Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

17

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pasar Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan lainnya Peppres RI No. 112, 2007.Wikipedia, 2007 Pasar modern adalah pasar yang dikelola oleh manajemen modern,umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas. Barang yang dijual memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang local, pasar modern juga menyediakan barang-barang impor. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan di gudang yang terukur. Pasar modern juga memberikan pelayanan yang baik yaitu berupa suasana yang nyaman dan besih, display barang per kategori mudah dicapai dan relative lengkap Anonymous, 2005. Sinaga 2006 mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas. Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang- barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 18 mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijektidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia berkembang pesat, terutama ditandai masuknya retailer asing berskala besar. Hal ini dipacu oleh Keppres 962000 yang kemudian diperbaharui dengan Keppres1182000 : mengeluarkan bisnisi retail dari negative list bagi PMA. Hal ini sekaligus mendorong perubahan dimensi persaingan retail bisnis. Ada empat kelompok pelaku bisnis retail : 1 kelompok grosir dan hypermarket, 2 kelompok supermarket, 3 kelompok minimarket modern, dan 4 retailer kecil tradisional. 2.2.2. Pengertian Pertanian Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Usaha pertanian memiliki dua ciri penting: 1 selalu melibatkan barang dalam volume besar dan 2 proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern misalnya budidaya alga, hidroponika telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 19 Terkait dengan pertanian, usaha tani adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budi daya tumbuhan maupun hewan. Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh petani tembakau atau petani ikan. Khusus untuk pembudidaya hewan ternak disebut sebagai peternak. Ilmuwan serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam perbaikan metode pertanian dan aplikasinya juga dianggap terlibat dalam pertanian. Usahatani adalah bagian dari permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga petani atau badan usaha tani lainnya yang bercocok tanam dan berternak. Usahatani pada dasarnya adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang dapat digunakan untuk produksi pertanian A. T. Mosher, 1984. 2.2.3. Teori Rumah Tangga Tani Model rumah tangga dibangun berdasarkan model Neo-klasik pada rumahtangga tani yang melihat bahwa keputusan petani kecil dalam melakukan kegiatan produksi dan konsumsi merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan non-separable. Oleh karena itu, model non-separable merupakan model yang tepat untuk menganalisis perilaku ekonomi rumahtangga tani pada situasi pasar tidak sempurna. Indikasi ini banyak dijumpai pada negara-negara sedang berkembang yang sebagian besar petaninya merupakan petani subsistenyang kegiatan produksi dan konsumsinya saling bergantung serta tidak dapat dipisahkan. Asumsi ini mengindikasikan bahwa alokasi sumberdaya rumahtangga seperti permintaan tenaga untuk pekerjaan on-farm dan suplai tenaga kerja untuk kegiatan off-farm atau non-farm terbagi secara simultan Heltberg et.al., 2000. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 20 Tujuan yang ingin dicapai oleh rumahtangga tani adalah memaksimumkan kepuasan melalui alokasi tenaga kerja yang dimilikinya kedalam beberapa aktivitas on-farm, off-farm dan non-farm dengan pembatas teknologi dalam kegiatan produksi, waktu yang tersedia, dan modal budget yan dimiliki. Model ini dapat diaplikasikan dalam semua jenis pasar tetapi hasilnya akan berbeda tergantung pada kondisi pasar tenaga kerjanya Glauben, et.al., 2004. Peningkatan biaya tersebut diasosiasikan dengan pekerjaan off-farm atau non-farm yang mungkin diakibatkan oleh peningkatan heterogenitas antara pekerjaan on-farm dan off-farm atau non-farm. Dengan bermigrasi maka anggota keluarga akan berpindah pada pekerjaan yang lebih baik yang akan diikuti oleh pekerjaan-pekerjaan lainnya yang lebih baik Kahn dan Low, 1982; Low, 1986. Untuk memaksimumkan kepuasan rumahtangga tani, maka partisipasi rumahtangga dalam pasar tenaga kerja memungkinkan dilakukan dengan pilihan antara mensuplai tenaga kerja keluarga pada pekerjaan on-farm dan off-farm atau non-farm, serta menggunakan tenaga kerja sewa. Terdapat empat kemungkinan dalam keputusan penggunaan tenaga kerja pertanian yang melibatkan tenaga kerja keluarga pada pekerjaan off-farm atau non-farm dan tenaga kerja sewa, yaitu : a. Sepenuhnya menggunakan tenaga kerja sewa. b. Hanya mensuplai tenaga kerja keluarga pada pekerjaan off-farm atau non- farm. c. Menggunakan tenaga kerja swa dan mensuplai tenaga kerja keluarga pada pekerjaan off-farm atau non-farm. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 21 d. Tidak menggunakan tenaga kerja sewa dan tidak mensuplai tenaga kerja keluarga pada pekerjaan off-farm atau non-farm. Model rumah tangga juga dikembangkan oleh Becker 1965 dan Lancaster 1966 yang dasarkan pada hasil observasinya bahwa kepuasan rumah tangga diturunkan dari kegiatan produksi barang dan jasa yang telah dilakukan dengan mempertimbangkan besarnya barang yang dibayar dari pasar dan tenaga kerja rumahtangga yang digunakan. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan rumahtangga tani mempertimbangkan aspek produksi, konsumsi, serta alokasi waktu kerja pada kegiatan masing-masing termasuk alokasi waktu untuk tidak bekerja, misalnya untuk kegiatan social, santai dan istirahat Adhikari, 2003. Hal-hal yang menjadikan pertimbangan rumah tangga tani dalam mengambil keputusan, meliputi :  Keputusan menjual tenaga kerja keluar usahataninya sendiri on-farm pada pekerjaan non-farm atau menggunakan tenaga kerja sendiri untuk melakukan produksi.  Jenis pasar yang dihadapi pasar persaingan sempurna atau pasar tidak sempurna  Penentuan waktu optimum untuk bekerja yang menghasilkan kepuasan yang maksimum. 1. Model Rumahtangga Tani Chayanov  Tujuan rumahtangga tani adalah dicapainya kepuasan maksimum,  Menjalankan pasar produk tetapi tidak pada pasar tenaga kerja, sehingga dalam menghitung upah dengan cara : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 22 Implikasi upah = marginal rate of substitution antara pendapatan dan waktu luang.  Factor demografi mendominasi pendapatan rumahtangga. 2. Model Separasi Model rumahtangga pertanian merupakan model interaksi antara usaha petani dengan pasar dan sumber implikasi lainnya. Implikasi yang paling penting adalah jika pasar yang dihadapi merupakan pasar persaingan sempurna dan efisien maka harga di pasar menjadi pendukung keputusan rumahtangga tani dalam memisahkan antara kegiatan produksi dan konsumsi Benjamin, 1992. Dalam model Neoklasik diabaikan perbedaan antara penawaran dan permintaan yang dalam model rumahtangga pertanian dianalisis secara terpisah separasi. Dengan memperhatikan variabel harga, maka penawaran tenaga kerja pada rumahtangga pertanian tidak berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja dan sebaliknya. Dalam model ini dijelaskan dua kegiatan, yaitu kegiatan konsumsi yang digambarkan sebagai fungsi kepuasan dan kegiatan produksi yang digambarkan sebagai fungsi produksi. Fungsi kepuasan rumahtangga ditentukan oleh konsumsi c dan leisure l yang diformulasikan sebagai: U h = uc, l; a Sedangkan a merupakan faktor eksogen yang dalam hal ini adalah karakteristik rumahtangga petani, misalnya jumlah anggota dalam rumahtangga tani per katagori umur dan jenis kelamin. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 23 Fungsi produksi dalam rumahtangga tani diformulasikan sebagai: q = FL; A Keterangan: q = fungsi produksi L = jumlah tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja sewa L F + L H A = faktor eksogen yang dalam hal ini adalah lahan. Petani mengalokasikan waktu kerja yang tersedia untuk aktivitas bekerja on-farm L F , off-farm L O dan leisure l, selain itu petani juga memerlukan tenaga kerja sewa untuk menghasilkan produksi usahataninya.Dengan demikian persoalan rumahtangga tani adalah bagaimana memaksimumkan kepuasan tetapi dengan dibatasi konsumsi, waktu kerja yang tersedia, dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Max u c, l; a Rumah tangga petani dipedesaan pada kenyataan tidak dapat begitu saja lepas dari keadaan wilayah setempat. Terdapat wilayah- wilayah tertentu yang memiliki potensi alam kurang baik seperti lahan- lahan didaerah pegunungan, lahan kering atau lahan marginal lain yang seringkali sulit untuk dikembangkan, sedangkan penduduk di dalamnya hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan sumber daya wilayah tersebut. Keadaan itu akan memburuk apabila tidak ada upaya pembangunan wilayah yang memadai Hadiwigeno dan Pakpahan, 1993. Dalam hubungan ini, kegiatan penyuluhan pertanian perlu untuk selalu memperhatiakn ciri-ciri rumah tangga petani sebagai berikut : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 24 a. Usahatani adalah bagian salah satu cabang usaha didala keluarga untuk memperoleh pendapatan, sehingga kegiatan penyuluhanpertanian harus dipusatkan untuk menigkatkan pendapat keluarga dan perluasan kesempatankerja bagi keluarganya. b. Rumah tangga petani umumnya bersifat demokratis, artinya setiap tindakan yang dilakukan oleh anggota keluarga harus memperolehkesepakatan dan persetujuan segenap anggota keluarga. Karena itu kegiatan penyuluhan pertanian harus disampiakan kepada segenap anggota keluarga, tidak hanya kepada petani selaku kepala keluarga saja. Petani sebagai manusia umumnya terikat pula oleh ikatan masyarakat lingkungan. Masyarakat merupakan sumber kesentosaan petani yang menolong dalam menghadapi masalah-masalah kritis dan membantu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan usahatani dan kerumahtanggan yang lain. Untuk itu setiap langkah kegiatan petani diperlukan persetujuan sosial terlebih dahulu, seperti tradisi, adat istiadat, agama, kepercayaan, dan lain-lain. Dalam kegiatan pembinaan dan penyuluhan hal-hal tersebut tidak boleh diabaikan, Warsana. 