para guru Sekolah Menengah Atas sebagai medium pengajaran dan mengetahui ada atau tidaknya perubahan setelah Reformasi 98. Bab empat menganalisa hasil
wawancara dengan beberapa guru sejarah untuk mengetahui respon mereka terhadap polemik perubahan kurikulum yang mengacu pada pembahasan Tragedi
Kemanusiaan 1965 dan posisi sejarah alternatif di tengah pengajaran sejarah resmi. Bab lima membahas bagaimana negosiasi guru sejarah dengan institusi
pendidikan terhadap bentuk-bentuk pengajaran Tragedi Kemanusiaan 1965 dengan berbagai versi. Bab enam merupakan kesimpulan tentang bagaimana
posisi sejarah resmi dan sejarah alternatif di dunia pendidikan.
BAB II REPRODUKSI PENENTUAN POSISI SUBJEK SEBAGAI PAHLAWAN
ATAU KORBAN
2.1 Pendidikan Sejarah dari Masa ke Masa
Proses ajar sejarah merupakan bagian pokok penting untuk mendapat perhatian dari semua elemen bangsa dewasa ini. Catatan sejarah menunjukkan
peristiwa yang menjelaskan bagaimana perjalanan bangsa ini dalam mencapai kedaulatannya di masa kini. Sayangnya, permasalahan yang kerapkali muncul
adalah ketidakseriusan stakeholder pemerintahan serta masyarakat sipil yang dibatasi aksesnya untuk mengeksplor lebih dalam lagi mengenai cerita dibalik
peristiwa sejarah di Tanah Air. Persoalan sejarah adalah bagian yang tidak terpisahkan antar masa, yakni masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.
Namun, dengan tidak adanya usaha yang serius untuk belajar dari peristiwa sejarah di masa lalu, mengakibatkan berulangnya sejarah kelam yang terjadi
sebelumnya. Menurut Dr. Aman, M.Pd. sejarah mempunyai fungsi untuk membangkitkan kesadaran historis.
26
Tetapi jika pendidikan sejarah hanya
26
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak, hal. 12.
didominasi satu pihak tertentu dan tidak membiarkan peserta didik untuk berpikir kritis, maka tidak akan ada proses kesadaran historis. Ada banyak faktor yang
menyebabkan hal ini terjadi, diantaranya adalah pihak pemerintah yang masih saja tidak adil di dalam membuka wacana sejarah kelam masa lalu terkait kepentingan
kekuasaan serta dibatasinya akses-akses sumber sejarah dalam kerangka kurikulum bahan ajar pendidikan publik.
Penulisan sejarah yang tidak berimbang menyebabkan terjadinya ketimpangan cerita sejarah di tengah masyakart. Masyarakat dibutakan mengenai
peristiwa yang terjadi di masa lalu. Lagi-lagi, inilah usaha pemerintah untuk menumpulkan daya kritis publik, agar menjadi tidak serius menangani apa yang
terjadi di masa silam. Lebih dalam lagi, persoalan anak sebagai pewaris sekaligus pencipta sejarah menjadi penting untuk dipelajari. Memandang anak sebagai
pelaku sejarah pada masanya, menjadi bagian yang mestinya tidak terpisahkan dari usaha untuk menciptakan figur yang dapat melepaskan diri dari pewarisan
sejarah yang tidak berimbang. Pendidikan yang diberikan pada anak, baik melalui institusi pendidikan
formal, serta informal seperti keluarga, merupakan pokok bahasan yang penting untuk menimbang seberapa besar sumbangsih kedua agen tersebut terhadap