Penyelenggaraan Sistem Stasiun Jaringan

6. Setiap penyelenggaraan siaran melalui sistem stasiun jaringan dan setiap perubahan jumlah anggota stasiun jaringan yang terdapat dalam sistem stasiun jaringan wajib dilaporkan kepada menteri. Dalam merespon aturan yang ada maka Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia mengeluarkan Permen Kominfo RI nomor : 43PERM.KOMINFO102009 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Melalui Stasiun Jaringan Oleh Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi. Menindak lanjuti amanat Undang-Undang, Peraturan Pemerintah PP dan juga peraturan menteri Permen, maka Komisi Penyiaran Indonesia sebagai lembaga Negara yang diberi tugas melakukan tata kelola lembaga penyiaran di Indonesia serta merta mencantumkan aturan pelaksanaan penyiaran melalui sistem jaringan di dalam buku Pedoman Perilaku Penyiaran P3 dan Standard Progaram Siaran SPS untuk dijadikan acuan bagi seluruh pengelola lembaga penyiaran di Indonesia tertutama terdapat pada pasal 31 yang menyebutkan bahwa “ Lembaga penyiaran wajib menyiarkan program siaran lokal dalam sistem stasiun jaringan sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku.”

2.3 Penyelenggaraan Sistem Stasiun Jaringan

Sistem jaringan televisi dimulai dalam sejarah pertelevisian Amerika Serikat dengan munculnya tiga jaringan besar yang menyediakan acara untuk stasiun lokal, yakni dimulai oleh stasiun televisi NBC dan CBS, kemudian diikuti oleh ABC Universitas Sumatera Utara 24 dimana sebelumnya ABC sebagai pesaing mereka. Jaringan tiga besar Big Three ini masing-masing memiliki 200 outlet di AS sehingga acara-acara dari ketiga stasiun besar ini menjangkau seluruh pelosok negeri. Pada tahun 1941 NBC memberi program acaranya kepada perusahaan affiliasinya dengan menggunakan sambungan jalur microwave yang menghubungkan pantai timur dan barat AS. Selain itu pada tahun 2004 General Electric membeli studio film Universal dan menggabungkan diri dengan NBC. Selanjutnya jaringan televisi CBS dikembangkan pada tahun 1982 oleh William Paley yang sebelumnya telah berjaringan dengan CBS bersamaan dengan kehadiran seorang raja hotel Amerika Laurence Tisch memperkuat keberadaan perusahaan televisi CBS. Dengan kekuatan yang dimilik kemudian Televisi ABC mendirikan jaringan televisi pada tahun 1948 dan berikutnya ABC melakukan merger dengan United Paramount Theaters dengan propertinya yang mencakup beberapa stasiun televisi. Setelah itu stasiun ABC membeli Capcities Communications pada 1985 yakni sebuah stasiun televisi di Kansas City yang beroperasi dengan nama ABCCap Cities dan akhirnya dibeli oleh Disney dengan mengganti sedikit label nama menjadi ABC Disney. Pada tahun 1986 Rupert Murdoch seorang yang terkenal sebagai raja media internasional tidak mau ketinggalan dengan membeli tujuh stasiun non-jaringan di kota-kota besar Amerika Serikat sekaligus membeli perusahaan Film 20 th Century Universitas Sumatera Utara 25 Fox menjadikannya sebuah lembaga televisi berjaringan baru yang dimotori oleh Barry Diller. Di pihak lain Time Warner meluncurkan WB television Net Work pada tahun 1995 untuk dijadikannya sebagai outlet bagi unit produksi Warner Brothers dan kemudian ia membentuk United Paramount Net Work UPN. Kemudian pada tahun 2006 Viacom dan Time Warner menggabungkan WB dengan UPN menjadi jaringan televisi baru yang disebut dengan jaringan CW-C untuk CBS dan W untuk Warner dengan segmentasi audience berusia 18-34 tahun. Sistem akuisisi muncul dalam dunia broadcast, yakni pada dekade 1980 an. Pada saat itu perusahaan media mulai membeli perusahaan luar negeri. Sebut saja Bertelsman Jerman yang mengakuisisi perusahaan rekaman RCA dan Arista di AS. Setelah itu ia juga mengakuisisi 14 majalah wanita yang dibeli dari perusahaan New York Times. Beberapa perusahaan media telah melakukan merger untuk mendapatkan sinergi. Merger Hachette Prancis dengan Filapacchi Italia menghasilkan profit yang cukup signifikan. Demikian pula aliansi Vicom dengan menjual acara televisinya ke beberapa jaringan dan stasiun televisi yang ada di beberapa Negara. Vivian:2008 Dari sejarah pertelevisian Amerika tersebut kemudian diikuti oleh Indonesia dengan memproduksi sebuah peraturan tentang sistem jaringan melalui uandang- undang tahun 2002 dan bentuk-bentuk peraturan turunannya. Namun dilihat dari segi Universitas Sumatera Utara latar belakang pembentukannya apa yang terjadi di Indonesia tidak sama persis dengan perjalanan sistem jaringan yang telah terjadi sebelumnya di Amerika Serikat. Menurut hemat peneliti, sistem jaringan di Amerika Serikat dilatarbelakangi oleh adanya keinginan pemilik modal untuk lebih memperluas jangkauan produk program siarannya maka diperlukan stasiun penyiaran lain di beberapa wilayah, dengan membentuk sebuah sistem jaringan. Perluasan jaringan dilakukan dengan cara membeli, merger ataupun mengakuisisi stasiun penyiaran lokal yang memang sudah ada sebelumnya. Namun di Indonesia dengan kondisi saat ini proses dalam penerapan sistem stasiun jaringan justeru terbalik jika dibandingkan dengan yang terjadi di Amerika. Berdasarkan aturan yang ada, stasiun penyiaran televisi nasional yang secara kebetulan kesemuanya berada di ibu kota negara, Jakarta, dan sesuai dengan amanat UU,PP maupun Permen kepada semua stasiun nasional diharuskan mendirikan stasiun-stasiun lokal di daerah ibukota provinsi, kabupatenkota yang kemudian dijadikan sebagai anggota jaringannya. Pada saat yang sama Lembaga penyiaran nasional itu wajib melepaskan hak kepemilikannya atas anggota jaringannya dengan memberikan peluang sebesar besarnya kepada investor lokal, maksudnya agar terjadi pembagian pemusatan kepemilikan diversity of ownerships sekaligus membagi sebahagian