Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA Negeri 1 Prembun

65 program adiwiyata meliputi 1 Proses penyelenggaraan program, 2 Peran dan dukungan seluruh warga sekolah dalam pelaksanaan rogram adiwiyata. Dengan adanya komunikasi dari Kepala Sekolah dan tim pelaksana untuk mensosialisasikan kepada guru, karyawan, siswa maupun dengan masyarakat sekitar yang akan membantu dalam mewujudkan pelaksanaan kebijakan PLH melalui program adiwiyata. Hal tersebut dilakukan dengan memberikan pengarahan dan pemahaman mengenai program adiwiyata. Seperti yang dijelaskan oleh LS: “Pada awal pembentukan kebijakan ini ya dengan sosialisasi baik ke guru, karyawan, maupun pada siswa bahkan sampai lingkungan sekitar, lingkungan itu tidak hanya dari tetangga dekat namun juga dari komite maupun orang tua siswa sampai dengan aparat desa maupun kecamatan di lingkungan sini kita undang dan dilakukan sosialisasi tentang adiwiyata” LS652015. Pernyataan ini diperkuat oleh M: “Waktu awal mengikuti program adiwiyata sering dilakukan sosialisasi tentang adiwiyata untuk guru, karyawan, siswa selalu diingatkan dan diberikan pengarahan dan pemahaman mengenai program adiwiyata ini” M1152015. Tidak hanya LS dan M, DJ juga menyatakan: “Dulu sering banget ada sosialisasi di aula tentang adiwiyata, isinya ya kita diberikan pengarahan dan pemahaman tentang program adiwiyata” M1352015. Sosialisasi dari Kepala Sekolah tidak hanya diberikan oleh guru, namun siswa juga menjadi target komunikasi. Keberadaan siswa sangat penting dalam membantu berjalannya program adiwiyata, oleh karena itu perlu bagi siswa untuk mengetahui adanya program ini. Sebagian besar siswa di SMA Negeri 1 Prembun sudah mengetahui dan memahami adanya kebijakan PLH melalui program adiwiyata, mereka mengetahui maksud dan tujuan program yang disampaikan oleh Kepala Sekolah. Hal ini dapat dilihat 66 dari pernyataan siswa mengenai pemahaman siswa terhadap kebijakan pendidikan lingkungan hidup di sekolah. R sebagai salah satu siswa di SMA Negeri Prembun menyatakan bahwa: “Iya, saya tau tentang kebijakan ini, sering sekali kepala sekolah baik yang lama atau yang baru sudah melakukan sosialisasi semisal waktu upacara itu memberikan amanah, biasanya setiap hari juga keliling memberikan sosialisasi. Tujuannya sebenarnya untuk menciptakan siswa mempunyai rasa cinta terhadap alam, dan siswa dapat melestarikan alam, menjaga bumi ” R1452015. Senada dengan yang dinyatakan oleh R, MM mengatakan bahwa: “Iya saya sedikit tau tentang kebijakan ini, Kepala sekolah pernah sosialisasi di waktu yang tepat seperti waktu upacara paling kalo ada kebersihan lingkungan, kadang kepala sekolah keliling ngasih pengarahan tujuannya sih agar siswa bisa meningkatkan kesadaran peduli lingkungan” MM2152015. Dari beberapa pernyataan yang telah dijelaskan dapat diambil kesimpulan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah mengenai program adiwiyata terhadap setiap guru dan siswa telah tersampaikan dan mampu dipahami oleh setiap guru. Hal ini memudahkan bagi sekolah dalam menjalankan kebijakan PLH. Bentuk komunikasi tidak hanya disampaikan secara langsung dari Kepala Sekolah namun juga disampaikan melalui kegiatan sosialisasi dengan mendatangkan narasumber dari luar, dalam bentuk fisik seperti adanya banner dan slogan untuk menghimbau siswa agar peduli dengan lingkungan, kegiatan ekstrakurikuler seperti yang disampaikan oleh Bapak LS selaku ketua Tim adiwiyata, yakni: “Komunikasi antara lain adalah sosialisasi yang pertama itu, kemudian yang kedua adalah dengan pembiasaan, terus berikutnya dikomunikasikan lewat slogan-slogan atau berupa banner-banner terus dalam bentuk masalah-masalah juga kemudian dalam bentuk 67 mading majalah baik majalah yang berupa buletin ataupun mading media cetak sampai dengan radio TV” LS652015. Responden menjelaskan bahwa bentuk komunikasi yang dilakukan yaitu melalui kegiatan sosialisasi, kemudian adanya pembiasaan dengan sikap-sikap yang menunjukkan peduli lingkungan baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah dan untuk menghimbau siswa secara tidak langsung dilakukan melalui media cetak seperti adanya banner, slogan-slogan, mading ataupun bulletin yang terdapat di lingkungan sekolah. Selain itu proses sosialisasi juga dikomunikasikan lewat media elektronik seperti televisi dan radio. Hal ini didukung ketua Tim Adiwiyata yang menyatakan bahwa hal tersebut merupakan bentuk komunikasi yang disampaikan, kemudian peneliti menanyakan kepada ketua Tim Adiwiyata bagaimana proses sosialisasi kebijakan pendidikan lingkungan hidup dilakukan. Ketua Tim Adiwiyata menyatakan: “Proses sosialisasi itu sebenarnya terus menerus dilakukan ya, kita kemarin pernah mendatangkan narasumber untuk melakukan sosialisasi, kemudian di setiap mapel diintegrasikan dengan pendidikan lingkungan hidup kita masukkan di bab yang terkait, banyak juga kegiatan-kegiatan lain yang menyisipkan LH didalamnya misalnya dalam kegiatan ekstra ” LS652015. Untuk memperkuat pendapat Ketua Tim Adiwiyata tersebut maka peneliti juga mewawancarai Koordinator II Tim Adiwiyata yaitu Bapak TAY, ia menyatakan bahwa: “Untuk disini ada mulok khusus PLH kelas 12, supaya lebih intens. Sekolah juga membentuk kader lingkungan, terus LH pun juga dimasukkan ke dalam ekstra misalnya pramuka ada saka kalpataru yang terkait lingkungan. Dalam pembelajaran ya diintegrasikan ke semua mapel dengan catatan materi yang berhubunganlah, juga pernah sosialisasi menghadirkan dari Dosen UNNES terus Dari LH terutama untuk narasumber ” TAY1852015.