PENGARUH KONSUMSI TEPUNG PRA MASAK PISANG TANDUK DAN PISANG RAJA NANGKA PADA SIFAT FISIK DAN KIMIA DIGESTA TIKUS PERCOBAAN.
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Program Studi Teknologi Pangan
Oleh :
AINUN SYIFAK SUBHANA
NPM. 0533010019
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
PENGARUH KONSUMSI TEPUNG PRA MASAK PISANG TANDUK DAN PISANG
RAJA NANGKA PADA SIFAT FISIK DAN KIMIA DIGESTA TIKUS PERCOBAAN
Disusun Oleh :
AINUN SYIFAK SUBHANA
NPM. 0533010019
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji
Pada tanggal 11 Juni 2010
Tim Penguji :
Pembimbing :
1. 1.
Ir, Tri Mulyani. MS
Rosida. STP. MP
NIP. 030 181 513
NPT. 957 100 044
2.
2.
Dra. Jariyah, MP
Ir. Ulya Sarofa. MM
NIP. 030 212 017
NIP. 030 212 017
3.
Rosida. STP. MP
NPT. 957 100 044
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Ir. Sutiyono, MT
NIP. 030 191 025
(3)
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan Skripsi yang
berjudul: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG PRA MASAK PISANG
TANDUK DAN PISANG RAJA NANGKA PADA SIFAT FISIK DAN KIMIA
DIGESTA TIKUS PERCOBAAN.
Penyusunan Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan studi pada Program Studi Teknologi Pangan di Fakultas Teknologi
Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur guna Meraih
Gelar Sarjana Teknologi Pangan (S1).
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih
yang tak terhingga kepada :
1.
Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran”
Jawa Timur.
2.
Ir. Sudaryati, HP. MP, selaku Ketua Program Studi Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jatim.
3.
Rosida STP. MP, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan,
bimbingan dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam
penyusunan Skripsi ini.
4.
Ir. Ulya Sarofa, MM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
arahan, bimbingan dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
(4)
yang telah memberikan arahan, bimbingan dan meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6.
Ir. Tri Mulyani. MS, Dra. Jariyah. MP dan Rosida. STP. MP selaku Dosen
Penguji Lesan yang telah memberikan arahan, bimbingan dan meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7.
Kedua orang tua tercinta Ayah dan Ibu serta Adikku tercinta Luul atas segala
dukungan moril dan materiil yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
8.
Rekan-rekanku Progdi Teknologi Pangan (Pipie, Ninin, Aini, Iien, Wahyu S,
Wahyu F, Dina, Keny, Idda, Koko, Brenk, Mama, Yance, Agus, Alfian, Tedy,
Nanank, Teguh, Shanty dan Vanda) yang telah membantu dalam
terlaksananya Skripsi ini. Dan yang tersayang Andy Rosyadi Ilmawan yang
telah memberi semangat, suport dan dukungan supaya kuat dalam menghadapi
cobaan
Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa di
Program Studi Teknologi Pangan pada khususnya dan bagi pihak-pihak yang
memerlukan pada umumnya. Skripsi ini masihlah jauh dari sempurna serta banyak
kekurangannya, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat obyektif dan membangun guna sempurnanya tulisan ini.
Surabaya, Juni 2010
Penulis
(5)
ix
DIGESTA TIKUS PERCOBAAN
Ainun Syifak Subhana
0533010019
INTISARI
Pati resisten atau (
Resistant starch
) adalah pati dan produk-produknya
yang lolos dari proses pencernaan di usus halus dan masuk ke usus besar.
Pemanasan kembali serta pendinginan pati yang mengarah pada terbentuknya
kristal baru yang tidak larut berupa pati teretrogradasi (
retrograded starch
).
Gelatinisasi dan retrogradasi yang sering terjadi selama pengolahan bahan berpati
dapat mempengaruhi kecernaan pati di dalam usus halus.
Pada penelitian ini dilakukan analisa evaluasi gizi tepung pra masak
pisang pada tikus percobaan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sifat fisik
dan kimia digesta tikus percobaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi tepung
pra masak pisang terhadap berat, volume, kadar air, pH dan total asam lemak
rantai pendek dalam digesta tikus percobaan dan untuk menentukan perlakuan
terbaik dari jenis pisang dan proses pemasakan pada sifat fisik dan kimia tikus
yang mengkonsumsinya.
Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
faktorial dengan dua faktor. Faktor I adalah jenis pisang dan faktor II adalah jenis
perlakuan (perebusan-pendinginan, pengukusan-pendinginan dan
pemanggangan-pendinginan).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan yang
dikombinasi pendinginan dapat meningkatkan kadar pati resisten pisang.
Perlakuan terbaik diperoleh pada tepung pra masak pisang tanduk (rebus-dingin)
yang ditunjukkan pada digesta tikus yang mengkonsumsinya yaitu mempunyai
kadar air digesta 86,293 %, volume digesta 2,05 gr/100gr berat badan, berat
digesta 2,045 gr/100gr berat badan, pH digesta 6,494, kadar asam asetat 37,926
mmol/l, kadar asam propionat 18,866 mmol/l, kadar asam butirat 10,204 mmol/l
dan Total SCFA 65,152 mmol/l.
(6)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan yang akhir-akhir ini dialami masyarakat modern dengan tingkat ekonomi yang cukup adalah kegemukan, konstipasi (susah buang air besar) dan masalah yang berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah. Masalah alat pencernaan erat hubungannya dengan perubahan pola makan. Kecenderungan mengkonsumsi makanan yang berasal dari bahan pangan hewani dan kurang mengkonsumsi bahan pangan nabati yang kaya akan serat mengakibatkan gangguan kesehatan alat pencernaan.
Menurut Muir et al. (1995), dahulu pati dianggap dapat dicerna dengan sempurna. Pada awal tahun 1980-an, telah ditemukan fraksi pati dalam diet yang lolos pada proses pencernaan dan absorbsi dalam usus halus manusia. Pati atau produk degradasi pati yang tidak dapat dicerna oleh usus manusia yang sehat ini telah didefinisikan sebagai pati resisten (Resistant Starch) (Asp dan Bjorck, 1992)
Pati resisten mempunyai efek fisiologis yang hampir sama dengan serat makanan, efek fisiologis tersebut adalah kemampuannya memfermentasi didalam usus besar yaitu menghasilkan SCFA dan energi, menurunkan pH
(7)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
feses, menaikkan jumlah feses (karena mikrobia tinggi) dan mempermudah laksasi, sehingga dapat menyehatkan kolon.
Makanan yang tidak dapat dicerna dan diabsorbsi sempurna pada usus halus akan tersedia untuk fermentasi dalam kolon oleh bakteri anaerobik. Terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa banyak produk samping fermentasi kolon, termasuk asam lemak rantai pendek (Short Chain Fatty Acid/SCFA), yaitu : asetat, propionatdan butirat yang mempunyai efek fisiologis yang luas dan implikasi yang penting pada berbagai penyakit (Muir et. al, 1995)
Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, pati resisten banyak diteliti terutama dari segi pembentukan dan aspek gizinya. Pati resisten dapat dihasilkan dari proses pengolahan (pemanasan dan pendinginan bahan berpati yang berulang-ulang), sifat alami pati (pati kentang, pati pisang) dan bahan nabati tinggi amilosa lainnya.(Kingman dan Englys, 1994).
Hal ini sesuai dengan hasil-hasil penelitian terdahulu, yang menunjukkan pemberian diet tinggi pati resisten yang menunjukkan efekfisiologis yang baik pada kesehatan kolon tikus percobaan yang ditandai dengan, peningkatkan berat digesta tikus, (Schulz et. al., 1993, Morita et. al., dan 1999), peningkatan kadar air digesta (Schulz et. al., 1993) dan peningkatan jumlah feses (Shulz et. al., 1993) serta penurunan pH digesta
(8)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
tikus yang mengkonsumsinya dibanding tikus dengan diet rendah pati resisten (Schulz et. al., 1993, Morita et. al., 1998 dan 1999).
Di Indonesia penelitian mendalam tentang pati resisten belum banyak dilakukan, padahal banyak sumber-sumber pati resisten di Indonesia misalnya pisang. Pisang mengandung cukup pati cukup tinggi (28-29%) sehingga merupakan sumber pati resisten yang potensial. Evaluasi gizi pati resisten (melalui bioassay) nampaknya juga belum banyak diteliti.(Rahmawati, 2003).
Atas dasar hal-hal tersebut diatas, pada penelitian ini akan dipelajari evaluasi nilai gizi pati resisten pada tepung pra masak pisang menggunakan tikus percobaan, sehingga jika diterapkan pada manusia diharapkan mempunyai efek yang positif untuk kesehatan usus besar.
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk memgetahui pengaruh konsumsi tepung pra masak pisang terhadap berat, volume, kadar air, pH dan total asam lemak rantai pendek (SCFA) dalam digesta tikus percobaan.
2. Untuk menentukan perlakuan terbaik dari jenis pisang dan proses pemasakan pada sifat fisik dan kimia digesta tikus yang dianalisa.
C. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi pada masyarakat tentang efekfisiologis pati resisten yang hampir sama dengan serat makanan.
(9)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
2. Memberikan informasi pada masyarakat tentang pentingnya pati resisten terhadap peningkatan kesehatan kolon (Berat, kadar air dan jumlah feses) yang mempunyai efek positif bagi kesehatan manusia.
(10)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pisang
Buah pisang telah lama dikenal oleh masyarakat karena mudah diperoleh dan mempunyai nilai gizi yang tinggi. Buah pisang termasuk buah
yang mudah rusak (perishable), oleh karena itu banyak dilakukan proses
pengolahan pisang untuk tujuan tertentu, misalnya meningkatkan nilai ekonomisnya, meningkatkan rasa dan memperpanjang umur simpannya. Pengolahan pisang secara tradisional antara lain dengan cara direbus, dikukus, digoreng atau dibuat keripik.(Anonim, 2007).
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi pisang per 100 gram bahan
Senyawa Komposisi Air (garam) Energi (K) Karbohidrat (gram) Protein(gram) Lemak (gram) Ca (mg) P (mg) Fe (mg)
Vitamin A (mg) Vitamin B-1 (mg) Vitamin C (mg)
75.00 88.00 23.00 1.20 0.20 8.00 28.00 0.60 439.00 0.04 78.00
Sumber : Kantor Deputi Menteri Negara Ristek dan Teknologi (2002) Komposisi kimia buah pisang dipengaruhi oleh jenis pisang, kondisi pertumbuhannya dan tingkat kemasakannya. Buah pisang mengandung pati yang cukup tinggi yaitu 28 – 29%, sehingga buah pisang ini cukup potensial
(11)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
dikembangkan sebagai sumber pati resisten. Tepung pisang adalah tepung yang diperoleh dari daging buah pisang melalui proses pengeringan dan penggilingan, dan digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan kue maupun makanan bayi (Rahmawati et. al., 2003).
