fungsi mental. Kondisi cacat merupakan eksteriorasi keadaan patologik yang prinsipnya mencerminkan gangguan kesehatan yang terjadi pada tingkat organ.
b. Disabilities Disability merupakan keterbatasan atau kurangnya kemampuan akibat
dari adanya cacat untuk melakukan kegiatan dalam batas-batas dan cara yang dianggap nomal bagi manusia. Kondisi ini dapat bersifat sementara, menetap dan
membaik atau memburuk. Disabilities juga timbul sebagai akibat langsung adanya cacat atau secara tak langsung sebagai reaksi individu, khususnya secara
psikologik pada cacat fisik dan sensorik. c. Handicap
Handicap adalah kemunduran pada seseorang akibat adanya cacat atau disabilitas yang membatasi atau mencegahnya untuk dapat berperan normal bagi
individu sesuai umur, seks dan faktor sosial budaya. Kondisi ini ditandai dengan adanya ketidaksesuaian antara prestasi seseorang atau statusnya dengan
harapannya atau kelompoknya. Handicap merupakan sosialisasi dari cacat dan disabilitas dan mencerminkan konsekuensi bagi individu dalam budaya, sosial,
ekonomi, dan lingkungannnya yang berpangkal pada adanya cacat dan disabilitas.
2.2 Gambaran umum individu yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi
Menurut WHO 1989, bahwa angka rata-rata kematian diantara individu yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi lebih banyak dibanding
individu yang normal. Seringkali kekurangan perhatian dalam sosialisasi dapat menyebabkan dan menggandakan ketidakmampuan bersosialisasi. Individu yang
Universitas Sumatera Utara
mengalami ketidakmampuan bersosialisasi tidak memiliki kunci masuk ke dalam kelompok masyarakat dan kesempatan untuk bersama-sama dengan masyarakat
lain, seperti lembaga kesehatan, sekolah dan institusi pendidikan, program pelatihan keahlian, program pelatihan kerja dan pekerjaan.
Di beberapa negara, wanita dewasa yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi hanya mempunyai pendidikan yang rendah dibandingkan individu
dewasa yang normal. Pemisahan secara sosial terhadap individu yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi semakin memperburuk keadaannya. Individu yang
mengalami ketidakmampuan bersosialisasi biasanya dipisahkan oleh masyarakat setempat. Sikap negatif dan perilaku yang mendiskriminasikan individu yang
mengalami ketidakmampuan bersosialisasi dianggap sebagai suatu keharusan. 2.3 Ciri-ciri individu yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi
WHO 1989 menetapkan bahwa individu yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi adalah individu yang tidak dapat melakukan
aktivitas yang biasanya dapat dilakukan oleh individu normal seperti tidak dapat makan dan minum sendiri, tidak bisa menjaga kebersihan, tidak mampu memakai
pakaian sendiri, tidak mengerti instruksi yang mudah, tidak mampu atau merasa sulit dalam mengekspresikan kebutuhan, pikiran dan perasaannya, tidak mengerti
gerakan dan tanda-tanda untuk komunikasi, tidak mampu menggunakan gerakan- gerakan dan tanda-tanda untuk komunikasi yang dimengerti oleh individu lain,
tidak dapat berkomunikasi dengan berbicara dan menggunakan bahasa dengan individu lain di sekelilingnya, tidak ikut bergabung dalam aktivitas keluarga, tidak
turut melakukan aktivitas dalam masyarakat, tidak mempunyai pekerjaan dan
Universitas Sumatera Utara
tidak mempunyai penghasilan yang untuk membiayai kebutuhan hidup sehari- hari, dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dalam rumah tangga.
2.4 Aspek-aspek ketidakmampuan bersosialisasi