19
hukum positif dengan diterbitkannya undang-undang maupun Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri ditambah dengan pembentukan lembaga pengawasan
independen. Dalam perjalanannya, siaran televisi selama beberapa dekade dimonopoli oleh
TVRI sebagai media informasi pemerintah. Barulah sejak tahun 1989 bermunculan lembaga penyiaran swasta yang diawali oleh RCTI dan diikuti oleh lembaga
penyiaran televisi swasta lainnya. Pada tahun 2002, dengan terbitnya undang-undang penyiaran maka lembaga
televisi yang ada melakukan penyesuaian dengan status yang beragam, TVRI menjadi lembaga penyiaran publik dan semua televisi swasta wajib menjadi lembaga siaran
berjaringan.
2.2 Lembaga Penyiaran Indonesia
Menurut Undang-Undang no 32 tahun 2002 tentang penyiaran, dalam ketentuan umum Bab I pasal 1 dikatakan : Lembaga penyiaran adalah penyelenggara
penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam
melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penjelasan tentang jasa penyiaran radio maupun televisi dalam kategori tersebut di atas diuraikan dalam pasal-pasalnya, sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
20
1. Lembaga penyiaran swasta adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan hukum yang didirikan oleh Negara, bersifat independen, netral,
tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. 2. Lembaga penyiaran swasta adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersial
berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi.
3. Lembaga penyiaran komunitas merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan
tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauannya wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.
4. Lembaga penyiaran berlangganan merupakan lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran
berlangganan dan wajib terlebih dahulu memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran berlangganan.
Lembaga penyiaran berlangganan terdiri atas : a.
Lembaga penyiaran berlangganan melalui satelit b.
Lembaga penyiaran berlangganan melalui kabel c.
Lembaga penyiaran berlangganan melalui teresterial.
Universitas Sumatera Utara
21
Setiap lembaga penyiaran dalam menjalankan tugas dan fungsinya mengacu kepada aturan yang ditetapkan baik melalui undang-undang maupun ketentuan
lainnya berupa peraturan serta keputusan-keputusan pemerintah. Adanya peraturan yang bersifat mengikat itu tidak terlepas dari konsep dan
strategi informasi yang telah dirumuskan secara nasional sekaligus menjadi komitmen bagi setiap aparat yang terkait di dalamnya, baik aparat pemerintah
maupun masyarakat penyiaran dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rumusan konsep dimaksud disebut sebagai “Tatanan informasi nasional”.
Sebagaimana yang terdapat di dalam UU penyiaran, bahwa Tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang adalah kondisi informasi yang tertib,
teratur, dan harmonis terutama mengenai arus informasi atau pesan dalam penyiaran antara pusat dan daerah, antar wilayah di Indonesia, serta antara Indonesia dan dunia
Internasional. Lebih lanjut diterakan bahwa Penyiaran diselenggarakan dalam satu sistem penyiaran nasional. BAB III pasal 6.
Dalam pasal 6 ayat 3 dikatakan bahwa : Dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang adil dan terpadu yang
dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal.
Sebagai konsekuensi dari aturan dalam pasal 6 ayat 3 ini, maka pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan peraturan dalam bentuk Peraturan Pemerintah PP
Universitas Sumatera Utara
nomor 50 tahun 2005, khusus dalam memberi pedoman umum terhadap pelaksanaan Sistem Jaringan terdapat pada BAB VI, pasal 34 sebagai berikut:
1. Sistem stasiun jaringan terdiri atas Lembaga Penyiaran swasta induk satsiun
jaringan dan Lembaga Penyiaran Swasta anggota stasiun jaringan yang membentuk sistem stasiun jaringan.
2. Lembaga Penyiaran Swasta induk stasiun jaringan merupakan Lembaga
Penyiaran Swasta yang bertindak sebagai koordinator yang siarannya direlay oleh Lembaga Penyiaran Swasta anggota stasiun jaringan dalam sistem
stasiun jaringan. 3.
Lembaga Penyiaran Swasta anggota stasiun jaringan merupakan Lembaga Penyiaran Swasta yang tergabung dalam suatu sistem stasiun jaringan yang
melakukan relay siaran pada waktu-waktu tertentu dari Lembaga Penyiaran Swasta induk stasiun jaringan.
4. Lembaga Penyiaran Swasta anggota stasiun jaringan sebagaimana dimaksud
pada ayat 3 hanya dapat berjaringan dengan 1 satu Lembaga Penyiaran Swasta induk stasiun jaringan.
5. Lembaga Penyiaran Swasta jasa penyiaran radio danatau jasa penyiaran
televisi yang menyelenggarakan siarannya melalui sistem stasiun jaringan harus memuat siaran lokal.
Universitas Sumatera Utara
6. Setiap penyelenggaraan siaran melalui sistem stasiun jaringan dan setiap
perubahan jumlah anggota stasiun jaringan yang terdapat dalam sistem stasiun jaringan wajib dilaporkan kepada menteri.
Dalam merespon aturan yang ada maka Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia mengeluarkan Permen Kominfo RI nomor :
43PERM.KOMINFO102009 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Melalui Stasiun Jaringan Oleh Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi.
Menindak lanjuti amanat Undang-Undang, Peraturan Pemerintah PP dan juga peraturan menteri Permen, maka Komisi Penyiaran Indonesia sebagai lembaga
Negara yang diberi tugas melakukan tata kelola lembaga penyiaran di Indonesia serta merta mencantumkan aturan pelaksanaan penyiaran melalui sistem jaringan di dalam
buku Pedoman Perilaku Penyiaran P3 dan Standard Progaram Siaran SPS untuk dijadikan acuan bagi seluruh pengelola lembaga penyiaran di Indonesia tertutama
terdapat pada pasal 31 yang menyebutkan bahwa “ Lembaga penyiaran wajib
menyiarkan program siaran lokal dalam sistem stasiun jaringan sesuai dengan
peraturan perundang-undang yang berlaku.”
2.3 Penyelenggaraan Sistem Stasiun Jaringan