Berdasarkan cara konsumsi pisang, pisang terdiri dari tiga kelompok besar, yaitu banana, plantain, dan pisang yang berbiji. Pisang jenis banana biasanya lebih disukai untuk dikonsumsi langsung. Jenis pisang dari golongan ini di antaranya adalah pisang mas, pisang ambon, pisang seribu, pisang raja sereh, pisang raja bulu, pisang barangan, dan pisang susu. Pisang jenis
plantain lebih disukai jika diolah atau dimasak terlebih dahulu. Jenis pisang dari golongan ini di antaranya adalah pisang nangka, pisang kepok, pisang tanduk, pisang kapas, pisang usuk, pisang bangka, dan pisang Siam Sementara itu, pisang yang berbiji terdiri dari pisang batu dan pisang klutuk. Jenis pisang yang baik untuk diolah menjadi keripik adalah jenis pisang sayur (plantain) (Anonymous, 2008).
Jenis-jenis pisang yang akan dipelajari dalam penelitian ini adalah pisang tanduk dan pisang raja nangka yaitu :
a. Pisang Tanduk
Keistimewaan pisang tanduk ialah bentuk buahnya yang besar panjang dan melengkung seperti tanduk. Panjangnya dapat mencapai 35 cm. Pisang ini tidak seperti jenis lainnya, produksi buahnya sangat sedikit. Satu pohon hanya
(12)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
menghasilkan tiga sisir, rata-rata tiap sisirnya terdiri dari 10 buah. Berat per buah mencapai sekitar 300 g. Kulit buah tebal berwarna kuning kemerahan berbintik cokelat. Daging buah berwarna merah kekuningan, rasanya manis
sedikit asam, dan aromanya kuat.Pisang tanduk cocok untuk makanan olahan.
Buahnya berukuran besar dengan panjang lebih dari 20 cm. Kulit buah tebal dan berwarna kuning kemerahan berbintik hitam. Daging buah yang sudah matang berwarna putih kemerahan (Anonim, 2006).
Komposisi Pisang Tanduk Menurut Rahmawati et al., 2003 dapat
dilihat pada (Tabel 2).
Gambar 1. Pisang Tanduk b. Pisang Raja Nangka
Pisang raja nangka adalah pisang yang pada saat matang kulitnya berwarna hijau. Kulit buah ini agak tebal. Rasa buahnya asam manis. Pisang jenis ini hanya digunakan untuk olahan. Berat per tandan 11-14 kg terdiri dari
(13)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
6-8 sisir, dan tiap sisir terdiri dari 14-24 buah. Panjang buah 24-28 cm dengan diameter 3,5-4 cm. Bentuk buah melengkung. Walaupun berukuran agak besar, pisang yang berasal dari Malang Jawa Timur, ini berbobot 150-180 gram per buah. Daging buah berwarna kuning kemerahan dengan rasa manis sedikit asam dan aroma harum (Anonymous, 2008).
Pisang ini dapat dimanfaatkan baik dalam keadaan mentah, maupun dimasak, atau diolah menurut cara-cara tertentu. Pisang dapat diproses menjadi tepung, kripik, 'puree', bir , cuka, atau didehidrasi. Dalam bentuk tepung, pisang digunakan dalam kasus anemia dan casa letih pada umumnya, serta untuk yang kekurangan gizi. Buah yang matang sempurna merupakan makanan mewah jika dimakan pagi-pagi sekali. Tepung yang dibuat dari pisang digunakan untuk gangguan pencernaan yang disertai perut kembung dan kelebihan asam.
Komposisi Pisang Raja Nangka Menurut Rahmawati et al., 2003
dapat dilihat pada (Tabel 2).
(14)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Tabel 2. Komposisi kimia Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka
Varietas Warna Kadar Air
(%)
Kadar Pati (%) Raja Nangka
Tanduk
Putih
Kuning coklat 9,31 9,63
29,59 29,89 Sumber: Rahmawati, 2003
B. Tepung Pisang
Menurut Munadjim (1994), tepung pisang merupakan olahan dari buah
pisang yang dikeringkan kemudian ditumbuk halus. Jenis pisang diantaranya
yang digunakan adalah pisang tanduk dan pisang raja nangka. Tingkat kematangan pisang akan mempengaruhi tepung yang dihasilkan. Tepung pisang yang baik bisa diperoleh dari pisang yang telah masak awal (premature). Pada keadaan tersebut kandungan pati masih tinggi dan gula reduksi rendah.
Pembuatan tepung pada umumnya meliputi proses sortasi, pengupasan kulit, pencucian, pemotongan menjadi ukuran kecil, pengeringan, penghancuran dan pengayakan serta pengemasan.
Pada pembuatan tepung, pengeringan dapat dilakukan dengan mempergunakan dua cara yaitu pengeringan dengan sinar matahari dan
dengan mempergunakan alat pengering (cabinet dryer). Kadar air yang harus
dicapai pada proses pengeringan ini adalah 4-6% yakni kadar air ideal untuk berbagai jenis tepung (Desrosier, 1988). Jika proses pengeringan sudah selesai segera dilakukan proses penepungan. Pengeringan untuk tepung dilakukan
(15)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
pada suhu 60oC selama 12 jam. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar air pada tepung sehingga tepung lebih tahan lama.
Menurut Mulyati (2005) pada dasarnya semua jenis pisang bisa diolah menjadi tepung pisang, asal tingkat ketuaannya cukup sehingga kandungan patinya pun maksimal. Tepung pisang mempunyai rasa dan bau yang khas sehingga bisa digunakan sebagai bahan tambahan berbagai olahan yang umumnya menggunakan tepung (terigu atau beras).
C. Pati Resisten
Pati resisten (Resistant Starch) didefinisikan sebagai pati atau produk degradasi pati yang tidak dapat dicerna oleh usus manusia yang sehat (Asp dan Bjorck, 1992).
Pati resisten dapat dihasilkan dari proses pengolahan (pemanasan dan pendinginan berulang-ulang), sifat alami pati (pati kentang, pati pisang dan bahan nabati tinggi amilosa lainnya) dan sifat fisik bahan berpati (ukuran partikel dan derajat hidrasi) dan sebagainya (Kingman dan Englys, 1994). Bakteri kolonik manusia memfermentasi pati resisten dan serat pangan
menjadi asam lemak rantai pendek (Short Chain Fatty Acids / SCFA.
(Topping dan Clifton, 2001). Klasifikasi pati resisten berdasarkan pencernaannya dapat dilihat pada Tabel 3.
(16)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Tabel 3. Klasifikasi pati resisten berdasar pencernaannya
Jenis Terdapatnya Kecernaan
Rapidly Digestible Starch (RDS) Slowly Digestible Starch (SDS) Resistant Starch (RS) :
a. Psysically Inaccesible Starch (RS1)
b. Resistant Starch Granules (RS2) c. Retrograded Starch (RS3)
Makanan yang baru saja dimasak Kebanyakan serealia mentah
-
Serealia/biji-bijian yang digiling Kentang mentah, pisang Roti tawar, corn flakes, kentang rebus dingin
Cepat Lambat tapi komplit
- Tahan cerna Tahan cerna Tahan cerna
Sumber : Englyst, et al. 1992
Klasifikasi pati berdasar kecernaannya dibedakan menjadi 3 yaitu
Rapidly Digestible Starch (RDS) yang dapat tercerna misalnya makanan yang berpati yang baru saja dimasak, Slowly Digestible Starch (SDS) yang lambat tapi komplit misalnya serealia mentah dan Resistant Starch (RS) yang tercerna atau resisten. Sedangkan klasifikasi Resistant Starch yaitu RS-1 yang secara fisik sulit dicerna (missal karena ukuran besar) misalnya serealia utuh/digiling tidak halus, RS-2 granulanya pati resisten missal kentang dan pisang mentah, RS-3 yang patinya teretrogradasi (resisten karena proses pengolahan) missal corn flakes, roti tawar dan lempeng serta RS-4 yaitu pati termodifikasi.
Usaha-usaha untuk meniru proses pencernaan yang terjadi pada usus manusia adalah sulit dan diperlukan pengukuran analitik yang divalidasi oleh
pengukuran secara in vivo (menggunakan hewan percobaan). Meskipun data
yang tersedia masih terbatas, namun nampaknya tikus percobaan mencerna makanan dengan level yang sama dengan sistem pencernaan manusia. Kelebihan penggunaan hewan percobaan adalah selain lebih mudah diperoleh, juga lebih murah dan lebih mudah digunakan daripada pasien manusia.
(17)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Bioassay dengan tikus percobaan menunjukkan pati resisten dapat meningkatkan jumlah feses dan kadar air feses serta mempercepat transit didalam kolon (Marsono, 1998).
Goni et al (1996) mengajukan klasifikasi bahan makanan sesuai dengan kadar pati resistennya seperti yang tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi bahan-bahan yang mengandung pati resisten (%db)
Klasifikasi Bahan Makanan
Sangat rendah (<1%) Kentang rebus (panas) Nasi (panas)
Pasta
Serealia sarapan dengan penambahan bekatul Tepung gandum
Rendah (1,0 – 2,5%) Serealia sarapan
Biskuit Roti Pasta
Kentang rebus (dingin) Nasi (dingin)
Sedang (2,5 – 5,0%) Serealia sarapan (corn flakes, rice crispies) Kentang goring
Produk ekstruksi kacang-kacangan Tinggi (5,0 – 15%) Kacang rebus (lentil, buncis)
Kacang panjang Beras mentah
Pati diotoklaf dan didinginkan (gandum, kentang, jagung)
Makanan berpati direbus dan dibekukan
Sangat tinggi (>15%) Kentang mentah
Kacang mentah
Tepung maizena tinggi amilosa Pisang mentah
Amilosa teretrogradasi
Sumber : Goni et al. (1996)
Pati resisten mengakibatkan digesta bersifat viskus dan menaikkan efek laksatif sehingga mencegah sembelit, wasir dan divertikulosias. Pada tikus percobaan, pati resisten menaikkan konsentrasi asam lemak rantai
(18)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
pendek digesta dan menurunkan pH digesta tikus sehingga mempunyai efek yang positif pada kesehatan kolon (Marsono, 1998).
D. Sifat-sifat Pati Resisten
Menurut Muir et al (1995), bahwa serat pangan bukanlah satu-satunya karbohidrat yang tidak tercerna dan masuk kedalam usus besar. Makanan yang tidak dapat dicerna dan diabsorbsi sempurna pada usus halus akan tersedia untuk fermentasi dalam kolon oleh bakteri anaerobic.
