Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

117 Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup melalui program adiwiyata yang ada di SMA Negeri 1 Prembun selain terdapat faktor pendukung dalam kelancaran pelaksanaannya juga terdapat faktor penghambat dalam kelancaran pelaksanaan program adiwiyata di SMA Negeri 1 Prembun. Hambatan yang dialami dalam program tersebut dijelaskan oleh Bapak LS: “Hambatan ya memang kadang orang mengatakan pelaksanaan program itu membutuhkan banyak biaya. Terus juga membutuhkan pelatihan khusus dan belum ada tenaga khusus yang bisa mengolah tanaman Kemudian untuk penelitian-penelitian tenaga ahli itu juga masih kurang” LS652015. Begitu juga TAY mengungkapkan bahwa: “Hambatannya juga banyak ya, dari segi dana, dari segi semangat yang dimiliki warga sekolah, tenaga khusus lingkungan memang belum ada ya ” TAY1852015. Sama halnya dengan pernyataan dari BD: “Hambatannya ya kadang guru untuk mengajar PLH comotan, yang jelas SDMnya lah yang kurang, selain itu hambatan yang paling susah ya merubah mindset anak ” BD652015. Selain itu kendala lain yang dirasakan oleh Ibu DA: “Kendalanya ya untuk membangkitkan semangat siswanya sendiri untuk menjaga lingkungan agak susah ya mbak karena terkendala budaya juga, memunculkan itunya prakteknya yang susah kalo materinya sih nggak ada masalah, dan dalam kegiatan pengelolaan sampah yang sekarang ini semakin tidak aktif seharusnya perlu untuk di aktifkan lagi ” DA852015. Ibu DJ juga mengatakan: “Kendalanya itu kepedulian dari anak-anak masih kurang ya. Dari tenaga pendidik juga masih kurang kan tidak ada yang basicnya dari itu kan” DJ1352015. 118 Hambatan lain juga dialami oleh peserta didik SMA Negeri 1 Prembun seperti yang disampaikan oleh MM: “Kalo kendala sih Kepala Sekolah tahun yang dulu itu kan banyak kegiatan lingkungan, jadi untuk pelajaran itu kurang mbak. Kegiatannya hanya ke lingkungan terus jadi siswanya kurang mendapat materi-materi pelajaran, selain itu siswa yang males itu banyak contohnya aja itu kan ada 3 tong sampah yang sudah digolongkan tapi tetep siswa membuang sampah seenaknya sendiri” MM2152015. Selain itu kendala tersebut juga dirasakan oleh UNH: “Kendalanya waktu Kepala Sekolah belum ganti itu kan sering banget bersih-bersih jadi jam pelajarannya kita jadi berkurang, banyak yang mengeluh mbak masa kegiatannya bersih-bersih terus, kesadaran siswa juga masih agak kurang ” UNH852015. Begitu juga disampaikan oleh T: “Kendalanya ya waktu yang seharusnya digunakan untuk pelajaran malah digunakan untuk bersih-bersih, tenaga pendidik juga kurang karena belum ada guru khusus di SMA kita” T952015. Kendala juga disampaikan oleh DL: “Dalam pelaksananaan kegiatan lingkungan, masih banyak ditemui siswa yang males mbak” DL2642015. Dari pernyataan di atas, faktor penghambat dalam pelaksanaan program adiwiyata yaitu belum adanya tenaga pendidik yang ahli mengenai permasalahan lingkungan sehingga mengharuskan sekolah mengambil dari tenaga pendidik bidang lain maupun bidang yang memiliki kaitan dengan lingkungan. Berkurangnya intensitas kegiatan lingkungan seperti dalam pengelolaan sampah, kegiatan ini perlu diaktifkan kembali untuk mengoptimalkan pelaksanaan program. Selain itu, perencanaan kegiatan lingkungan yang terlalu sering pada masa jabatan Kepala Sekolah sebelumnya, membuat siswa mengeluhkan kurangnya jam pelajaran dan mengalami ketertinggalan materi pelajaran. Kendala-kendala