34
2. Konsepsi
Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi
dan realitas.
42
Konsep ini diartikan sebagai kata yang menyatakan abstrak dan digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan definisi
operasional.
43
Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan, pengertian atau penafsiran mendua dubius dari suatu istilah yang
dipakai. Konsepsi merupakan unsur pokok dalam usaha penelitian atau untuk membuat
karya ilmiah. Konsepsi adalah suatu pengertian mengenai suatu fakta atau dapat berbentuk batasan atau definisi tentang sesuatu yang akan dikerjakan. Teori
berhadapan dengan sesuatu hasil kerja yang telah selesai, sedangkan konsepsi masih merupakan permulaan dari sesuatu karya yang setelah diadakan pengolahan akan
dapat menjadikan suatu teori.
44
Penelitian ini dirumuskan dengan serangkaian kerangka konsepsi atau definisi sebagai berikut:
1. Perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Menurut Soedikno Mertokusumo perjanjian merupakan hubungan hukum antara
42
Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1989, hal. 34.
43
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo, Jakarta, 1998, hal. 3.
44
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
35
dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.
45
2. Rehabilitasi sosial anak cacat diartikan sebagai proses pemberian pelayanan dan
bantuan, perlindungan, pemeliharaan taraf kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan khusus anak cacat yang dilakukan dalam bentuk penanganan secara
cepat, tepat dan benar untuk mencapai tingkatan perkembangan yang optimal, sebagai wujud perlindungan anak untuk memperoleh kehidupan yang layak baik
fisik, mental dan sosial.
46
3. Anak penyandang cacat tubuh yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
anak dengan kecacatan tubuh tuna daksa berusia di bawah 18 tahun yang mengalami hambatan fisik yang mengganggu tumbuh kembangnya secara wajar
sehingga memerlukan pemenuhan kebutuhan, pengembangan dan penanganan khusus sesuai dengan kondisi dan derajat kecacatannya yang berada di Panti
Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. 4.
Cacat tubuh atau tuna daksa berarti suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam
fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir.
47
45
Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1991, hal. 97.
46
Kementerian Sosial RI, Pedoman Deteksi Dini Kecacatan Anak, Departemen Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, Jakarta,
2006, hal. 3.
47
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Refika Aditama, Bandung, 2006, hal.121.
Universitas Sumatera Utara
36
5. Anak yang dimaksud dalam penelitian ini menurut Pasal 1 butir 1 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yakni: ”Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan.” 6.
Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara adalah salah satu unit pelaksana teknis Kementerian Sosial Republik Indonesia di bawah Direktorat
Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial yang merehabilitasi anak tuna daksa dengan wilayah pelayanan regional terbatas, meliputi Provinsi Sumatera Utara,
Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Kepulauan Riau dan Sumatera Barat.
G. Metodelogi Penelitian
1. Sifat Penelitian