Keberadaan Pati Resisten dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor meliputi proses pengolahan, tipe pati (amilosa atau amilopektin), keadaan fisik bahan (derajat hidrasi, ukuran partikel) serta adanya komponen lain misalnya lipida (British Nutrition Foundation, 1990).
Efek fisiologis serat pangan dan pati resisten bukan hanya disebabkan oleh serat pangan atau pati resisten itu sendiri, tetapi juga oleh asam lemak rantai pendek (SCFA) yang merupakan hasil fermentasinya di dalam usus besar. SCFA merupakan produk akhir utama dan degradasi serat pangan dan pati resisten oleh bakteri anaerob pada usus besar (Cummings, 1989).
Skema fermentasi pati resisten dan serat pangan di dalam usus besar dapat dilihat pada Gambar 3.
(19)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Pati Resisten Enzim Mikrobia SCFA: Asetat,
Propionat, Butirat
Polisakarida Karbohidrat Gas :H2,CH4,CO2
Nonpati / Serat Terfermentasi
Energi: Untuk
Pertumbuhan Mikroba
Gambar 3. Skema Pemecahan Karbohidrat (RS dan Serat Pangan) dalam Usus Besar Marsono, 1998)
Karbohidrat yang tidak diabsorbsi dipecah oleh bakteri anaerobik didalam usus besar. Polisakarida dipecah dan sakarida yang lebih sederhana (hexose, pentosa dan asam urat) difermentasi melalui berbagai reaksi menghasilkan produk akhir meliputi : laktat, H2, CH4, CO2, air, dan SCFA
(asetat, propionate dan butirat). SCFA yang dihasilkan kira-kira ber ratio 60 : 25 : 15 dan dapat bervariasi tergantung karbohidrat yang difermentasi.
Secara sederhana Miller dan Wolin (1979) mengusulkan reaksi fermentasi karbohidrat komplek didalam kolon manusia berdasar pada rasio SCFA plus karbon dioksida dan methane sebagai berikut :
34,5 C6H12O6 48 CH3COOH +CH3CH2COOH + 5 CH3CH2COOH
+ 27,75 CH4 + 34,5 CO2 + 0,5 H2O
Karbohidart Endogenus
(20)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Skema metabolisme pati (RS) dan serat pangan didalam usus besar dapat dilihat pada Gambar 4.
Masuk usus besar Pati Resisten Hemiselilosa
Selulosa
Dimetabolisme oleh bakteri : Hexosa Pentosa
untuk pertumbuhan bakteri
glikolisis LPP
Asam Piruvat
Produk Hasil Akhir : SCFA : GAS :
Asetat H2
Propionat CH4
Butirat CO2
Hilang Bersama Feses
Diabsorbsi oleh usus Hilang dalam
Besar dan dimetabolisme nafas setelah
Diabsorpsi
Gambar 4. Skema Metabolisme Pati (RS) dan Serat Pangan Didalam Usus Besar (McNeil, 1984).
SCFA sangat cepat difermentasi oleh kolon kemudian masuk ke mucosa dan sekitarnya dimana sebagian besar butirat dioksidasi menghasilkan energy. Sisa butirat dan sebagian besar sisa SCFA yang lain masuk kedalam pembuluh darah dan diangkut ke liver.
(21)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
E. Pengolahan Pangan dan Pati resisten
Menurut Englyst dan Cummings (1987) didalam Marsono (1998) pemanasan pati disertai air berlebihan akan mengakibatkan pati mengalami gelatinisasi. Pendinginan pati yang telah tergelatinisasi dapat mengubah struktur pati yang mengarah pada terbentuknya kristal baru yang tidak larut berupa pati yang teretrogradasi. Gelatinisasi dan retrogradasi yang sering terjadi pada pengolahan bahan berpati dapat mempengaruhi kecernaan pati dalam usus halus.
Gelatinisasi merupakan granula pati yang dibuat membengkak luar biasa, tetapi bersifat tidak dapat kembali lagi pada kondisi semula. Suhu gelatinisasi pati tergantung juga pada konsentrasi pati. Sedangkan retrogradasi adalah proses kristalisasi kembali pati yang telah mengalami gelatinisasi.(Winarno, 2002).
Gelatinisasi dan retrogradsi yang sering terjadi selama pengolahan bahan berpati dapat mempengaruhi kecernaan pati di dalam usus halus. Sebagai contoh sejumlah pati pada kentang, pisang dan kacang-kacangan
(Fleming and Vose, 1979; Englyst and Cummings, 1986; McBurney et al.,
1988) serta berbagai produk olahan misalnya roti tawar dan corn flakes
(Wolever et al., 1986; Englyst and Cummings, 1985) ditemukan tidak tercerna dengan sempurna didalam usus halus manusia dan hewan yang ditandai dengan adanya pati di dalam digesta (isi usus) di dalam usus besar. Fraksi pati
(22)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
ini disebut pati tahan cerna atau “Resistant Starch” = RS (Englyst and
Cummings, 1987).
Suhu gelatinisasi pati pisang relatif cukup tinggi dibanding dengan pati umbi-umbian, diduga disebabkan oleh adanya ikatan yang kuat pada granula patinya. Afinitas iodine pati pisang relatif kecil tetapi kandungan fosfornya di duga teresterifikasi dengan granula prti sehingga memperkuat struktur granula pati (lii dan Chang, 1991).
F. Pemeliharaan Hewan Percobaan
Dalam penelitian ini hewan yang digunakan adalah tikus putih jenis wistar (umur 2 bulan, berat rata-rata 125gr). Hewan coba ini sering digunakan dalam melakukan penelitian lingkungan hidup. Karakteristik dan keutamaan dari mencit ini adalah: pembauannya sangat peka yang memiliki fungsi untuk mendeteksi pakan, deteksi predator dan deteksi signal (feromon), penglihatan jelek karena sel conus sedikit sehingga tidak dapat melihat warna, Sistem sosial: soliter atau berkelompok. Kandangnya dibuat individual dan tertutup dengan kondisi cahaya tidak terkontrol, centilasi udara didalam kandang cukup, dan suhu kandang menggunakan suhu kamar.
Untuk pembuatan pakan perlakuan selain digunakan tepung pisang juga digunakan kasein (protein susu) yang biasa disebut susu skim, sukrosa (gula Kristal) yang diperoleh dari gula tebu atau nira, selulosa bertindak sebagai karbohidrat yang biasa disebut CMC, serta minyak kedelai yang
(23)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
bertindak sebagai lemak. Pembuatan pakan perlakuan (formula diet standart) ini mengacu pada diet standart AIN-93 yaitu sebagai berikut :
Tabel 5. Komposisi Diet Standart Tikus (gr/1000gr)* :
Komponen Diet Standart
Maizena 620,70 Kasein 140 Sukrosa 100
Minyak Kedelai 40
Selulosa 50
Camp mineral 35
Camp vitamin 10
Air Secukupnya *Campuran mineral dan vitamin mengacu pada AIN -93
G. Analisis Keputusan
Keputusan adalah suatu kesimpulan dari suatu proses untuk memilih tindakan yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada. Pengambilan keputusan adalah proses yang mencakup semua pikiran dan kegiatan yang diperlukan guna membuktikan dan memperlihatkan pikiran baik tersebut. (Siagian, 1987).
Analisa keputusan adalah untuk memilih alternatif terbaik yang dilakukan antara aspek kualitas, aspek kuantitas dan aspek finansial dari produk olahan yang dihasilkan dengan kombinasi setiap perlakuan (Susanto, 1994).
Analisis keputusan pada dasarnya adalah suatu prosedur yang logis dan kuantitatif yang tidak hanya menerangkan mengenai pengambilan keputusan, tetapi juga merupakan suatu cara untuk membuat keputusan.
(24)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Pengambilan keputusan pada penelitian ini berdasarkan sifat fisik dan kimia terbaik (Mangkusubroto dan Listiani, 1987).
H. Landasan Teori
Pati resisten (Resistant Starch) didefinisikan sebagai pati atau produk degradasi pati yang tidak dapat dicerna oleh usus manusia yang sehat (Asp dan Bjorck, 1992). Pati resisten dapat dihasilkan dari proses pengolahan (pemanasan dan pendinginan berulang-ulang), sifat alami pati (pati kentang, pati pisang dan bahan nabati tinggi amilosa lainnya) dan sifat fisik bahan berpati (ukuran partikel dan derajat hidrasi). (Kingman dan Englys, 1994).
Pati resisten, selain mempunyai manfaat yang mirip serat pangan, juga mempunyai kelebihan untuk mencegah kanker kolon dan diare, dapat meningkatkan mikroflora usus. Sehubungan dengan tingginya kadar asam
lemak rantai pendek (Short-Chain Fatty Acid/SCFA) merupakan produk akhir
utama dari degradasi serat pangan dan pati resisten oleh bakteri anaerob pada usus besar (Cummings, 1989).
Mekanisme pembentukan pati resisten yaitu pemanasan pati dipecah menjadi gelatinisasi kemudian terbentuk retrogradasi yang menghasilkan pati teretrogradasi untuk menjadi pati resisten. (Kingman dan Englys, 1994).
Efekfisiologis pati resisten hampir sama dengan serat makanan, efekfisiologis tersebut adalah, menaikkan viskositas digesta, memiliki kapasitas peningkatan air yang tinggi, Terfermentasi didalam usus besar
(25)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
(menurunkan pH feses, menaikkan jumlah feses (karena jumlah mikrobia tinggi), mempermudah laksasi dan menghasilkan SCFA) bersifat sebagai penukar ion sehinnga dapat menyehatkan kolon.(Marsono, 1998).
Mekanisme terbentuknya pati resisten tipe tiga adalah Pemanasan pati tergelatinisasi (Amilosa dan Amilopektin) kemudian mengalami pendinginan dan menjadi retrogadasi kemudian menjadi Pati Teretrogadasi (Pati Resisten) (Kingman dan Englys, 1994).
Gelatinisasi merupakan granula pati yang dibuat membengkak luar biasa, tetapi bersifat tidak dapat kembali lagi pada kondisi semula. Suhu gelatinisasi pati tergantung juga pada konsentrasi pati. Sedangkan retrogradasi adalah proses Kristalisasi kembali pati yang telah mengalami gelatinisasi. (Winarno, 2002).