yang ada di sekolah dalam 119 pelaksanaan program adiwiyata memerlukan solusi atau upaya yang dilakukan supaya di masa mendatang tidak terjadi hal yang serupa dan dalam pelaksanaan program adiwiyata di SMA Negeri 1 Prembun dapat berjalan dengan seimbang. Melihat hal tersebut, sekolah telah melakukan berbagai upaya atau solusi untuk mengatasi kendala tersebut. LS mengutarakan keluhan yang dirasakan yakni anggapan orang lain terkait masalah dana bahwa pelaksanaan program adiwiyata di SMA Negeri 1 Prembun membutuhkan dana yang sangat besar, selain itu juga belum ada tenaga khusus untuk penelitian lingkungan dan mengolah tanaman. Namun dalam kendala yang dirasakan, LS menjelaskan dalam mengatasi kendala tersebut dengan memberikan pengertian bahwa dalam pelaksanaan program tidak harus menggunakan dana yang besar semua tergantung pada kepandaian seseorang dalam mengatur dan mengelola dana. Serta untuk tenaga ahli yang kurang LS memberikan solusi melakukan kerjasama dengan pihak ketiga atau dengan mendatangkan narasumber dari luar untuk memberikan pengetahuan kepada warga sekolah SMA Negeri 1 Prembun. LS menjelaskan dalam wawancara untuk mengatasi kendala tersebut, yakni: “Dengan memberikan pengertian bahwa pelaksanaan program tersebut tidak membutuhkan biaya yang sangat besar, sebenarnya tergantung kita pandai mengelola dana apa ndak. Cara mengatasi hambatan yang kedua ya dengan dilaksanakannya kerjasama dengan pihak ketiga dari KLH, Dinas Kehutanan, maupun Dinas Pertanian dalam bantuan penyediaan bibit atau mungkin dengan mendatangkan narasumber atau melibatkan pihak-pihak yang terkait untuk sosialisasi dan membantu pelaksanaan program” LS652015. TAY selaku koordinator tim adiwiyata mengutarakan kendala yang dihadapi dalam program adiwiyata yaitu dari segi dana, segi motivasi yang dimiliki siswa masih kurang dan tenaga pendidiknya belum ada yang khusus 120 menangani masalah pengelolaan lingkungan. maka dari itu solusi yang disampaikan oleh Bapak TAY: “Cara mengatasi hambatan tersebut dari segi dana ya kita mengelola sumber dana dari komite sekolah dan lain-lain, ada juga dari pemerintah bantuan, ada juga bantuan bibit-bibit, terus dari tenaga pendidiknya ya mungkin solusinya ngambil dari guru biologi atau geografi, kalau dari segi motivasi ya sering-sering memberi motivasi kepada siswa dan mensosialisasikan kepada siswa” TAY1852015. BD juga menyampaikan kendala yang terjadi dalam program adiwiyata seperti tenaga pengajar yang tidak sesuai bidangnya dan juga sulitnya mengubah pola pikir siswa untuk peduli terhadap lingkungan. Oleh karena itu solusi yang diberikan oleh BD: “Mengambil beberapa guru yang bukan bidangnya PLH untuk mengajar PLH. Guru GTT yang mungkin karena kekurangan jam hingga akhirnya dimasukkan. Kemudian untuk mengubah mindset siswa ya kita berikan pengertian, dengan pembiasaan-pembiasaan diharapkan siswa lama- lama akan sadar dengan sendirinya, tapi itu prosesnya tidak instan. Selain itu siswa juga diberi penyadaran dengan sosialisasi, memberikan pengajaran di kelas dengan menyisipkan tentang hal-hal tentang kebersihan” BD652015. Selain BD kendala serupa juga disampaikan oleh DA dan DJ yaitu kendala yang berkaitan dengan semangat, kegiatan yang perlu diaktifkan kembali dan kepedulian siswa yang masih kurang, serta faktor tenaga pendidik yang tidak sesuai bidangnya. Berikut solusi yang disampaikan oleh Ibu DA dan DJ. Ibu DA mengatakan: “Ya mungkin untuk mengatasi kendala ini dengan menggunakan pembelajaran yang lebih menarik, lebih bervariasi, dan lebih kreatif. Agar siswa yang mengikuti pembelajarannya lebih semangat lagi terus ya bisa memunculkan sikap peduli lingkungan. Kerjasama untuk membangun komitmen menjalankan kegiatan lingkungan harus tetap dijaga ya agar tidak berhenti dan terus berjalan dengan baik ” DA852015. 121 Ibu DJ juga menyampaikan: “Untuk mengatasinya yaitu lebih diajak diskusi ya daripada mendengarkan. Terus pas pembelajarannya juga kadang di luar kelas di taman misalnya, tidak hanya khusus PLH ya mapel-mapel lain pun boleh melaksanakan pembelajaran di luar kelas untuk lebih mengenal lingkungan, untuk yang tenaga pendidik ya ngambil dari bidang lain yang berhubungan dengan alam atau makhluk hidup misalnya guru biologi ” DJ1352015. Disamping peneliti juga mewawancarai siswa untuk mengetahui apa yang dilakukan siswa dalam mengatasi kendala yang mereka dapatkan dalam program adiwiyata. Seperti yang dikatakan oleh MM: “ Kalo pas ada rapat guru biasanya kelas kosong kan, ya kita manfaatkan untuk belajar untuk mengejar materi pelajaran yang ketinggalan, kalo untuk mengatasi siswa yang males kita sebagai teman ya harus saling menginga tkan mbak” MM2152015. Disampaikan juga oleh UNH: “Ya mungkin siswa memanfaatkan jam kosong untuk belajar mandiri, jadi dari jam kosong tersebut bisa dimanfaatkan untuk belajar sendiri ataupun dengan teman istilahnya mengganti waktu yang terbuang untuk kegiatan bersih-bersih. Kita juga sudah diberi motivasi walaupun ini sekolah adiwiyata tidak hanya memikirkan lingkungan terus tapi juga harus belajar” UNH852015. T juga menyampaikan pendapatnya: “Dengan menambah waktu belajar di rumah karena waktu di Sekolah sering digunakan untuk bersih-bersih dan sosialisasi, terus kita sebagai siswa juga berharap agar guru dengan basic PLH di SMA kita ditambah” T952015. DL juga berpendapat bahwa: “Cara mengatasi kendala dengan selalu mengingatkan siswa mbak terus juga ditegur agar semakin peduli dengan lingkungan” DL2642015. 122 Berdasarkan pernyataan tentang faktor penghambat dan solusi yang dilakukan oleh pihak sekolah seperti Tim adiwiyata, guru, maupun siswa tersebut dapat disimpulkan tentang kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kebijakan PLH melalui program adiwiyata di SMA Negeri 1 Prembun. Beberapa guru mengeluhkan tentang dana yang dikeluarkan untuk program adiwiyata, belum adanya tenaga pendidik yang khusus menguasai ilmu tentang lingkungan, berkurangnya intensitas kegiatan lingkungan dan juga motivasi serta antusias siswa yang kurang dalam pelaksanaan kegiatan adiwiyata. Sedangkan kendala dari siswa sendiri yakni kurangnya jam belajar akibat kegiatan lingkungan yang terlalu sering dan minat siswa untuk peduli lingkungan masih rendah. Oleh karena itu solusi yang ditawarkan yaitu Tim Adiwiyata mencoba untuk mengelola dana dengan sebaik-baiknya dan tidak melebihi kemampuan sekolah yang dapat dilakukan yakni melalui sumber dana komite, kerjasama dengan Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan dan Dinas Pertanian dalam hal bantuan penyediaan bibit serta terdapat juga bantuan dari pemerintah. Kemudian belum adanya tenaga pengajar yang khusus maka Tim adiwiyata mengusahakan dengan mengambil guru dari bidang lain yang berkaitan dengan lingkungan dan memberikan sosialisasi kepada guru-guru untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan PLH. Sementara