produk isi siarannya kepada anggota jaringannya dengan volume maksimum 50 diversity of content. Universitas Sumatera Utara Head dan Sterling 1982 menyatakan, jaringan adalah : “two or more stations interconnected by some means of relay wire, cable, teresterial micro wave, satellite so as to anable simultaneous broadcasting of the same program…” yakni : dua atau lebih stasiun yang saling berhubungan melalui relay kawat, kabel, gelombang mikro teresterial, satelit yang memungkinkan terjadinya penyiaran program secara serentak. Sedangkan Willis dan Aldridge 1992 menambahkan ketentuan atau kriteria pengertian jaringan dengan menyebutkan : There are several different kinds of networs, but all of them have one thing in common: They distribute program simultaneously to affiliated stations. terdapat beberapa jenis jaringan, namun semuanya memiliki satu kesamaan : Jaringan menyiarkan program secara serentak kepada stasiun afiliasinya.86-87:2005 Penjelasan tentang Sistem Stasiun Jaringan di dalam Peraturan Menteri Kominfo No 43 tahun 2009 tentang Sistem Stasiun Jaringan SSJ antara lain terdapat di psl 1 : “Sistem stasiun jaringan adalah tata kerja yang mengatur relay siaran secara tetap antar lembaga penyiaran.” Sedangkan dalam psl 2 disebutkan “Sistem stasiun jaringan dilaksanakan oleh stasiun penyiaran lokal berjaringan yang terdiri atas : a. Stasiun induk, berkedudukan di ibukota provinsi. b. Stasiun anggota, berkedudukan di ibukota provinsi, kabupaten dan atau kota.” Universitas Sumatera Utara Sementara itu dalam pasal 5 menyebutkan : 1. Stasiun induk merupakan stasiun penyiaran yang bertindak sebagai koordinator yang siarannya direlay oleh stasiun anggota dalam sistem stasiun jaringan. 2. Stasiun anggota merupakan stasiun penyiaran yang tergabung dalam suatu sistem stasiun jaringan yang melakukan relay siaran pada waktu-waktu tertentu dari stasiun induk. 3. Setiap lembaga penyiaran swasta hanya dapat berjaringan dalam satu sistem stasiun jaringan. 4. Lembaga penyiaran swasta yang menjadi stasiun anggota dalam sistem jaringan hanya dapat berjaringan dengan 1 satu stasiun induk. Dalam pengaturan tentang volume isi siarannya terdapat dalam pasal 8, yaitu : 1. Dalam sistem stasiun jaringan stasiun yang direlay oleh stasiun anggota dari stasiun induk, dibatasi dengan durasi paling banyak 90 dari seluruh waktu siaran per hari. 2. Berdasarkan perkembangan kemampuan daerah dan lembaga penyiaran swasta, program siaran yang direlay oleh stasiun anggota dari stasiun induk sebagaimana dimaksud pada ayat 1 secara bertahap turun menjadi paling banyak 50 dari seluruh waktu siaran per hari. Universitas Sumatera Utara 3. Dalam sistem stasiun jaringan, setiap stasiun penyiaran lokal harus memuat siaran lokal dengan durasi paling sedikit 10 dari seluruh waktu siaran per hari. 4. Berdasarkan perkembangan kemampuan daerah dan lembaga penyiaran swasta keharusan memuat siaran lokal sebagaimana dimaksud pada ayat 3 secara bertahap naik menjadi paling sedikit 50 dari seluruh waktu siaran per hari. Selanjutnya dalam pasal 9 dijelaskan tentang maksud siaran lokal, seperti berikut : Siaran lokal adalah siaran dengan muatan lokal pada daerah setempat yang kriterianya ditentukan lebih lanjut oleh Komisi Penyiaran Indonesia. Dalam Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia No.02PKPI122009 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran P3, pasal 1 ayat 12 yang dimaksud dengan Program siaran lokal adalah : program siaran dengan muatan lokal, baik program faktual maupun non-faktual, yang mencakup peristiwa, isu-isu, latar belakang cerita, dan sumber daya manusia, dalam rangka pengembangan budaya dan potensi daerah setempat. Sementara itu dalam P3 pasal 52 diatur tentang volume penayangan Program Lokal dalam Sistem Stasiun Jaringan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Program siaran lokal wajib diproduksi dan ditayangkan dengan durasi minimal 10 sepuluh perseratus dari total durasi siaran berjaringan per hari. 2. Program siaran lokal sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 minimal 30 tiga puluh peseratus diantaranya wajib ditayangkan pada waktu prime time waktu setempat. 3. Program siaran lokal sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 secara bertahap wajib ditingkatkan hingga 50 lima puluh per seratus dari total durasi siaran berjaringan per hari. Berdasarkan UU no 32 tahun 2002 tentang penyiaran, secara tegas memberi tuntunan kepada setiap penyelenggara penyiaran, bahwa setiap kegiatan penyiaran di Indonesia harus diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI tahun 1945 dengan azas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan dan bertanggung jawab. Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. Universitas Sumatera Utara Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. Selain itu penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan. Berdasarkan hal tersebut di atas, khususnya tentang kemandirian, demokratisasi, rasa keadilan dan fungsi ekonomi serta kebudayaan dalam rangka terbinanya watak dan jati diri bangsa sekaligus terwujudnya semangat otonomi daerah dengan tumbuh dan berkembangnya potensi daerah, maka kehadiran Permen kominfo no 43 tahun 2009 dipandang relevan dalam kondisi saat ini. Berkaitan dengan hal tersebut, Undang-Undang nomor 40 tahun 1999 tentang pers, pasal 6 mengamanatkan bahwa pers nasional wajib : a. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui. b. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormati Kebhinekaan. c. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar, d. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum. e. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Universitas Sumatera Utara

