Latar Belakang Penelitian Profil Penderita Tumor Ganas Sinonasal Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2009

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Tumor nasal dan sinus paranasal atau disebut juga tumor sinonasal jinak maupun ganas pada umumnya jarang ditemukan. Di Indonesia dan luar negeri didapatkan sekitar 1 dari keganasan seluruh tubuh dan 3 dari keganasan di kepala dan leher Roezin, 2007; Bailey, 2006. Sinonasal merupakan rongga yang dibatasi oleh tulang-tulang wajah yang merupakan daerah yang terlindung sehingga tumor yang timbul di daerah ini sulit diketahui secara dini. Asal tumor primer juga sulit ditentukan, apakah dari nasal atau sinus karena biasanya penderita datang berobat dalam keadaan penyakit telah lanjut dan tumor telah memenuhi kavum nasi dan seluruh sinus Roezin, 2007. Insiden tertinggi tumor ganas hidung dan sinus paranasal ditemukan di Jepang yaitu 2-3,6 per 100.000 penduduk per tahun. Di bagian THT FK UI RS Cipto Mangunkusumo, keganasan ini ditemukan pada 10-15 dari seluruh tumor ganas THT Roezin, 2007. Rifqi mengemukakan data yang dikumpulkannya dari rumah sakit umum di sepuluh kota besar di Indonesia bahwa frekuensi tumor hidung dan sinus paranasal adalah 9,3-25,3 dari keganasan THT dan berada pada peringkat kedua setelah tumor ganas nasofaring dalam Tjahyadewi dan Wiratno, 1999. Di RSUP H. Adam Malik Medan selama Januari 2002 sampai dengan Desember 2008 pasien yang dirawat dengan diagnosis karsinoma hidung dan sinus paranasal adalah sebanyak 52 kasus. Universitas Sumatera Utara Gejala klinis bergantung pada letak dan luasnya tumor. Gejala nasal berupa obstruksi nasal unilateral, rinorea, sekret bercampur darah atau terjadi epistaksis. Epistaksis merupakan gejala yang sering dijumpai yang membawa penderita datang berobat. Karakteristik tumor ganas berupa sekret berbau karena mengandung jaringan nekrotik. Gejala-gejala orofasial, oftalmik dan serebral merupakan gejala yang telah lanjut Roezin, 2007; Fasunla dan Lasisi, 2007. Tanda dan gejala ini sering diabaikan oleh penderita dan sering sulit dibedakan dari lesi benigna dan inflammatory disorder, serta hanya diterapi dengan antibiotika biasa. Hal ini terjadi oleh karena kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung sehingga tumor ganas sinonasal tidak pernah ditemukan pada stadium dini. Diagnosis tumor kavum nasi dan sinus-sinus paranasal adalah berdasarkan pemeriksaan histologi. Klasifikasi histologi menurut WHO dibagi atas: 1. epithelial tumours, 2. soft tissue tumours, 3. haematolymphoid tumours, 4. neuroectodermal, 5. germ cell tumours, dan 6. secondary tumours Barnes, Eveson, Reichart, Sidransky, 2005. Keganasan tumor sinonasal dapat menyebabkan kematian dalam jumlah yang signifikan pada bidang otolaringologi. Kebanyakan tumor ini berasal dari sinus maksilaris dan predominan adalah jenis karsinoma sel skuamosa yang dijumpai pada 80 kasus. Secara umum, karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi baik timbul di dalam sel-sel etmoid posterior dan kavum nasi posterior. Karsinoma ini menyebar dengan cara perluasan lokal, metastasis berupa nodul jarang ditemukan meskipun pada penyakit yang telah lanjut. Paparan terhadap substansi-substansi seperti serbuk kayu, debu tekstil dan kulit binatang, nikel, isopropyl oil, Universitas Sumatera Utara formaldehid dan lain sebagainya, terlibat sebagai faktor predisposisi keganasan sinonasal ini Fasunla dan Lasisi, 2007; Myers, 1989. Teschke et al dalam satu studi yang bertujuan untuk menentukan sumber paparan yang didapatkan akibat pekerjaan terhadap karsinogen-karsinogen nasal di British Columbia, Kanada menyimpulkan bahwa kelompok-kelompok pekerja dengan resiko tinggi terjadi tumor ganas sinonasal adalah pekerja pabrik tekstil, kertas dan bubur kertas Teschke et al, 1997. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Luce et al mendapatkan bahwa resiko tinggi dari adenokarsinoma berhubungan dengan paparan formaldehid dan pekerja perempuan dengan paparan debu tekstil. Level yang tinggi dari paparan asbestos berhubungan dengan resiko terjadinya karsinoma sel skuamosa Luce et al, 2002. Alkohol, makanan yang diasin atau diasap di diduga meningkatkan kemungkinan terjadi keganasan, sebaliknya buah-buahan dan sayuran mengurangi kemungkinan terjadinya keganasan Roezin, 2007. Indonesia umumnya dan Sumatera Utara khususnya memiliki begitu banyak pekerja industri yang tentunya setiap hari terpapar oleh karsinogen-karsinogen yang mengancam terjadinya keganasan pada sinonasal. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan melihat relatif seringnya penderita tumor sinonasal yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik dalam stadium lanjut, peneliti tertarik untuk mencari data statistik mengenai profil penderita tumor ganas sinonasal ini yang telah dikonfirmasi dengan pemeriksaan biopsi jaringan untuk menentukan tipe histologinya. Diharapkan setelah penelitian ini akan ada penelitian-penelitian lanjutan untuk mencari faktor-faktor resiko yang mempengaruhi kejadian tumor ganas sinonasal pada masyarakat Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah