Skripsi
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Tabel 2. Komposisi kimia Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka
Varietas Warna
Kadar Air Kadar Pati
Raja Nangka Tanduk
Putih Kuning coklat
9,31 9,63
29,59 29,89
Sumber: Rahmawati, 2003
B. Tepung Pisang
Menurut Munadjim 1994, tepung pisang merupakan olahan dari buah
pisang yang dikeringkan kemudian ditumbuk halus. Jenis pisang diantaranya
yang digunakan adalah pisang tanduk dan pisang raja nangka. Tingkat kematangan pisang akan mempengaruhi tepung yang dihasilkan. Tepung
pisang yang baik bisa diperoleh dari pisang yang telah masak awal premature. Pada keadaan tersebut kandungan pati masih tinggi dan gula
reduksi rendah. Pembuatan tepung pada umumnya meliputi proses sortasi, pengupasan
kulit, pencucian, pemotongan menjadi ukuran kecil, pengeringan, penghancuran dan pengayakan serta pengemasan.
Pada pembuatan tepung, pengeringan dapat dilakukan dengan mempergunakan dua cara yaitu pengeringan dengan sinar matahari dan
dengan mempergunakan alat pengering cabinet dryer. Kadar air yang harus dicapai pada proses pengeringan ini adalah 4-6 yakni kadar air ideal untuk
berbagai jenis tepung Desrosier, 1988. Jika proses pengeringan sudah selesai segera dilakukan proses penepungan. Pengeringan untuk tepung dilakukan
Skripsi
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
pada suhu 60
o
C selama 12 jam. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar air pada tepung sehingga tepung lebih tahan lama.
Menurut Mulyati 2005 pada dasarnya semua jenis pisang bisa diolah menjadi tepung pisang, asal tingkat ketuaannya cukup sehingga kandungan
patinya pun maksimal. Tepung pisang mempunyai rasa dan bau yang khas sehingga bisa digunakan sebagai bahan tambahan berbagai olahan yang
umumnya menggunakan tepung terigu atau beras.
C. Pati Resisten
Pati resisten Resistant Starch didefinisikan sebagai pati atau produk degradasi pati yang tidak dapat dicerna oleh usus manusia yang sehat Asp
dan Bjorck, 1992. Pati resisten dapat dihasilkan dari proses pengolahan pemanasan dan
pendinginan berulang-ulang, sifat alami pati pati kentang, pati pisang dan bahan nabati tinggi amilosa lainnya dan sifat fisik bahan berpati ukuran
partikel dan derajat hidrasi dan sebagainya Kingman dan Englys, 1994. Bakteri kolonik manusia memfermentasi pati resisten dan serat pangan
menjadi asam lemak rantai pendek Short Chain Fatty Acids SCFA. Topping dan Clifton, 2001. Klasifikasi pati resisten berdasarkan
pencernaannya dapat dilihat pada Tabel 3.
Skripsi
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Tabel 3. Klasifikasi pati resisten berdasar pencernaannya
Jenis Terdapatnya Kecernaan
Rapidly Digestible Starch RDS Slowly Digestible Starch SDS
Resistant Starch RS : a. Psysically Inaccesible Starch
RS1 b. Resistant Starch Granules RS2
c. Retrograded Starch RS3 Makanan yang baru saja dimasak
Kebanyakan serealia mentah -
Serealiabiji-bijian yang digiling Kentang mentah, pisang
Roti tawar, corn flakes, kentang rebus dingin
Cepat Lambat tapi komplit
- Tahan cerna
Tahan cerna Tahan cerna
Sumber : Englyst, et al. 1992 Klasifikasi pati berdasar kecernaannya dibedakan menjadi 3 yaitu
Rapidly Digestible Starch RDS yang dapat tercerna misalnya makanan yang berpati yang baru saja dimasak, Slowly Digestible Starch SDS yang lambat
tapi komplit misalnya serealia mentah dan Resistant Starch RS yang tercerna atau resisten. Sedangkan klasifikasi Resistant Starch yaitu RS-1 yang secara
fisik sulit dicerna missal karena ukuran besar misalnya serealia utuhdigiling tidak halus, RS-2 granulanya pati resisten missal kentang dan pisang mentah,
RS-3 yang patinya teretrogradasi resisten karena proses pengolahan missal corn flakes, roti tawar dan lempeng serta RS-4 yaitu pati termodifikasi.
Usaha-usaha untuk meniru proses pencernaan yang terjadi pada usus manusia adalah sulit dan diperlukan pengukuran analitik yang divalidasi oleh
pengukuran secara in vivo menggunakan hewan percobaan. Meskipun data yang tersedia masih terbatas, namun nampaknya tikus percobaan mencerna
makanan dengan level yang sama dengan sistem pencernaan manusia. Kelebihan penggunaan hewan percobaan adalah selain lebih mudah diperoleh,
juga lebih murah dan lebih mudah digunakan daripada pasien manusia.
Skripsi
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Bioassay dengan tikus percobaan menunjukkan pati resisten dapat meningkatkan jumlah feses dan kadar air feses serta mempercepat transit
didalam kolon Marsono, 1998. Goni et al 1996 mengajukan klasifikasi bahan makanan sesuai
dengan kadar pati resistennya seperti yang tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi bahan-bahan yang mengandung pati resisten db
Klasifikasi Bahan Makanan
Sangat rendah 1 Kentang rebus panas
Nasi panas Pasta
Serealia sarapan dengan penambahan bekatul Tepung gandum
Rendah 1,0 – 2,5 Serealia sarapan
Biskuit Roti
Pasta Kentang rebus dingin
Nasi dingin Sedang 2,5 – 5,0
Serealia sarapan corn flakes, rice crispies Kentang goring
Produk ekstruksi kacang-kacangan Tinggi 5,0 – 15
Kacang rebus lentil, buncis Kacang panjang
Beras mentah Pati diotoklaf dan didinginkan gandum, kentang,
jagung Makanan berpati direbus dan dibekukan
Sangat tinggi 15 Kentang mentah
Kacang mentah Tepung maizena tinggi amilosa
Pisang mentah Amilosa teretrogradasi
Sumber : Goni et al. 1996 Pati resisten mengakibatkan digesta bersifat viskus dan menaikkan
efek laksatif sehingga mencegah sembelit, wasir dan divertikulosias. Pada tikus percobaan, pati resisten menaikkan konsentrasi asam lemak rantai
Skripsi
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
pendek digesta dan menurunkan pH digesta tikus sehingga mempunyai efek yang positif pada kesehatan kolon Marsono, 1998.
D. Sifat-sifat Pati Resisten