2.4 Kepemilikan Lembaga Penyiaran

Dokumen yang terkait

Manajemen Media Penyiaran Televisi Swasta Lokal (Studi Tentang Strategi Manajemen Media Di Stasiun Padangtv Dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan Budaya Lokal )

17 192 223

Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat

5 51 139

Tanggung Jawab Lembaga Penyiaran Radio dan Produsen Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Pemasangan Iklan

6 76 142

Analisis Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan Periode Januari-Desember 2010 Pada Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2011

4 135 108

PEMETAAN MEDIA PENYIARAN LOKAL PASCA OTONOMI DAERAH (Studi pada Lembaga Penyiaran Televisi Lokal di Kota Batu)

0 35 2

SKRIPSI PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PT. PAGILARAN DITINJAU DARI KEARIFAN LOKAL.

0 3 13

TINJAUAN UMUM STASIUN TELEVISI STASIUN TELEVISI SWASTA LOKAL DI YOGYAKARTA.

1 6 57

Manajemen Media Penyiaran Televisi Swasta Lokal (Studi Tentang Strategi Manajemen Media Di Stasiun Padangtv Dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan Budaya Lokal )

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Manajemen Media Penyiaran Televisi Swasta Lokal (Studi Tentang Strategi Manajemen Media Di Stasiun Padangtv Dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan Budaya Lokal )

0 3 46

MANAJEMEN MEDIA PENYIARAN TELEVISI SWASTA LOKAL (Studi Tentang Strategi Manajemen Media di Stasiun PadangTV dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan Budaya Lokal ) TESIS

0 1 13