2008. Eskola 2005 berpendapat bahwa pembangunan fasilitas pasar yang dekat dengan kegiatan pertanian serta kemudahan petani untuk mengakses informasi pasar dapat meningkatkan derajat komersialisasi rumahtangga pertanian. Partisipasi pasar akan terbuka lebar bagi petani, dan dengan cara demikian hambatan penjualan mengecil yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga tani. Argumentasi mereka didasarkan pada analisa empiris yang berbasis pada kerangka kerja ekonomi rumah tangga pertanian. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 25 Kerangka kerja tersebut telah menjadi benchmark atau model dasar dalam menganalisis ekonomi rumah tangga, Singh et al., 1986, Taylor dan Adelman 2002. 2.2.4. Teori Pendapatan Menurut pelopor ilmu ekonomi klasik, Adam smith dan David Ricardo distribusi pendapatan dapat digolongkan menjadi tiga 3 kelas social utama yaitu pekerja, pemilik modal dan tuan tanah. Ketiganya menentukan tiga faktor produksi, yaitu tenaga kerja, modal, dan tanah. Penghasilan yang diterima setiap faktor dianggap dianggap sebagai pendapatan masing-masing keluarga terlatih terhadap pendapatan nasional. Teori meeka meramalkan bahwa begitu masyarakat makin maju, para tuan tanah akan relative lebih baik keadaannya dan para kapitalis pemilik modal menjadi relative lebih buruk keadaannya. Sumitro, 1991. Pendapatan atau income masyarakat adalah hasil penjualan dari faktor- faktor produksi yang dimilikinya pada sector produksi dan sector ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku di pasar faktor produksi. Harga faktor produksi ditentukan oleh tarik-menarik antara penawaran dan permintaan Kadariah, 1994. Pendapatan keluarga petani merupakan suatu hal yang sangat menentukan tingkat hidup keluarga tersebut. Pendapatan dalam banyak hal merupakan penentu terhadap tingkat kebutuhan petani Cahyono, 2005 sebagian rumah tangga di daerah pedesaan umumnya memperoleh pendapatan tidak hanya dari satu sumber melainkan berasal dari berbagai sumber pendapatan sekto Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 26 pertanian dan sumber pandapatan yang berasal dari sector non pertanian antara lain : 1. sumber pendapatan di sector pertanian pandapatan dari sector pertanian adalah seluruh pendapatan baik pendapatan dari usaha ternak maupun pendapatan dari buruh tani yang dihasilkan kepala rumah tangga dan seluruh anggota keluarga buruh tani dalam satu tahun. 2. Sumber pandapatan di luar sector pertanian non pertanian Pendapatan dari sector non pertanian adalah seluruh pendapatan dari usaha di luar sector yang dihasilkan dari seluruh anggota rumah tangga buruh tani selama satu tahun. Pendapatan dari sector ini misalnya : pedagang, buruh industry, buruh angkutan, pengrajin, dan buruh pengolah lahan pertanian. Pendapatan dari kegiatan di luar sector pertanian untuk kelompok buruh tani sangat penting, sebagai tambahan pendapatan yang bersumber dari sector pertanian. Rumah tangga buruh tani yang tidak memiliki lahan usaha bidang dagang, jasa, dan kerajinan mempunyai arti yang sangat penting, dengan kata lain semakin endah tingkat pendapatan makin beraneka ragam nafkahnya Mintoro, 2003 Menurut Nurmanaf 2006, pendapatan rumah tangga umumnya tidak berasal dari satu sumber, tapi dapat berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan. Ragam sumber pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan itu sendiri, tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan. Bagi sebagian rumah tangga upaya tersebut tidak hanya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 27 menambah curahan jam kerja dari kegiatan yang ada tapi juga melakukan kegiatan yamg lain. Tingkat ekonomi petani sangat ditentukan oleh luas lahan usahatani. Sempitnya pemilikan lahan dan sedikitnya peluang kerja berakibat pada rendahnya investasi yang berakibat pada rendahnya pendapatan tani Santoso, 2006. Syafi’i, 2003, menyatakan bahwa kegaiatan usaha tanidalam memperoleh pendapatan sangat tergantung pada keadaan faktor dektor produktif yang dimiliki petani. Fungsi-fungsi produksi itu meliputi modal, tanah, tanaga kerja dan manajemen. Dari beberapa fungsi produksi tersebut, ternyata tanah mempunyai kedudukan yang terpenting. Hal ditandai dengan besarnya balas jasa oleh tanah dibandingkan dengan fungsi-fungsi produksi lainnya. Semakin luas usaha tanisemakin besar porsentase penghasilan ruamah tangga petani tapi bagi rumah tangga dan jasa petani yang dimliki sedikit lahan atau tidak mempunyai lahan pertanian memilih bidang usaha dan jasa serta pada bidang-bidang yang lain. Dengan kata lain semakin rendah tingkat pendapatan semakin beraneka ragamsumber nafkahnya. Pendapatan dalam banyak hal merupakan penentu terhadap tingkat kebutuhan petani.

2.3. Kerangka Pemikiran