itu kurangnya intensitas dalam pelaksanaan kegiatan lingkungan seperti dalam pengelolaan sampah, solusi yang diberikan guru adalah dengan meningkatkan kerjasama dalam menjaga semangat serta komitmen warga sekolah untuk terus melaksanakan program. Motivasi serta antusias siswa yang kurang dalam pelaksanaan program 123 adiwiyata, guru mengusahakan memberi pengertian kepada siswa dan juga memberikan metode pembelajaran yang menarik, bervariasi dan kreatif agar siswa lebih semangat dalam memunculkan sikap peduli lingkungan. Kendala yang dialami siswa terkait kurangnya jam belajar akibat terlalu seringnya kegiatan lingkungan perlu adanya perencanaan ulang oleh pihak sekolah dalam mengatur jadwal kegiatan lingkungan, dari siswa sendiri telah mengatasi kendala tersebut dengan memanfaatkan jam pelajaran yang kosong untuk belajar mandiri dan menambah jam belajar di rumah.

C. Pembahasan

Penelitian ini mendeskripsikan tentang implementasi kebijakan pendidikan lingkungan hidup di SMA Negeri 1 Prembun dimana sekolah ini adalah sekolah menengah atas terbaik di Kabupaten Kebumen dalam pelaksanaan program adiwiyata. Saat ini SMA Negeri 1 Prembun telah memperoleh penghargaan Sekolah Adiwiyata Nasional dan sedang berproses menuju sekolah adiwiyata mandiri. Sekolah ini mewujudkan kebijakan pendidikan lingkungan hidup berdasarkan kesepakatan semua pihak sejak tahun 2007 dengan membentuk sekolah berwawasan lingkungan hidup. Kemudian mengikuti program adiwiyata setelah adanya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2009 yang saat ini telah direvisi menjadi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2013 dengan melihat empat aspek penilaian yaitu: a aspek kebijakan sekolah yang berwawasan lingkungan, b aspek kurikulum sekolah berbasis lingkungan, c aspek kegiatan sekolah berbasis partisipatif, d aspek pengelolaan sarana dan prasarana pendukung sekolah yang ramah lingkungan. 124 Tujuan utama dari pendidikan lingkungan hidup di SMA Negeri 1 Prembun adalah membina dan mengembangkan anak didik agar memiliki sikap dan tingkah laku yang rasional dan bertanggung jawab dalam rangka memelihara keseimbangan sistem lingkungan dan sumberdaya secara bijaksana, serta melakukan konservasi lingkungan. Berdasarkan pada data yang diperoleh, hasil analisis peneliti mengenai Implementasi Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup melalui program adiwiyata, peneliti menggunakan teori model implementasi George Edward III untuk melihat keberhasilan dalam pelaksanaan implementasi kebijakan pendidikan lingkungan hidup dalam teori yang dijelaskan oleh George Edward III terdapat empat komponen, yaitu: a. Komunikasi Setelah adanya usulan untuk mengikuti program adiwiyata, Kepala Sekolah melakukan komunikasi dengan seluruh warga sekolah SMA Negeri 1 Prembun melalui sosialisasi baik itu kepada Tim Adiwiyata, guru, siswa dan staff tenaga kependidikan. Bentuk sosialisasi dapat melalui kegiatan upacara, sosialisasi dengan mendatangkan narasumber dari luar, selain itu juga dalam bentuk fisik berupa banner dan slogan yang dipasang di lingkungan sekolah. Sosialisasi yang dilakukan Kepala Sekolah telah terjangkau dan dipahami oleh semua pihak. Hal ini sesuai dengan teori Edward III bahwa kebijakan hendaknya tidak hanya disampaikan kepada para pelaksana namun juga dikomunikasikan dengan semua pihak yang menjadi kelompok sasaran dan pihak lain yang berkepentingan begitu juga dengan maksud, tujuan, dan