Pati resisten dapat terjadi apabila sudah melalui proses gelatinisasi dan retrogradasi. Kadar amilosa dan amilopektin sangat mempengaruhi pati resisten karena semakin tinggi amilosa pati dan amilopektin pati maka semakin tinngi pula pati resistennya. Granula pati yang kaya akan amilosa pada saat retrogradasi mempunyai kemampuan mengkristal yang lebih besar yang menyebabkan lebih intensifnya ikatan hydrogen. Akibatnya pati tidak dapat mengembang/ mengalami gelatinisasi sempurna pada waktu pemasakan sehingga tercerna lebih lambat (Asp dan Bjorck, 1992).
(26)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Menurut Englyst dan cummings (1989) didalam Marsono (1998) pemanasan pati disertai air berlebihan akan mengakibatkan pati mengalami gelatinisasi. Pendinginan pati yang telah tergelatinisasi dapat mengubah struktur pati yang mengarah pada terbentuknya kristal baru yang tidak larut berupa pati yang teretrogradasi. Gelatinisasi dan retrogradasi yang sering terjadi pada pengolahan bahan berpati dapat mempengaruhi kecernaan pati dalam usus halus.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perlakuan pemasakan yang dikombinasi pendinginan dapat meningkatkan kadar pati resisten pisang. Perlakuan terbaik pada penelitian sebelumnya terdapat pada proses pengolahan bahan dengan pengukusan dan pendinginan, dan varietas pisang yang mengandung pati resisten tertinggi adalah tepung pisang raja nangka (11,7294%). (Setiawan, 2008).
Proses fermentasi karbohidrat, lemak, maupun protein akan
menghasilkan SCFA (“Short Chain Fatty Acids”). Melalui absorbsi dan
metabolisme, sel dapat menggunakan energi dari pangan yang tak tercerna pada saluran pencernaan atas. Produk utama hasil fermentasi karbohidrat kompleks oleh mikroba dalam usus yaitu SCFA asam asetat, propionat, butirat. (Marsono, 1998). Hal ini sesuai dengan hasil-hasil penelitian terdahulu, yang menunjukkan pemberian diet tinggi pati resisten yang meningkatkan berat digesta tikus yang mengkonsumsinya (Schulz et al., 1993,
(27)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Morita et al., 1999), meningkatkan kadar air digesta (Schulz et al., 1993) dan meningkatkan jumlah feses (Shulz et al., 1993) serta menurunkan pH digesta tikus yang mengkonsumsinya dibanding tikus dengan diet rendah pati resisten (Schulz et al., 1993, Morita et al., 1999).
Dalam penelitian ini, yang diteliti yaitu digestanya yang belum diserap sepenuhnya oleh tubuh bukan fesesnya yang merupakan sisa kotoran yang sudah diserap.
I. Hipotesa
Di duga terdapat pengaruh konsumsi tepung pra masak pisang dari 2 jenis pisang dan 3 jenis proses pengolahan terhadap sifat fisik dan kimia digesta tikus percobaan.
(28)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pengembangan Hewan Coba UGM Yogyakarta dan Laboratorium Biokimia Pangan PAU Pangan dan Gizi UGM pada bulan Juli - September 2009.
B. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu pisang tanduk dan pisang raja nangka ini diperoleh dari Pasar Sopoyono Rungkut Surabaya.
Bahan pakan tikus percobaan digunakan tepung maizena, kasein, Gula halus, Minyak kedelai, CMC, mineral dan vitamin yang diperoleh dari CV Tri Star Chemical Surabaya.
Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jenis wistar (umur 2 bulan), yang didapat dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan (UPHP) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
C. Alat
Alat yang digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tikus dan perlengkapannya, panci perebus, refrigerator (lemari
pendingin), cabinet drier, hammer mill, timbangan anlitik, sentrifuse, PH
(29)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
meter, vortex, spektrofotometer (spesifikasi : Operating Mode : Transmittance (%), Absorbance, and Concentration Operating Temperature : 10 to 40°C (50 to 104°F), Operating Humidity : 80% relative humidity, non-condensing, maximum, Storage Requirements : Temperature: -25 to 60°C (-13 to 140°F) Humidity : 80% relative humidity, non-condensing, maximum, Power Requirements Line : 100 to 240 V; 47/63 Hz), kromatografi gas
(Purity (GC)≥ 98.0 %Identity (IR)conformsresidue on evaporation ≤
3.0 mg/lWater≤ 0.05 %Colour≤ 10 HazenGC/ECD (retention range
1,2,4-trichlorobenzene to decachlorobiphenyle .br individual signals (lindane standard) ≤ 3 pg/mlThe product is stabilized with ca. 2 % ethanol) dan alat-alat gelas untuk analisis kimia.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial dengan menggunakan dua faktor. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisa ragam untuk mengetahui adanya perbedaan diantara perlakuan.
1. Peubah Berubah
Faktor I : Jenis Tepung Pra Masak Pisang A1 = Tepung Pra Masak Pisang Tanduk A2 = Tepung Pra Masak Pisang Raja Nangka
(30)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Faktor II : Jenis Pengolahan
B1 = Perebusan-pendinginan B2 = Pengukusan-pendinginan B3 = Pemanggangan-pendinginan
Tabel 6. Analisis Sidik Ragam
Faktor II Perlakuan Faktor I
Jenis Pisang
B1 B2 B3
A1 A1B1 A1B2 A1B3
A2 A2B1 A2B2 A2B3
Keterangan :
A1B1 = Pisang Tanduk Perebusan- Pendinginan A1B2 = Pisang Tanduk Pengukusan- Pendinginan A1B3 = Pisang Tanduk Pemanggangan- Pendinginan A2B1 = Pisang Raja Nangka Perebusan- Pendinginan A2B2 = Pisang Raja Nangka Pengukusan- Pendinginan A2B3 = Pisang Raja Nangka Pemanggangan- Pendinginan
Menurut Sutoyo (1993), model statistik yang menggunakan pola faktorial dengan 2 faktor sebagai berikut :
(31)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Keterangan :
Yijk = nilai pengamatan pada suatu percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan –ij (taraf ke-I dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B)
µ = nilai tengah umum (rata-rata yang sesungguhnya)
αi = pengaruh perlakuan ke-i dari faktor A
βj = pengaruh perlakuan ke-j dari faktor B
(αβ)ij = pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
εijk = penggunaan galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ke-j.
Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisis ragam. Untuk mengetahui adanya perbedaan diantara perlakuan digunakan uji DMRT dengan taraf 5%
2. Peubah Tetap
Peubah tetap yang diperlukan dalam penelitian didasarkan pada tabel 6, AIN- 93ini adalah :
a. Tepung pisang = 620,70 gr/1000gr
b. Kasein = 140 gr/1000gr
c. Sukrosa = 100 gr/1000gr
(32)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
e. Selulosa = 50 gr/1000gr
f. Campuran mineral = 35 gr/1000gr
g. Campuran vitamin = 10 gr/1000gr
h. Air = Secukupnya
E. Parameter
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah
a. Berat Digesta
b. Volume Digesta
c. Kadar air Digesta
d. pH Digesta
e. Konsentrasi Asam Asetat
f. Konsentrasi Asam Propionat
g. Konsentrasi Asam Butirat
h. Total asam lemak rantai pendek (SCFA)
F. Pelaksanaan Penelitian
a. Proses pembuatan Tepung pra masak pisang
Tepung pra masak pisang dibuat dengan perlakuan 2 jenis
pisang yaitu Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka dan 3 proses pengolahan yaitu perebusan-pendinginan
(100oC,15’), pengukusan-pendinginan (100oC,15’) dan
(33)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Kemudian di dinginkan pada suhu 40C selama 1 malam dan
kemudian dipotong tipis-tipis dan ditempatkan ke dalam loyang
Dilakukan proses pengeringan dalam kabinet driyer pada
suhu 600C selama6 jam atau sampai kering
Digiling dengan blender
Dikemas sesuai jenisnya
b. Pakan Perlakuan
Masing-masing tepung pra masak pisang dicampur dengan
formulasi (Tabel 7)
Diuleni hingga homogen
Digiling dengan dengan mesin penggiling daging sesuai
jenis pisang dan pengolahannya
Dikeringkan dalam kabinet driyer pada suhu 600C selama ±
6 jam atau sampai kering
Ditimbang masing-masing pisang 10 gr
(34)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Gambar 5. Diagram Alir Proses Pembuatan Pakan Perlakuan
Tepung Pisang
Penggilingan(Penggiling Daging)
Pengeringan( T = 600C, t = ± 6 jam) Pencampuran
Pengulenan sampai homogen(Tangan ) Kasein
Sukrosa
Minyak Kedelai Selulosa
Mineral Vitamin
(35)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
c. Bioassay
Sebanyak 30 ekor tikus putih jenis Wistar (umur 2 bulan,
berat rata-rata 125 gr) dimasukkan dalam kandang individual secara tertutup.
Kemudian tikus-tikus tersebut dibagi menjadi 6 kelompok
yang masing-masing terdiri dari 5 ekor tikus.
Diet adaptasi diberikan diberikan selama 7 hari dengan
menggunakan diet standart (AIN-93) dimana sebagai sumber karbohidrat di gunakan maizena (Tabel 5).
Diet perlakuan dan air minum diberikan ad libitum (secara
terus menerus) pada masing-masing kelompok selama 14 hari.
Pada hari ke 15 dilakukan pembedahan pada semua tikus
dari tiap-tiap kelompok untuk pengambilan digesta yang ada di usus besar untuk di analisa berat, volume, kadar air, pH, asam asetat,asam propionat dan asam butirat (SCFA) digesta.
(36)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Tikus (30 ekor) Pakan Standart
Adaptasi (7 hari)
Kel I Kel II Kel III Kel IV KelV KelVI
5 ekor 5 ekor 5 ekor 5 ekor 5 ekor 5ekor
TRD TKD TPD NRD NKD NPD
Analisis : Berat Pengambilan Digesta
Volume Kadar air PH
Konsentrasi Asam Asetat Konsentrasi Asam Propionat Konsentrasi Asam Butirat Total SCFA
(37)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Komposisi Kimia Bahan
Hasil analisis kimia terhadap tepung pra-masak pisang tanduk dan pisang raja nangka dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 7. Komposisi Kimia Tepung Pra-Masak Pisang (%)
Komposisi Pisang Tanduk Pisang Raja Nangka Air (%) Pati (%) Amilosa (%) Amilopektin (%) Pati Resisten (%)
- Direbus dan didinginkan - Dikukus dan didinginkan - Dipanggang dan didinginkan
7,70 37,34 22,73 14,61 11,44 9,43 7,02 8,12 35,48 21,60 13,88 10,73 9,33 7,21
Pada Tabel 7 diatas menunjukkan kadar air Tepung Pra-masak Pisang Raja Nangka yaitu (8,12%) sedangkan kadar air Tepung Pra-masak Pisang Tanduk yaitu (7,70%). Kadar pati Tepung Pra-Masak Pisang Tanduk yaitu (37,34%) sedangkan kadar pati Tepung Pra-masak Pisang Raja Nangka yaitu (35,48%). Menurut literatur (Rahmawati et,.al, 2003) tepung pisang tanduk mempunyai kadar air yaitu sebesar (9,63%) dan pisang raja nangka sebesar (9,56%). Tepung pisang raja nangka mempunyai kadar pati sebesar (29,94%) sedangkan pisang tanduk yaitu (29,89%). Perbedaan komposisi kimia bahan disebabkan karena
(38)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
proses pengeringan dapat mempengaruhi kadar pati dan kadar air tepung pisang yang dihasilkan (Rahmawati et. al, 2003).
