akan cenderung lebih fokus dengan pekerjaannya daripada wanita karena memang tugasnya untuk bekerja dan mencari nafkah, tidak seperti wanita yang masih harus membagi waktu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan energinya untuk mengurusi urusan rumah tangga. Selain itu, pria dilahirkan sebagai makhluk yang mempunyai fisik kuat dan lebih aktif, yang memang dibutuhkan ketika menghadapi pasien dengan kondisi kejiwaan yang tidak stabil yang terkadang menjadi agresif dan sekuat tenaga. Berdasarkan uraian diatas, maka perawat pria menjadi lebih siap dalam bekerja menghadapi pasien dengan kondisi kejiwaan yang tidak stabil dibandingkan dengan dengan perawat wanita. Hal ini karena secara fisik lebih kuat serta tugas peran gendernya sebagai seorang pria yang bertugas untuk bekerja dan menafkahi keluarganya menjadikannya lebih dapat fokus dengan pekerjaannya. Kecemasan perawat pria dan perawat wanita dalam menghadapi pasien jiwa di rumah sakir jiwa dari sini dapat dikatakan berbeda, karena kondisi fisik yang berbeda dan beban psikologis yang mereka hadapi juga berbeda. Melihat hal ini maka kemungkinan perawat wanita mempunyai tingkat kecemasan yang lebih tinggi daripada perawat pria dalam menghadapi pasien di rumah sakit jiwa.

E. Hipotesis

Dokumen yang terkait

Perbedaan Tingkat Kecemasan Dental Pasien Pria Dan Wanita Sebelum Pencabutan Gigi Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Medan

26 177 67

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN WANITA YANG BELUM MENIKAH SAAT MENGHADAPI PREMENOPAUSE

0 3 68

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN WANITA YANG BELUM MENIKAH SAAT MENGHADAPI PREMENOPAUSE

2 11 109

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA PERAWAT PROFESIONAL DENGAN PERAWAT VOKASIONAL DI RUMAH Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Perawat Profesional Dengan Perawat Vokasional Di Rumah Sakit Umum Kumala Siwi Kudus.

0 2 13

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI PERNIKAHAN ANTARA WANITA TERDIDIK DAN WANITA Perbedaan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Pernikahan Antara Wanita Terdidik Dan Wanita Kurang Terdidik di KUA Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta.

0 0 16

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI PERNIKAHAN ANTARA WANITA TERDIDIK Perbedaan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Pernikahan Antara Wanita Terdidik Dan Wanita Kurang Terdidik di KUA Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta.

0 0 11

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI PERNIKAHAN ANTARA PRIA BERPENDAPATAN TINGGI Perbedaan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Pernikahan Antara Pria Berpendapatan Tinggi dengan Pria Berpendapatan Rendah Di KUA Kecamatan Laweyan Surakarta.

0 1 13

Perbedaan kecemasan menghadapi perkawinan pada pria dan wanita dewasa awal.

0 3 110

PERBEDAAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN ANTARA PRIA DAN WANITA DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO JAKARTA SKRIPSI

0 0 81

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT PRIA DAN WANITA MENIKAH DALAM MENGHADAPI PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 141