Tekanan, Intonasi, Nada, Irama, dan Jeda

Bahasa Indonesia SMKMAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X Contoh : - Dia telah pergi ke luar negeri kemarin. yang dipentingkan adalah aspek waktu kemarin bukan sekarang atau besok - Dia telah pergi ke luar negeri kemarin. yang dipentingkan adalah aspek tempat ke luar negeri, bukan ke tempat yang lain - Dia telah pergi ke luar negeri kemarin. yang dipentingkan adalah aspek predikat, yaitu telah pergi bukan baru tiba atau pulang - Dia telah pergi ke luar negeri kemarin. yang pentingkan adalah aspek pelaku, yaitu dia bukan saya atau Anda Intonasi berkaitan dengan naik-turunnya pengucapan kalimat. Intonasi ditandai dengan lambang titinada 1, 2, 3, dan 4. Angka 1 menunjukkan titinada terendah dan angka 4 menunjukkan titinada tertinggi. Satu kalimat dapat diungkapkan dalam beberapa maksud sesuai dengan intonasi pengucapannya. Contoh : - Pulang. memberi tahu, intonasi datar misalnya jawaban atas pertanyaan kemana dia? - Pulang? bertanya, intonasi menaik di suku akhir - Pulang perintah, intonasi menaik dan panjang Penggunaan irama berkaitan dengan panjang pendeknya pengucapan. Irama berhubungan dengan tempo bicara. Tempo bicara juga dapat ditentu- kan oleh suasana hati pembicara. Tempo bicara yang cepat sering menan- dakan suasana hati yang riang atau serius namun dapat juga suasana marah. Tempo diperlambat saat menegaskan suatu hal yang dianggap penting, sedangkan tempo pengucapan yang pendek atau terpatah-patah mengesankan suasana panik atau gugup. Pengucapan dengan irama akhir yang panjang biasanya digunakan untuk kalimat interjeksi atau seruan, Bahasa Indonesia SMKMAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X seperti memanggil, takjub, keheranan, atau kesakitan termasuk juga ucapan pertanyaan dengan nada kaget atau tidak yakin. Penggunaan intonasi, nada, dan irama yang bervariasi terjadi pada percakapan atau dialog, seperti percakapan lewat pesawat telepon yang tidak berhadapan dan tidak melihat langsung pembicaranya. Saat bicara, intonasi menjadi hal yang penting untuk menyampaikan maksud perkataan. Demikian pula dalam dialog drama, pengucapan kalimat selalu didukung oleh tekanan, intonasi, nada, dan irama yang tepat selain ekspresi dan gerakan sehingga dialog hidup dan dipahami oleh penontonnya. Contoh dialog drama: Aleks : “Ini jadi...” Irna : “Diam. Dawud bilang apa? Masak nggak dengar bahwa Da....” Dawud : “Diam Irna, kalau terus-menerus begitu, berkeringat tanpa guna. Padahal....” Aleks : “Kau juga ngomong melulu. Nggak konsekuen, itu namanya Absurd. Buat larangan dilanggar sendiri. Huh. Dasar....” Irna : “Kaumulai lagi. Komentar itu secukupnya. Tidak ngelan- tur ke sana ke sini...” Aleks : “Diam, Irna, diaaam” Dawud : “Kau juga diam dulu, jangan menyuruh melulu, nggak memberi contoh....” Irna : “Kau sendiri mesti diam dulu, baru yang lain ,Wud.” Diam semua. Tiba-tiba meledak tawa mereka bersama-sama. Di samping tekanan, intonasi, nada, dan irama, unsur suprasegmental yang perlu diperhatikan dalam berbicara khususnya pengucapan kalimat ialah jeda atau penghentian. Jeda berfungsi menandakan batasan kalimat. Dalam tulisan, jeda ditandai dengan spasi atau tanda baca titik ., koma ,, garis miring , atau tanda pagar . Jeda juga dapat digunakan untuk membuat sebuah kalimat panjang menjadi dua kalimat pendek tanpa mengubah pengertian. Bahasa Indonesia SMKMAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X Contoh : - Perampokan serta pembunuhan terjadi di rumah seorang pengusaha karpet yang membuat gempar penduduk sekitarnya. - Perampokan serta pembunuhan terjadi di rumah seorang pengusaha karpet. Kejadian itu membuat gempar penduduk sekitarnya. Dalam bahasa lisan, aspek yang menjadi unsur gramatikal cenderung tersirat. Faktor pendukung yang digunakan adalah pola tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda selain ekspresi dan gerakan. Penggunaan tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda yang tepat membuat kalimat yang diucapkan mudah dipahami serta terhindar dari kesalahpahaman atau salah nalar. Pengucapan kalimat dengan tekanan, intonasi, nada, dan irama serta jeda yang tepat sesuai maksud yang ingin diungkapkan membuat kalimat menjadi jelas, lancar, bernalar, dan wajar.