Kadar pati resisten tepung pra masak pisang tanduk rebus-dingin 11,44%, kukus-dingin 9,43% dan panggang-dingin 7,02%, sedangkan tepung pra masak pisang raja nangka rebus-dingin 10,73%, kukus-dingin 9,33% dan panggang-dingin 7,21%. Hal ini sesuai dengan Goni et. al., 1996, yaitu bahan dengan kadar pati resisten 5-15% tergolong tinggi pati resisten.
B. Efek Fisiologis Tepung Pra Masak Pisang
Pada penelitian ini dilakukan analisa digesta tikus setelah diberi diet perlakuan yang meliputi kadar air, volume, berat, pH, konsentrasi asam asetat, asam propionat, asam butirat dan total asam lemak rantai pendek (SCFA). Parameter-parameter ini dianalisa untuk mengetahui pengaruh konsumsi tepung pra masak dari 2 varietas pisang (pisang tanduk dan pisang raja nangka) dan 3 perlakuan pengolahan (rebus-dingin, kukus-dingin dan panggang-dingin).
1. Kadar Air, Volume dan Berat Digesta
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 2, 3, 4), dapat diketahui bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata (p ≤ 0,05) antara perlakuan jenis pisang dan perlakuan pengolahan terhadap kadar air, volume dan berat digesta tikus yang dihasilkan. Nilai rata-rata kadar air, volume dan berat digesta tikus dari perlakuan jenis pisang dan jenis pengolahan dapat dilihat pada Tabel 8.
(39)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Tabel 8. Kadar Air, Volume dan Berat Digesta Tikus Dari Perlakuan Panas-dingin
Perlakuan Kadar Air
(%) Volume (gr/100 gr berat badan) Berat (gr/100 gr berat badan) Jenis Tepung Pra
Masak Pisang
Jenis Pengolahan Rata-rata Rata-rata Rata-rata
Pisang Tanduk Pisang Raja Nangka Rebus-dingin Kukus-dingin Panggang-dingin Rebus-dingin Kukus-dingin Panggang-dingin 86,46 84,08 84,07 86,13 84,32 84,64 2,06 2,00 1,90 2,04 1,96 2,00 2,07 2,01 1,97 2,02 2,00 2,02
DMRT 5% tn tn tn
Pada Tabel 8 diatas menunjukkan kadar air digesta tertinggi adalah tikus wistar yang diberi diet tepung pra masak pisang tanduk rebus-dingin (86,46%) dan terendah pada tepung pra masak pisang raja nangka panggang-dingin (84,64%), volume digesta tertinggi terdapat pada tikus yang mengkonsumsi tepung pra masak pisang tanduk rebus-dingin (2,06ml) dan terendah pada tepung pra masak pisang raja nangka panggang-dingin (2,00ml) dan berat digesta tertinggi pada tikus yang mengkonsumsi tepung pra masak pisang tanduk rebus-dingin (2,07 ml) dan terendah pada tepung pra masak pisang raja nangka panggang-dingin (1,97 ml). Dengan demikian analisa kadar air digesta, volume digesta dan berat digesta tidak berbeda nyata, karena semua hasil analisa tidak jauh berbeda sehingga tidak berpengaruh.
(40)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Hubungan antara perlakuan jenis pisang dan perlakuan jenis pengolahan terhadap Kadar air, volume dan berat digesta dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Hubungan Antara Perlakuan Jenis Pisang dan Perlakuan Jenis Pengolahan Terhadap Kadar air, Volume dan Berat Digesta
Gambar 7. menunjukkan berdasarkan jenis pisang, tikus-tikus yang diberi diet tepung pra masak pisang Tanduk mempunyai kadar air, volume dan berat digesta yang relatif tinggi. Hal ini disebabkan tepung pra masak pisang tanduk mempunyai kadar pati resisten yang relatif tinggi (11,4%). Sedangkan berdasarkan perlakuan pengolahan, tikus-tikus yang diberi diet tepung pra masak dari perlakuan perebusan-pendinginan mempunyai kadar air, volume dan berat digesta yang relatif tinggi daripada perlakuan lain (pengukusan-pendinginan dan pemanggangan-pendinginan). Hal ini disebabkan tepung pra masak pisang tanduk
(41)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
dan raja nangka (setelah proses perebusan-pendinginan) mempunyai kadar pati resisten relatif tinggi masing-masing 11,44% dan 9,33% (Tabel 8). Hal ini menunjukkan proses perebusan-pendinginan lebih efektif meningkatkan kadar pati resisten tepung pra masak pisang, sehingga jika dikonsumsi tikus percobaan akan meningkatkan volume, berat dan kadar air digestanya.
Dari hasil penelitian terbukti bahwa proses perebusan selama 15 menit dan pendinginan (selama 1 malam) lebih efektif dalam menghasilkan pati tergelatinisasi dan teretrogradasi yang menyebabkan tingginya kadar pati resisten (tipe-3), karena proses perebusan lebih banyak menyerap air dibandingkan proses pengukusan dan proses pemanggangan. Sedangkan pada proses pengukusan (selama 15 menit) yang menggunakan uap air dan proses pemanggangan dengan udara panas (oven) selama 15 menit mengakibatkan proses gelatinisasi yang kurang sempurna, akibatnya pada saat pendinginan, proses retrogradasi juga kurang sempurna sehingga menghasilkan tepung dengan kadar pati resisten yang relatif lebih rendah. Hal ini sesuai dengan Wursch (1989) didalam Marsono (1998), pemanasan pati disertai air berlebihan akan mengakibatkan pati mengalami gelatinisasi, suatu proses yang meliputi hidrasi dan pelarutan granula pati. Tetapi pemanasan kembali disertai pendinginan pati yang telah mengalami gelatinisasi tersebut dapat mengubah struktur pati yang mengarah pada terbentuknya kristal baru yang tidak larut berupa pati teretrogradasi (retrograded starch). Penyimpanan pati yang telah tergelatinisasi pada suhu rendah akan
(42)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
mempercepat terjadinya retrogradasi pati. Gelatinisasi dan retrogradasi yang sering terjadi selama pengolahan bahan berpati dapat mempengaruhi kecernaan pati didalam usus halus.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, Tikus wistar yang diberi diet standart dengan berat badan yang sama mempunyai kadar air digesta 81,75%, volume digesta 2,02 ml dan berat digesta 1,82 ml (Rosida, 2001).
2. pH Digesta
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 5), dapat diketahui bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata (p ≤ 0,05) antara perlakuan jenis pisang dan perlakuan pengolahan terhadap pH digesta tikus yang dihasilkan. Nilai rata-rata pH digesta tikus dari perlakuan jenis pisang dan perlakuan pengolahan dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini :
Tabel 9. pH Digesta Tikus Dari Perlakuan Jenis Pisang dan Perlakuan Proses Pengolahan
Perlakuan pH Digesta
Jenis Tepung Pra Masak Pisang Jenis Pengolahan Rata-rata
Pisang Tanduk
Pisang Raja Nangka
Rebus-dingin Kukus-dingin Panggang-dingin Rebus-dingin Kukus-dingin Panggang-dingin
6,32 6,49 6,78 6,67 6,72 6,92
DMRT 5% tn
Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa besarnya pH digesta tepung pra masak pisang tanduk dan raja nangka antara 6,32 - 6,92. pH digesta tertinggi terdapat
(43)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
pada tikus yang diberi diet tepung pra masak raja nangka dengan pengolahan panggang-dingin sebesar (6,92), sedangkan pH digesta terendah terdapat pada tikus yang diberi diet tepung pra masak pisang tanduk dengan pengolahan rebus-dingin (6,32). Dengan demikian secara statistik pH digesta tidak berbeda nyata, karena antara jenis pisang dan jenis perlakuan rata-rata pH digestanya berbeda tipis sehingga tidak berpengaruh.
Hubungan antara perlakuan jenis pisang dan perlakuan jenis pengolahan terhadap pH digesta dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Hubungan Antara Perlakuan Jenis Pisang dan Perlakuan Jenis Pengolahan Terhadap pH Digesta
Pada Gambar. 8 diatas menunjukkan pH digesta tikus yang diberi diet tepung pra masak pisang tanduk (terutama perlakuan perebusan-pendinginan dan
pengukusan-pendinginan) pada p≤0,05 mempunyai pH digesta yang relatif lebih
(44)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
disebabkan karena tepung pra masak pisang tanduk (terutama perlakuan perebusan-pendinginan dan pengukusan-pendinginan) mempunyai kadar pati resisten yang relatif tinggi sehingga tidak tercerna secara enzimatis di sepanjang usus halus, dan akan lolos sampai ke caecum. Akibatnya terjadi peningkatan aktivitas mikrobia yang ada dalam caecum untuk memproduksi SCFA, sehingga akan mempengaruhi pH cairan. Menurut Muir, et. al, (1995) pati yang tidak dapat dicerna dan diabsorbsi sempurna oleh usus halus, akan tersedia untuk fermentasi dalam usus besar oleh bakteri anaerobic. Hasil utama dari fermentasi ini adalah asam lemak rantai pendek (SCFA) yang terutama terdiri dari asam asetat, asam propionat dan asam butirat. Tingginya kadar asam lemak rantai pendek akan menurunkan pH digesta, sehingga makin tinggi kadar pati resisten maka makin rendah pH digesta tikus yang mengkonsumsinya.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, tikus wistar yang diberi diet standart dengan berat badan yang sama mempunyai pH 6,57 (Rosida,2001). Hal ini mirip dengan pH digesta tikus wistar yang diberi diet tepung pra masak pisang tanduk (terutama perlakuan perebusan-pendinginan dan pengukusan-pendinginan) mempunyai pH 6,32 dan 6,49, sehingga terbukti bahwa konsumsi diet tepung pra masak pisang tanduk tersebut mampu menurunkan pH digesta sehubungan dengan tingginya kadar asam lemak rantai pendek dalam digesta tikus, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.
