Faktor pendukungpencetus terjadinya isolasi sosial

Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan yang negatif atau mengancam kelainan interaksi sosial. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampua berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

1.2 Faktor pendukungpencetus terjadinya isolasi sosial

Rentang respon perilaku Respon adaptif Respon maladaptif Solitude Kesepian Manipulasi Otonomi Menarik diri Impulsif Bekerjasama Tergantung Narkisisme Saling tergantung Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma- norma, sosial, dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif terdiri dari : solitud, otonomi, bekerjasama, dan saling tergantung. Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat keparahan Stuart dan Sundeen, 1998. Respon maladaptif terdiri dari manipulasi, impulsif, dan narkisisme. Berdasarkan gambar rentang respon sosial di atas, Universitas Sumatera Utara menarik diri termasuk dalam transisi antara respon adaptif dengan maladaptif sehingga individu cenderung berfikir kearah negatif. Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Akan tetap, menurut Stuart dan Sundeen 1998, belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu: 1.2.1 Faktor predisposisi Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah: a. Faktor perkembangan Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, maka akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih saying, perhatian, dan kehangatan dari ibupengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan dikemudian hari. Oleh karena itu, komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek. b. Faktor komunikasi dalam keluarga Universitas Sumatera Utara Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi penting dalam mengembangkan gangguan tingkah laku seperti sikap bermusuhanhostilitas, sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak, selalu mengkritik, menyalahkan, dan anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya, kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaraan anak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah, ekspresi emosi yang tinggi, double bind, dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat c. Faktor sosial budaya. Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial. d. Faktor biologis Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian kembar monozigot apabila salah satu diantaranya menderita skizofrenia adalah 58, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8. Universitas Sumatera Utara Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia. 1.2.2 Faktor presipitasi Stresor presipitasi dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun eksternal, meliputi: a. Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dan dirawat di rumah sakit atau di penjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial. b. Stressor biokimia berupa teori dopamin yaitu kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia. Menurunnya MAO Mono Amino Oksidasi di dalam darah akan meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka penurunannya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.Faktor endokrin berupa jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh dopamin. Hipertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon adrenokortikal seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik. Viral hipotesis yaitu beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah struktur sel-sel otak. Universitas Sumatera Utara c. Stresor biologik dan lingkungan sosial Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis. d. Stresor psikologis Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik. Menurut teori psikoanalisa, perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat. Strategi koping digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah laku adalah sebagai berikut: 1 Tingkah laku curiga: proyeksi 2 Dependency: reaksi formasi 3 Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi Universitas Sumatera Utara 4 Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial 5 Manipulatif: regrasi, represi, isolasi 6 Skizofrenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi, dan regrasi. 2. Ketidakmampuan Sosialisasi 2.1 Pengertian