Bahasa Indonesia SMKMAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X
- Terjadi perampokan di sebuah rumah. Perampok berhasil
menggasak barang-barang pemilik rumah.
b. Fakta khusus, yaitu informasi yang berisi kejadian atau peristiwa
yang djelaskan secara terperinci atau detail. Contoh:
- Ayah baru pulang dari Amsterdam dan Ibu, adik serta Paman
sedang menjemputnya di Bandara Soekarno-Hata. -
Puluhan pedagang kaki lima di Jalan Gunung Sahari Senen, serta warung di pinggiran proyek Senen terkena razia.
- Terjadi perampokan di sebuah rumah gedung di Jalan
Sukapura, Tanjung Priok Jakarta Utara. Perampok berhasil menggasak 30 gram perhiasan, 1 unit komputer serta uang 150
juta rupiah.
2. Informasi bersifat Opini atau Konsep
Informasi bersifat opini ialah informasi yang masih berupa pendapat, pikiran atau pendirian seseorang tentang sesuatu. Konsep ialah ide
atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.
Contoh opini:
- Banyak remaja sekarang yang bersifat permisif, mengganggap
semua serbaboleh tanpa mempertimbangkan norma-norma yang berlaku.
- Sebagian besar lulusan UN tahun ini mendapatkan nilai yang
memuaskan, hal itu dikatakan Kepala Sekolah SMK At-Takwa dalam pidato sambutan pada acara perpisahan siswa kelas 3.
Contoh konsep:
- Sebelum seminar atau diskusi dimulai, biasanya para peserta
diskusi diberikan sebuah makalah. Makalah adalah tulisan yang berisikan prasaran, pendapat yang berisi uraian atau pembahasan
pokok persoalan yang akan dibicarakan dalam rapat, diskusi, dan sejenisnya. Makalah juga sering diartikan jenis tugas pada mata
kuliah tertentu yang berisi hasil kajian pustaka atau tulisan tentang suatu hal.
Bahasa Indonesia SMKMAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X
3. Informasi bersifat pemerian Dalam menjelaskan sesuatu yang bersifat uraian khusus, penulis
biasanya menjabarkan penjelasan khusus tersebut menyamping atau horizontal atau berbentuk satuan ke bawah secara vertikal. Uraian
khusus yang berupa penyebutan berbentuk kata atau frasa umumnya ditulis secara horizontal atau melebar dari kiri ke kanan. Namun ada
juga perincian yang berupa unsur-unsur atau bagian yang berbentuk kalimat.
Contoh rincian berbentuk kalimat ditulis berbentuk satuan-satuan secara vertikal.
- Proses untuk mempelajari unsur-unsur suatu bahasa meliputi:
1 Pengenalan lambang-lambang bunyi, 2 Pengenalan lafal dan tanda baca,
3 Pemahaman kosakata bersifat kekrabatan, dan 4 Pemahaman terhadap bentuk kata, frasa, kata tugas, klausa,
dan perubahan makna. Contoh perincian berbentuk kata yang ditulis secara horizontal. Masing-
masing unsurnya dipisahkan oleh tanda koma , -
Untuk keperluan lomba lukis, Reihan harus menyiapkan alat tulis, karton, cat air, dan kuas.
C. Ragam Bahasa
Dalam bahasa Indonesia terdapat aneka ragam bahasa yang timbul akibat pengaruh dari berbagai hal yang berhubungan dengan penutur
bahasa dan sarana atau media yang digunakan. 1. Hal yang berhubungan dengan penutur dapat dibedakan seperti berikut.
a. Latar belakang daerah penutur. Ragam bahasa Indonesia yang
dipengaruhi oleh latar belakang daerah penuturnya menimbulkan ragam daerah atau dialek. Dialek adalah cara berbahasa Indonesia
yang diwarnai oleh karakter bahasa daerah yang masih melekat pada penuturnya. Contoh: Bahasa Indonesia dengan dialek Betawi
biasanya menggunakan fonem e untuk melafalkan kata yang
Bahasa Indonesia SMKMAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X
berakhir dengan vokal a., misalnya apa menjadi ape, di mana menjadi di mane, dan seterusnya. Begitu pula dengan logat Jawa
untuk menyebutkan kata berawalan konsonan b akan terdengar bunyi an konsonan m, misalnya, Bandung menjadi mBandung,
Bogor
menjadi mBogor.
b. Latar belakang pendidikan penutur. Berdasarkan latar belakang
pendidikan penutur, timbul ragam yang berlafal baku dan yang tidak berlafal baku khususnya dalam pengucapan kosakata yang
berasal dari unsur serapan asing. Kaum berpendidikan umumnya melafalkan sesuai dengan lafal baku. Namun, untuk yang kurang
atau tidak berpendidikan, pelafalan diucapkan tidak tepat atau tidak baku. Contoh pengucapan kata
ilm, foto, fokus, fakultas diucapkan pilm, poto, pokus, pakultas.
c. Situasi pemakaian, sikap, dan hubungan sosial penutur.
Berdasarkan hal ini, timbul ragam formal, semiformal, dan nonformal. Ragam formal digunakan pada situasi resmi atau
formal, seperti di kantor, dalam rapat, seminar, atau acara-acara kenegaraan. Ragam formal menggunakan kosakata baku dan
kalimatnya terstruktur lengkap. Ragam formal juga dipakai jika penutur berbicara pada orang yang disegani atau dihormati,
misalnya pimpinan perusahaan.
Ragam semiformal dan nonformal biasa dipakai pada situasi tidak resmi seperti di warung, di kantin, di pasar, pada situasi santai, dan
akrab. Ragam semiformal dan formal dibedakan oleh pemilihan katanya. Ragam formal menggunakan kalimat yang tidak lengkap
gramatikalnya dan kosakata yang dipilih cenderung tidak baku, sedangkan ragam nonformal relatif sama dengan ragam informal
hanya pilihan katanya lebih luwes atau bebas. Kata-kata daerah atau gaul dapat digunakan sepanjang masing-masing penuturnya
memahami dan tak terganggu dengan penggunaan kata tersebut.
Contoh: 1. Kalau soal itu, saya nggak tau persis. informalsemiformal
2. Emangnya kamu nggak dikasih kupon. semiformal 3. Kalau soal itu, ogut nggak tau deh. nonformal
4. Emangnya situ nggak ngantor, Mas. nonformal