(45)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
3. Konsentrasi Asam Lemak Rantai Pendek (SCFA) a) Asam Asetat
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 6), dapat diketahui bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata (p ≤ 0,05) antara perlakuan jenis tepung pra masak pisang dan jenis pengolahan terhadap kadar asam asetat digesta tikus yang dihasilkan. Namun masing-masing perlakuan jenis pisang dan jenis perlakuan ini berpengaruh nyata terhadap kadar asam asetat. Nilai rata-rata kadar asam asetat digesta tikus dari perlakuan jenis pisang dan jenis pengolahan dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Asam Asetat Digesta Tikus Dengan Perlakuan Jenis Pisang
Jenis Pisang Rata-rata Asam
Asetat (mmol/l)
Notasi DMRT 5%
Pisang Tanduk Pisang Raja Nangka
35,628 30,361
a b
4,4442 -
Keterangan : nilai rerata yang tidak didampingi huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata (p≤0,05)
Besarnya kadar asam asetat tepung pra masak pisang tanduk dan raja nangka antara 30,361-35,628 mmol/l. Kadar asam asetat tertinggi terdapat pada perlakuan tepung pra masak pisang tanduk sebesar 35,628 mmol/l, sedangkan kadar asam asetat yang terendah terdapat pada perlakuan tepung pra masak pisang raja nangka sebesar 30,361 mmol/l. Hal ini menunjukkan bahwa kadar asam asetat tepung pra masak pisang tanduk relatif tinggi dibandingkan tepung pra masak pisang raja nangka dikarenakan kadar pati resistennya juga tinggi sehingga terfermentasi lebih banyak dan lolos ke dalam kolon akibatnya asam yang
(46)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
dihasilkan juga tinggi. Nilai rata-rata Asam asetat digesta tikus untuk jenis pengolahan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Asam Asetat Digesta Tikus Dengan Perlakuan Jenis Pengolahan
Jenis Pengolahan Rata-rata Asam
Asetat (mmol/l)
Notasi DMRT 5%
Perebusan-pendinginan Pengukusan-pendinginan Pemanggangan-pendinginan
36,578 33,219 29,187
a ab
b
4,4442 4,6720
-
Keterangan : nilai rerata yang tidak didampingi huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata (p≤0,05)
Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa tikus-tikus yang diberi diet tepung pra masak pada pengolahan perebusan-pendinginan, pengukusan-pendinginan dan pemanggangan-pengukusan-pendinginan mempunyai konsentrasi asam asetat berturut-turut 36,578mmol/l, 33,219mmol/l dan 29,187 mmol/l.
Hubungan antara perlakuan jenis pisang dan perlakuan jenis pengolahan terhadap kadar asam asetat digesta dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Hubungan Antara Perlakuan Jenis Pisang dan Perlakuan Jenis Pengolahan Terhadap Asam Asetat Digesta
(47)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Gambar 9 menunjukkan konsentrasi asam asetat tertinggi terdapat pada tepung pra masak pisang tanduk yang mengalami perebusan-pendinginan sebesar 37,926 mmol/l. Dengan demikian perlakuan jenis pisang dan jenis pengolahan mempengaruhi kadar asam asetat digestanya. Hal ini disebabkan karena kadar pati resisten tepung pra masak pisang tanduk dengan perlakuan perebusan-pendinginan relatif tinggi dibandingkan yang lainnya sehingga akan difermentasi lebih banyak didalam usus besar menghasilkan asam lemak rantai pendek yang lebih tinggi pula termasuk asam asetat. Tepung pra masak bisa menghasilkan SCFA dikarenakan pati (RS) diubah dari hexosa menjadi asam-asam piruvat yang diabsorbs oleh usus besar dan dimetabolisme sehingga dapat menghasilkan SCFA. (Mc.neil, 1984).
Berdasarkan penelitian sebelumnya dimana tikus yang diberi diet tepung pra masak pisang tanduk (setelah perebusan dan pendinginan) mempunyai konsentrasi asam asetat 40,86 mmol/l (Rosida, 2001), sehingga terbukti bahwa konsumsi diet tepung pra masak pisang mampu meningkatkan kadar asam asetat digesta.
b. Asam Propionat
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 7), dapat diketahui bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata (p ≤ 0,05) antara perlakuan jenis tepung pra masak pisang dan jenis pengolahan terhadap kadar asam propionat digesta tikus yang dihasilkan. Namun masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap
(48)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
kadar asam propionat. Nilai rata-rata kadar asam propionat digesta tikus dari perlakuan jenis tepung pra masak pisang dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Asam Propionat Digesta Tikus Dengan Perlakuan Jenis Pisang
Jenis Pisang Rata-rata Asam
Propionat (mmol/l)
Notasi DMRT 5%
Pisang Tanduk Pisang Raja Nangka
16,054 12,271
a b
3,3700 -
Keterangan : nilai rerata yang tidak didampingi huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata (p≤0,05)
Tabel 12 menunjukkan bahwa besarnya kadar asam propionat tepung pra masak pisang tanduk dan raja nangka antara 16,054-12,271 mmol/l. Kadar asam propionat tertinggi terdapat pada perlakuan tepung pra masak pisang tanduk sebesar 16,0540 mmol/l, sedangkan kadar asam propionat yang terendah terdapat pada perlakuan tepung pra masak pisang raja nangka sebesar 12,271 mmol/l.
Dengan demikian perlakuan jenis pisang mempengaruhi kadar asam propionatnya, dikarenakan kadar pati resisten tepung pra masak pisang tanduk relatif tinggi dibandingkan kadar pati resisten tepung pra masak pisang raja nangka sehingga akan difermentasi di usus besar lebih banyak akibatnya akan menghasilkan asam lemak rantai pendek lebih tinggi. Nilai rata-rata Asam Propionat digesta tikus untuk jenis pengolahan dapat dilihat pada Tabel 13 dibawah ini :
(49)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Tabel 13. Asam Propionat Digesta Tikus Dengan Perlakuan Jenis Pengolahan
Jenis Pengolahan Rata-rata Asam
Propionat (mmol/l)
Notasi DMRT 5%
Perebusan-pendinginan Pengukusan-pendinginan Pemanggangan-pendinginan
17,213 13,842 11,433
a ab
b
3,3700 3,5427
-
Keterangan : nilai rerata yang tidak didampingi huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata (p≤0,05)
Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa tikus-tikus yang diberi diet tepung pra masak pisang pada pengolahan perebusan-pendinginan, pengukusan-pendinginan dan pemanggangan-pengukusan-pendinginan mempunyai konsentrasi asam propionat berturut-turut 17,213 mmol/l, 13,842 mmol/l dan 11,433mmol/l.
Hubungan antara perlakuan jenis pisang dan perlakuan jenis pengolahan terhadap kadar asam propionat digesta dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Hubungan Antara Perlakuan Jenis Pisang dan Perlakuan Jenis Pengolahan Terhadap Asam Propionat Digesta
(50)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Gambar. 10 menunjukkan konsentrasi asam propionat yang tertinggi terdapat pada tepung pra masak pisang tanduk perlakuan perebusan-pendinginan sebesar 18,866 mmol/l. Dengan demikian jenis pisang dan jenis pengolahan mempengaruhi kadar asam propionat digestanya. Hal ini disebabkan kadar pati resisten tepung pra masak pisang dari perlakuan perebusan-pendinginan yang dihasilkan relatif tinggi dibandingkan perlakuan pengukusan-pendinginan dan pemanggangan-pendinginan sehingga akan terfermentasi lebih banyak dan lolos ke dalam kolon akibatnya asam propionat yang dihasilkan juga tinggi.
Kaitan tepung pra masak terhadap pembentukan asam propionat yaitu dengan mengubah pati (RS) menjadi karbohidrat yang terfermentasi dengan bantuan enzim mikrobia sehinnga dapat menjadi SCFA yang berupa asam propionate, demikian pula dengan asam butirat, sehingga asam asetat dan asam propionat mempunyai pengaruh yang berbeda pada metabolisme glukosa dan lemak. Asam asetat diduga dapat menurunkan glukosa. Sedangkan menurut Cummings dan Bingham (1987) asam propionat dapat mencegah kangker kolon karena kemampuannya menghambat karsinogenesis.
c. Asam Butirat
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 8), dapat diketahui bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata (p ≤ 0,05) antara perlakuan jenis tepung pra masak pisang dan jenis pengolahan terhadap kadar asam butirat digesta tikus yang dihasilkan. Namun masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap kadar
(51)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Asam Butirat. Nilai rata-rata kadar asam butirat digesta tikus dari perlakuan jenis tepung pra masak pisang dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Asam Butirat Digesta Tikus Dengan Perlakuan Jenis Pisang
Jenis Pisang Rata-rata Asam
Butirat (mmol/l)
Notasi DMRT 5%
Pisang Tanduk Pisang Raja Nangka
8,611 5,818 a b 2,2186 -
Keterangan : nilai rerata yang tidak didampingi huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata (p≤0,05)
Tabel 14 menunjukkan bahwa besarnya kadar asam butirat tepung pra masak pisang tanduk dan raja nangka antara 8,611 – 5,818 mmol/l. Kadar asam butirat tertinggi terdapat pada perlakuan tepung pra masak pisang tanduk sebesar 8,611 mmol/l, sedangkan kadar asam butirat yang terendah terdapat pada perlakuan tepung pra masak pisang raja nangka sebesar 5,818 mmol/. Dengan demikian jenis pengolahan mempengaruhi kadar asam butirat pada tepung pra masak pisang. Hal ini dikarenakan kadar pati resisten tepung pra masak pisang relatif tinggi, sehingga akan mudah terfermentasi dan lolos ke dalam kolon akibatnya kadar asam butirat tepung pra masak yang dihasilkan juga semakin tinggi. Nilai rata-rata Asam Butirat digesta tikus untuk jenis pengolahan dapat dilihat pada Tabel 15 dibawah ini :
Tabel 15. Asam Butirat Digesta Tikus Dengan Perlakuan Jenis Pengolahan
Jenis Pengolahan Rata-rata Asam
Butirat (mmol/l)
Notasi DMRT 5%
Perebusan-pendinginan Pengukusan-pendinginan Pemanggangan-pendinginan 8,544 7,485 5,606 a ab b 2,2186 2,3323 -
Keterangan : nilai rerata yang tidak didampingi huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata (p≤0,05)
(52)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa tikus-tikus yang diberi diet tepung pra masak pisang tanduk pada pengolahan perebusan-pendinginan, pengukusan-pendinginan dan pemanggangan-pendinginan mempunyai konsentrasi asam butirat berturut-turut 5,606 mmol/l, 7,485 mmol/l dan 8,544 mmol/l.
Hubungan antara perlakuan jenis pisang dan perlakuan jenis pengolahan terhadap kadar asam butirat digesta dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Hubungan Antara Perlakuan Jenis Pisang dan Perlakuan Jenis Pengolahan Terhadap Asam Butirat Digesta
(53)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Gambar 11 menunjukkan konsentrasi asam butirat tertinggi terdapat pada tepung pra masak pisang tanduk dengan perlakuan perebusan-pendinginan (10,204) Dengan demikian perlakuan jenis pisang dan jenis pengolahan mempengaruhi kadar asam butirat digestanya, dikarenakan tepung pra masak pisang dari perlakuan perebusan-pendinginan mempunyai pati resisten yang relatif tinggi sehingga jika dikonsumsi oleh tikus akan terfermentasi pada uusus besar menghasilkan asam lemak rantai pendek tinggi pula termasuk asam butirat.
Berdasarkan penelitian sebelumnya (Rosida, 2001), dimana tikus yang diberi diet tepung pra masak pisang tanduk (setelah perebusan dan pendinginan) mempunyai konsentrasi asam butirat 7,31 mmol/l sedangkan tikus yang diberi diet tepung pra masak pisang tanduk mempunyai konsentrasi asam propionat 2,16 mmol/l.
Menurut Cummings, (1989) Asam butirat sangat penting umtuk sel epitel kolon dan dalam beberapa keadaan telah menunjukkan penghambatan pertumbuhan sel neoplastik. Butirat digunakan sebagai sumber energi oleh sel epitel kolon . Selain sebagai sumber energi, butirat mampu mengikat senyawa toksin di kolon sehingga dapat berfungsi sebagai senyawa anti karsinogenik. SCFA menstimulasi aliran darah kolon, fluida dan penyerapan elektrolit. Butirat merupakan substrat yang lebih disukai oleh colonocytes dan menunjukkan peningkatan fenotip normal pada sel.
(54)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
4. Total Asam Lemak Rantai Pendek (SCFA)
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 9), dapat diketahui bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata (p ≤ 0,05) antara perlakuan jenis tepung pra masak pisang dan jenis pengolahan terhadap Total SCFA digesta tikus yang dihasilkan. Namun masing-masing perlakuan berpengaruh nyata. Nilai rata-rata total SCFA digesta tikus dari perlakuan jenis tepung pra masak pisang dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Total SCFA Digesta Tikus Dengan Perlakuan Jenis Pisang
Jenis Pisang Rata-rata Asam
Butirat (mmol/)l
Notasi DMRT 5%
Pisang Tanduk Pisang Raja Nangka
60,127 50,619
a b
8,7944 -
Keterangan : nilai rerata yang tidak didampingi huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata (p≤0,05)
Tabel 16 menunjukkan bahwa besarnya Total SCFA tepung pra masak pisang tanduk dan raja nangka antara 60,127-52,219 mmol/l. Kadar Total SCFA tertinggi terdapat pada perlakuan tepung pra masak pisang tanduk sebesar 60,127 mmol/l, sedangkan kadar SCFA yang terendah terdapat pada perlakuan tepung pra masak pisang raja nangka sebesar 52,219 mmol/l. Dengan demikian perlakuan jenis pisang mempengaruhi total asam lemak rantai pendek digestanya, dikarenakan tepung pra masak pisang tanduk mempunyai kadar pati resisten relatif tinggi sehingga terfermentasi didalam usus besar dan menghasilkan total asam lemak rantai pendek yang tinggi pula. Nilai rata-rata Total SCFA digesta tikus untuk jenis pengolahan dapat dilihat pada Tabel 17 dibawah ini :
(55)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Tabel 17. Total SCFA Digesta Tikus Dengan Perlakuan Jenis Pengolahan
Jenis Pengolahan Rata-rata Total
SCFA (mmol/l)
Notasi DMRT 5%
Perebusan-pendinginan Pengukusan-pendinginan Pemanggangan-pendinginan
61,541 56,336 48,242
a ab
b
7,7295 8,1257
-
Keterangan : nilai rerata yang tidak didampingi huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata (p≤0,05)
Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa tikus-tikus yang diberi diet tepung pra masak pisang pada pengolahan perebusan-pendinginan, pengukusan-pendinginan dan pemanggangan-pengukusan-pendinginan mempunyai Total SCFA berturut-turut 61,541 mmol/l, 56,336 mmol/l dan 50,642 mmol/l.
Hubungan antara perlakuan jenis pisang dan perlakuan jenis pengolahan terhadap Total SCFA digesta dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Hubungan Antara Perlakuan Jenis Pisang dan Perlakuan Jenis Pengolahan Terhadap Total SCFA Digesta
Gambar 12 menunjukkan total SCFA tertinggi terdapat pada perlakuan perebusan-pendinginan sebesar 65,152 mmol/l. Dengan demikian perlakuan jenis
(56)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
pisang dan jenis pengolahan mempengaruhi total SCFA pada tepung pra masak pisang. Hal ini disebabkan karena tepung pra masak pisang dari perlakuan perebusan-pendinginan mempunyai kadar pati resisten tinggi sehingga menghasilkan asam-asam asetat, propionat dan butirat yang tinggi pula sehingga akan terfermentasi dan lolos ke kolon .
Profil asam-asam lemak rantai pendek yang dihasilkan dipengaruhi oleh sumber serat sehingga tingkat fermentasi substrat bervariasi yang mengakibatkan aktivitas mikrobia dalam caecum berbeda-beda antara individu (Marsono, 1998).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rosida (2001) dimana tikus yang diberi diet tepung pra masak pisang tanduk (setelah perebusan dan pendinginan) mempunyai total SCFA digesta 62,69 (mmol/l). sedangkan tikus yang diberi diet standart mempunyai total SCFA digesta 22,18 (mmol/l). Hal ini menunjukkan konsumsi tepung pati resisten dapat meningkatkan SCFA dalam digesta sehingga baik untuk kesehatan kolon. Menurut Morita et al, 1999 kenaikan asupan pati resisten yang terfermentasi juga memperbesar pool SCFA dalam usus besar sehingga dapat meningkatkan mikroflora usus dan mencegah kanker kolon.
Produksi SCFA tergantung pada ketersediaan heksosa, ketersediaan enzim yang dihasilkan oleh mikrobia dan dipengaruhi oleh macam dan jumlahnya. Efek fisiologis dari karbohidrat dalam/menjadi bentuk SCFA tergantung pada luas fermentasi usus besar dan fermentasi produk yang terbentuk. Menurut Cummings
(57)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
dan Bingham (1987), produk fermentasi serat pangan dan pati resisten berupa
asam lemak rantai pendek dan gas-gas CO2, CH4 dan H2. Diantara SCFA yang
dihasilkan asam asetat, propionat dan butirat merupakan SCFA yang dominan, sedangkan isobutirat, valerat dan isovalerat kontribusinya sedikit.
C. Analisa Keputusan
Analisa keputusan pada dasarnya adalah suatu prosedur logis dan kuantitatif yang tidak hanya menjelaskan mengenai proses pengambilan keputusan tetapi juga merupakan suatu cara untuk membuat keputusan (Admusudijo, 1987).
Dari data hasil analisa yang diperoleh untuk setiap proses perlakuan pengolahan dan pengaruh varietas tepung pisang maka dapat dinyatakan bahwa perlakuan terbaik yang didapatkan pada perlakuan tepung pra masak pisang tanduk (rebus-dingin) dimana tikus yang mengkonsumsinya mempunyai kadar air digesta 86,293 %, volume digesta 2,05 gr/100gr berat badan, berat digesta 2,045 gr/100gr berat badan, pH digesta 6,494, kadar asam asetat 37,926 mmol/l, kadar asam propionat 18,866 mmol/l, kadar asam butirat 10,204 mmol/l dan Total SCFA 65,152 mmol/l, sehingga mempunyai efek fisiologis terbaik bagi tikus yang mengkonsumsinya. Secara keseluruhan diet ini memberikan total asam lemak rantai pendek yang paling tinggi sehingga baik untuk kesehatan kolon.
(58)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah di lakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pengolahan dan varietas tepung pisang pra-masak pisang terhadap sifat fisik digesta tikus percobaan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Tepung pra-masak pisang yang dihasilkan dari proses pra-pemasakan
(Perebusan, pengukusan, dan pemanggangan) mempunyai kandungan pati resisten yang tinggi (7,21 – 11,23%).
2. Perlakuan jenis tepung pra masak pisang dan jenis pengolahan tidak
berpengaruh nyata (p≤0,05) terhadap kadar air , volume, berat dan pH
digesta tikus percobaan
3. Perlakuan jenis tepung pra masak pisang dan jenis pengolahan
berpengaruh nyata (p≤0,05) terhadap konsentrasi asam asetat, asam
propionat dan asam butirat serta total SCFA dalam digesta tikus percobaan.
4. Perlakuan terbaik diperoleh pada tepung pra masak pisang tanduk
(rebus-dingin) yang ditunjukkan oleh digesta tikus yang mengkonsumsinya yaitu mempunyai kadar air 86,46%, volume 2,06 gr/100gr berat badan, berat 2,07 gr/100gr berat badan, PH 6,32, Kadar Asam asetat 60,2967 mmol/l,
(59)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
kadar asam propionat 28,6883 mmol/l, kadar asam butirat 13,3700 mmol/l dan Total SCFA 102,5683 mmol/l.
B. SARAN
1. Tepung pra masak yang dihasilkan dapat dikembangkan lebih lanjut
makanan tinggi pati resisten bagi penderita masalah pencernaan.
2. Perlu penelitian lebih lanjut efek fisiologis tepung pra masak pisang tinggi pati resisten agar dapat diterapkan pada manusia terutama bagi penderita hiperkolesterol dan diabetes.
(60)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Http : //id. Wikipedia.org/Wiki/Pisang. Pisang. Tanggal diakses
09 November 2006
Anonymous, 2006, http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/ Daftar
Budidaya Tanaman Pangan. Tanggal di akses 24 Juni 2008
Anonim, 2008. http://www.iptek.net.id/. Pisang Nangka. Tanggal diakses 03
November 2009
Anonim, 2008. http://www.iptek.net.id/. Pisang Tanduk. Tanggal diakses 18
Agustus 2008
Asp, N-G, dan i. Bjorck, 1992, Resistant Starch, review, In Trends in Food
Science and Technology 3, Elsevier, London.
British Nutrition Foundation. 1990. Comnplex Carbohidrates in Food. The Report
of the British Nutrition Foundation’s Task Force. London. Chapman & Hall.
Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Makanan (Terjemahan). UI
Press. Jakarta
Englyst, H. N. and Cummings. 1987. Resistant Starch, a New Food Component:
a Classification of Starch for Nutritional Purpose. In Morton, I. D (Ed.). Cereals in a Europian Contex. First Europian conference on Food Science and Technology, pp. 221-233. Ellis Horwood, Chichester.
Englyst, H. N., Kingman, S. M. ang Cummings, J. H., 1992. Classification and
Measurement of Nurtritionally Important Starch Fractions. Eur. J. Clin. Nutr. 46 (Suppl 2) : S33-S50
Gee, J. M., R. M. Faulks and I. T. Johnson. 1991. PHysiological Effect of
Retrograded @ amylase- resistant CornStarch in Rats. J. Nutr. 121: 44-49
Goni, I., L. Garcia – Diz, E. Manas and F. Saura-Calisto. 1996. Analysis of
Resistant Starch : A method For Foods and Food Product. J. Food
(61)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Kingman, S. M. dan H.N. Englyst. 1994. The Influence of Food Preparation
Methods on in the In Vitro Digestibility of Starch in Potatoes. Food Chem. 49 : 181 – 186.
Marsono, Y. dan D. L. Topping, 2001. Complex Carbohydrates in Australian
Rice Product. Food Sci, and Tech. (LWT) 26:364-370.
Marsono, Y. 1998, Perubahan Kadar Resistant Starch dan komposisi kimia
Beberapa Bahan Pangan Kaya Karbohidrat Dalam Pengolahan. J.
Agritech Vol. 19 No. 3 : 124-127.
Morita, T., S. Kasaoka, K. Hase dan S. Kiriyama. 1999. Psyllium Shifts the
Fermentation Sites of High-Amylose Cornstarch to Ward The Distal Colon and Increase Fecal Butirates Concentration in Rats. J. Nutr. 129 : 2081 – 2087
Muir, J. G., Z.X. Lu, GP. Young, D.C. Smith, G.R. Collierr and K. O’Dea. 1995.
Resisten Starch in the Diet Increases Breath Hydrogen and Serum Acetat in Human Subsjects. Am. J. Clin. Nutr. 61 : 792 – 799.
Mulyati. S. 2005. Aneka Olahan Pisang. Gramedia. Jakarta
Rahmawati, N.Y. Ani dan Hasbi, 2003, Pengaruh Jenis Pisang Olahan Dan
Larutan Perendam Terhadap Mutu tepung Pisang. Prosiding Seminar Nasional PATPI 2003.
Rosida. 2001. Tepung Pra Masak. Kandungan Pati Resisten, Sifat-sifat digesta
dan sifat Organoleptik Crackers yang Dihasilkan. Tesis. Program Pasca sarjana UGM. Yogyakarta.
Setiawan, Budi. 2008. Identifikasi Kadar Pati Resisten Pisang (Kajian
Varietas Pisang dan Proses Pengolahan). Skripsi Teknologi Pangan. FTI UPN ”veteran” JATIM.
Sculz, A. G. M., J. M. M. Van Amelsvoort dan A. C. Beynen. 1993. Dietary
Native Resistant Starch But Not Retrograded Resistant Starch Raises
Magnesium and Calcium Absorbption in Rats. J. Nutr. 123 : 1724 –
1731.
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama :
(62)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Wurch P. 1989; 60 : 199-256. Starch in Human Nutrition. In : Bourne GH.ed.
Nutrition Value of Cereal Products, Beans and Staches. World Rev Nutr Die
(1)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap
Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Lampiran 7 :
Parameter: As.Propionat Digesta
Ulangan Perlakuan
1 2 3 4 5
Total Rata-rata
A1B1 17,47 18,12 20,21 18,16 20,37 94,330 18,866
A1B2 12,83 22,23 11,91 11,45 21,90 80,320 16,064
A1B3 14,18 13,74 14,61 9,95 13,68 66,160 13,232
A2B1 16,26 14,77 14,83 14,88 17,06 77,800 15,560
A2B2 12,02 13,66 10,94 10,71 10,77 58,100 11,620
A2B3 9,37 7,89 10,10 11,35 9,46 48,170 9,634
Total 82,130 90,410 82,600 76,500 93,240 424,880 84,976
Rata-rata 13,68833333 15,068333 13,7667 12,75 15,54
FK =
6017,4338
Tabel Dua Arah (twop Ways Table)
BA 1 2 3 Total
1 94,330 80,320 66,160 240,810 2 77,800 58,100 48,170 184,070
Total 172,130 138,420 114,330 424,880
Tabel Anova : Analisis of Variance
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0.05
Perlakuan 5 277,645 55,5291 8,372* 2,620
A 1 107,314 107,3143 16,1801* 4,260
B 2 168,584 84,29220 12,709* 3,400
A/B 2 1,7467 0,87334 0,132 3,400
Galat 24 159,179240 6,632468
(2)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap
Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Pisang Raja Nangka
Pisang Tanduk Perlakuan
12,271 16,054
P SSR LSR
Pisang Raja Nangka
16,054 3,7827 - 2 2,926 3,3700
Pisang Tanduk 12,271 -
Perlakuan Pisang Raja
Nangka
Pisang Tanduk
Notasi a b
Uji Duncan As. Propionat Dengan Perlakuan jenis pengolahan Se
1,1517
Perebusan-Pendinginan
Pengukusan-Pendinginan
Pemanggangan-Pendinginan Perlakuan
11,433 13,842 17,213
P SSR LSR
Pemanggangan-Pendinginan
17,213 5,780 3,371 - 3 3,076 3,5427
Pengukusan-Pendinginan
13,842 2,409 - 2 2,926 3,3700
Perebusan-Pendinginan
11,433 -
Perlakuan Perebusan-Pendinginan
Pengukusan-Pendinginan
Pemanggangan-Pendinginan
(3)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap
Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Lampiran 8 :
Parameter: As.Butirat Digesta
Ulangan Perlakuan
1 2 3 4 5
Total Rata-rata
A1B1 10,79 10,23 9,89 10,12 9,99 51,020 10,204
A1B2 9,48 12,64 6,15 5,73 8,89 42,890 8,578
A1B3 9,77 6,73 5,21 4,26 9,28 35,250 7,050
A2B1 5,39 8,23 6,59 6,22 7,99 34,420 6,884
A2B2 6,63 8,15 5,77 4,84 6,57 31,960 6,392
A2B3 4,68 4,27 3,19 4,77 3,90 20,810 4,162
Total 46,740 50,250 36,800 35,940 46,620 216,350 43,270
Rata-rata 7,79 8,375 6,13333 5,99 7,77
FK = 1560,2441
Tabel Dua Arah (twop Ways Table)
BA 1 2 3 Total
1 51,020 42,890 35,250 129,160
2 34,420 31,960 20,810 87,190
Total 85,440 74,850 56,060 216,350
Tabel Anova : Analisis of Variance
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0.05
Perlakuan 5 104,634 20,9267 7,280* 2,620
A 1 58,716 58,7160 20,4266* 4,260
B 2 44,280 22,13994 7,702* 3,400
A/B 2 1,6378 0,81891 0,285 3,400
Galat 24 68,987880 2,874495
(4)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap
Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
se = 0,7582
Pisang Raja Nangka
Pisang Tanduk Perlakuan
5,813 8,661
P SSR LSR
Pisang Raja Nangka
8,661 1,983 - 2 2,926 2,2186
Pisang Tanduk
5,813 -
Perlakuan Pisang Raja
Nangka
Pisang Tanduk
Notasi a b
Uji Duncan As. Butirat Dengan Perlakuan jenis pengolahan
se
0,7582
Perebusan-Pendinginan
Pengukusan-Pendinginan
Pemanggangan-Pendinginan Perlakuan
5,606 7,485 8,544
P SSR LSR
Pemanggangan-Pendinginan
8,544 2,9380 1,0590 - 3 3,076 2,3323
Pengukusan-Pendinginan
7,485 1,8790 - 2 2,926 2,2186
Perebusan-Pendinginan
5,606 -
Perlakuan Perebusan-Pendinginan
Pengukusan-Pendinginan
Pemanggangan-Pendinginan
(5)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap
Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
Lampiran 9 :
Parameter: Total Digesta
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Total
Rata-rata
A1B1 66,32 64,73 66,34 63,18 65,19 325,760 65,152
A1B2 59,93 70,43 53,62 50,14 67,13 301,250 60,250
A1B3 58,66 56,01 55,36 46,33 58,53 274,890 54,978
A2B1 50,08 60,23 58,65 58,55 62,14 289,650 57,930
A2B2 52,76 63,66 58,56 44,40 42,73 262,110 52,422
A2B3 37,32 43,24 42,37 41,71 42,89 207,530 41,506
Total 325,070 358,300 334,900 304,310 338,610 1661,190 332,238
Rata-rata 54,1783333 59,716667 55,8167 50,71833 56,435
FK = 91985,0739
Tabel Dua Arah (twop Ways Table)
BA 1 2 3 Total
1 325,760 301,250 274,890 901,900
2 289,650 262,110 207,530 759,290
Total 615,410 563,360 482,420 1661,190
Tabel Anova : Analisis of Variance
SK DB JK KT F Hitung F
Tabel 0.05
Perlakuan 5 1635,552 327,1103 9,375* 2,620
A 1 677,920 677,9204 19,4294* 4,260
B 2 898,228 449,11377 12,872* 3,400
A/B 2 59,4037 29,70186 0,851 3,400
Galat 24 837,396360 34,891515
(6)
Pengaruh Konsumsi Tepung Pra Masak Pisang Tanduk dan Pisang Raja Nangka Terhadap
Sifat Fisik dan Kimia Digesta Tikus Percobaan
=2,6416
Pisang Raja Nangka Pisang Tanduk Perlakuan
50,619 60,127
P SSR LSR
Pisang Raja Nangka
60,127 9,5073 - 2 2,926 7,7295
Pisang Tanduk
50,619 -
Perlakuan Pisang Raja Nangka Pisang Tanduk
Notasi a b
Uji Duncan Total SCFA Dengan Perlakuan jenis pengolahan
se
2,6416
Perebusan-Pendinginan
Pengukusan-Pendinginan
Pemanggangan-Pendinginan Perlakuan
48,242 56,336 61,541
P SSR LSR
Pemanggangan-Pendinginan
61,541 13,2990 5,2050 - 3 3,076 8,1257
Pengukusan-Pendinginan
56,336 8,0940 - 2 2,926 7,7295
Perebusan-Pendinginan
48,242 -
Perlakuan Perebusan-Pendinginan
Pengukusan-Pendinginan
Pemanggangan-Pendinginan
Notasi a ab b