isi kebijakan harus jelas. Kebijakan yang ditransmisikan oleh Kepala Sekolah 125 SMA Negeri 1 Prembun kepada target yaitu tim adiwiyata, guru, siswa maupun pihak lain yang berkepentingan secara umum sudah memahami maksud, tujuan, dan isi dari kebijakan pendidikan lingkungan hidup melalui program adiwiyata. Dalam komunikasi juga diperlukan sebuah koordinasi yang baik agar dalam penyampaiannya dapat menjangkau ke seluruh warga sekolah yang terlibat dalam pelaksanaan program adiwiyata di SMA Negeri 1 Prembun. Koordinasi antara Kepala Sekolah dan tim adiwiyata secara keseluruhan sudah terlaksana dan semua terlibat di dalamnya. Namun masih ada beberapa guru yang menginginkan adanya koordinasi langsung dari Kepala Sekolah mengenai pembahasan program adiwiyata dan pembagian tugas. Hal ini karena selama ini tidak semua guru diikutsertakan dalam rapat, tugas yang diberikan kepada guru ditunjuk langsung dari Kepala Sekolah berdasarkan kegemaran dan keahlian. Guru hanya sebagai pelaksana program dan langsung menerapkan dalam bentuk tugas yang sudah ditetapkan. b. Sumber Daya Sumber daya dalam implementasi kebijakan PLH melalui program adiwiyata sesuai dengan teori Edward III meliputi sumber daya manusia sebagai pelaksana kebijakan, sumber daya anggaran, sumber daya peralatan, dan sumber daya kewenangan. Dari sumber daya manusia tersebut perlu diketahui bagaimana keterampilan, dedikasi, dan kompetensi yang dimiliki. Edward III Chabib Wijaya Hendra Adi Putra, 2012: 18 menjelaskan bahwa meskipun dalam pelaksanaan kebijakan komunikasi sudah ditransmisikan, jelas, dan konsisten apabila sumber daya manusia kurang memadai untuk melaksanakan kebijakan, maka pelaksanaannya belum efektif. Berdasarkan data yang telah 126 diperoleh sumber daya manusia dalam pelaksanaan program adiwiyata yakni masih perlu adanya peningkatan keterampilan, dedikasi, profesional, dan kompetensi yang memenuhi kebutuhan program. Namun secara umum guru sudah cukup memahami dan mengerti tentang PLH. Pelaksanaan kebijakan pendidikan lingkungan hidup di SMA Negeri 1 Prembun akan lebih efektif apabila sumber daya manusianya memiliki keterampilan, dedikasi, profesional dan kompetensi maupun tenaga khusus yang sesuai kebutuhan program. Selain itu sumber daya anggaran juga sangat berpengaruh dalam pelaksanaan program adiwiyata. Untuk melengkapi sarana dan prasarana berupa peralatan PLH sekolah menggunakan minimal 20 dari seluruh total anggaran sekolah di luar gaji guru dan pegawai. Dalam hal pengelolaan dana program adiwiyata dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa perincian dan alokasi dana dikelola secara terbuka atau transparan, namun sebagian guru mengaku kurang mengetahui mengenai pendaan program. Dengan anggaran yang besar kebutuhan sumber daya peralatan baik sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Prembun sudah terpenuhi namun dalam pemakaian, pengelolaan, dan perawatannya masih belum maksimal. Dari berbagai sumber daya yang dapat menentukan implementasi kebijakan PLH dalam program adiwiyata adalah sumber daya kewenangan. Dalam sumber daya kewenangan di sini yang sangat berperan adalah Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab mengatur berjalannya program adiwiyata memiliki hak untuk menentukan keputusan dan memecahkan masalah dalam pelaksanaan program. Hal ini sesuai dengan teori Edward III . Edward III Chabib Wijaya Hendra Adi Putra, 2012: 20 bahwa pelaku utama