Perbedaan pria dan wanita secara fisiologis menurut Kimball 1988 adalah pria memiliki hormon androgen yang mempengaruhi perkembangan
dan pertumbuhan reproduksi pria sedangkan wanita memiliki hormon estrogen, yaitu hormon yang mempengaruhi perkembangan kematangan dan
fungsi dari reproduksi wanita. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan yang berhubungan dengan keinginan nafsu atau pola perilaku lainnya.
Hormon estrogen dan androgen memberi perbedaan pada struktur tubuh pria dan wanita, sehingga pria secara fisik terlihat lebih kuat daripada wanita. Pria
selain juga memiliki hormon testosteron yang menjadikan pria memiliki tingkat agresivitas yang lebih tinggi daripada wanita Pinel, 1997.
Menurut Pinel 1997 pria cenderung memiliki tingkat aktivitas metabolisme yang lebih tinggi di beberapa bagian dari lobus temporal otak
dan sistem limbik, yang berhubungan dengan peningkatan emosi dan mempertajam ingatan. Wanita di sisi lain memiliki tingkat aktivitas yang lebih
tinggi di cingulate gyrus, yang meliputi persepsi dari kesedihan dan reaksi emosional untuk stimulus yang tidak menyenangkan dan pengalaman yang
tidak menyenangkan lainnya. Perbedaan ini dapat saja berhubungan dengan perbedaan perilakunya, karena itu semua berhubungan dengan perbedaan
fungsi kognitif dan emosional.
2. Peran Gender
Peran gender menurut Myers 1996 merupakan suatu set perilaku- perilaku yang diharapkan norma-norma untuk laki-laki dan perempuan.
Bervariasinya peran gender diantara berbagai variasi budaya serta jangka waktu menunjukan bahwa budaya memang membentuk peran gender kita.
Abbot 1992 juga mencoba mendefinisikan peran gender sebagai harapan sosial akan perilaku maskulin dan feminim. Harapan ini diawali dan
dikukuhkan oleh institusi dan nilai-nilai tertentu dalam masyarakat. Abbot 1992 membedakan peran gender dari peran jenis. Peran jenis didefinisikan
sebagai perilaku yang diwarisi secara kodrati karena ciri biologisnya, seperti menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui untuk perempuan atau
ejakulasi dan membuahi untuk laki-laki. Melahirkan dan menyusui anak dengan demikian merupakan peran jenis feminim, tetapi memelihara dan
mendidik anak merupakan peran gender feminim. Suswati 2004 di sisi lain juga mengemukakan bahwa peran gender secara
tradisional mencirikan laki-laki sebagai makluk yang lebih aktif, kompetitif, agresif, dominan, bebas dan penuh percaya diri. Sementara perempuan
dicirikan sebagai makhluk yang lembut, rapi, emosional, ekspresif, perasa dan lebih taktis. Dengan ciri tersebut muncul pembagian kerja berdasar
ketidaksetaraan gender, perempuan selalu dikaitkan dengan tugas domestik dan laki-laki pada sektor publik. Permasalahan yang menyangkut sektor
produksi adalah tanggung jawab laki-laki dan perempuan bertanggung jawab pada permasalahan yang menyangkut reproduksi. Budaya paternalistik yang
kuat dan meliputi seluruh struktur stratifikasi sosial dalam masyarakat Indonesia pada umumnya, memposisikan “bapak” sebagai pemimpin dan
sumber kekuasaan serta “ibu” sebagai pendamping dengan posisi yang lebih rendah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pria dan wanita dibedakan berdasarkan seks jenis kelamin dan peran gender. Seks jenis kelamin
berarti pembedaan secara biologis dan fisiologis yang berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan yang fungsinya tidak dapat dipertukarkan. Di sisi
lain, peran gender adalah pencirian laki-laki dan perempuan yang merupakan harapan sosial akan perilaku maskulin dan feminim. Budaya dalam hal ini
juga membentuk peran gender.
C. Perawat 1.