B. Membaca Indah

Kata-kata yang indah merupakan ciri laras bahasa sastra. Yang termasuk sastra ialah prosa, puisi, dan drama. Ketiga bentuk sastra tersebut tidak saja dapat dibaca untuk diri sendiri, tapi juga dibacakan untuk orang lain atau dipertunjukkan. Selain pementasan drama, banyak akhir-akhir ini yang mengadakan acara pembacaan puisi atau cerpen. Di samping dibutuhkan penghayatan terhadap isi atau kandungan karya sastra, pembacaan karya sastra juga perlu memahami tokoh, watak, gaya bahasa, dan maksud setiap ucapan tokohnya dalam percakapan atau dialog. Saat membacakan percakapan atau dialog penggunaan tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda harus diperhatikan. Penggunaan tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda yang tepat membuat pendengar dapat menikmati pembacaan karya sastra dengan memahami jalan cerita serta unsur-unsur intrinsiknya seperti tema, tokoh, watak tokoh, seting, amanah, sudut pandang, dan gaya bahasa. Khusus karya sastra berbentuk puisi, pembacaannya harus memer- hatikan unsur-unsur pembangun puisi, misalnya diksi pilihan kata, gaya bahasa, tipograi, persajakan rima, dan pencitraan. Di dalam puisi, tokoh biasanya tersembunyi sehingga pembaca puisi harus memahami terlebih Bahasa Indonesia SMKMAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X dahulu tema puisi dan pesan yang ingin diungkapkan dalam puisi tersebut. Tema dan kandungan isi dapat ditelaah lewat judul, pilihan kata, dan simbol-simbol yang digunakan pada puisi. Pemakaian kata dalam puisi tidak sepenuhnya bermakna denotasi, tapi dapat bermakna konotasi atau kias. Kata-kata bermakna kias atau idiom serta bentuk ungkapan metaforis lainnya harus dipahami terlebih dahulu. Pemahaman terhadap isi puisi dan kata-kata yang digunakan, mendorong seseorang untuk terampil memberikan tekanan, intonasi, nada, dan irama pada pembacaan setiap larik puisi. Demikian pula pada kata atau kelompok kata yang merupakan kesatuan arti, pembaca dituntut berhati-hati dalam memberikan jeda atau penghentian sehingga tidak mengaburkan arti. Berikut ini, hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum membaca puisi. 1. Bacalah secara keseluruhan puisi tersebut untuk menangkap kandungan maknanya secara umum. 2. Pahami maksud dari setiap lirik. 3. Pahami suasana puisi yaitu, haru, kecewa, semangat, dan sedih. 4. Perhatikan rima persamaan bunyi. 5. Perhatikan perulangan kata yang ada bentuk repetisi. 6. Berikan tanda jeda pada kata-kata, frasa, atau klausa yang mengandung kesatuan arti. 7. Berikan aksen pada kata yang diulang. 8. Perhatikan kata-kata yang bermakna kias. Contoh penandaan aksentuasi pada puisi : DOA Kepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama Mu Biar susah sungguh Mengingat Kau penuh seluruh