Machine Improvement Peningkatan pada MesinPeralatan Kerja

44

BAB IV PENINGKATAN KUALITAS KERJA IMPROVEMENT

Dari pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa kegiatan manual material handling di PVD belum memenuhi kriteria ergonomic dan berpotensi menyebabkan terjadinya cidera otot resiko MSD pada pekerja. Sehingga perusahaan perlu untuk segera melakukan improvement untuk mengatasinya. Pada fokus objek yang diamati stacking case A7, banyak terdapat elemen kerja yang memiliki kategori resiko Ab atau bahaya besar, seperti pada saat memasukkan salah satu part ke dalam case Lampiran . Untuk menganalisa dan memecahkan suatu permasalahan dalam kerja, biasa digunakan analisis 4M + E, yaitu Machine, Method, Man, Material, dan Environment. Namun dalam kegiatan ini, improvement yang dilakukan difokuskan dari aspek machine mesinperlatan kerja, method metode kerja, dan man saja.

A. Machine Improvement Peningkatan pada MesinPeralatan Kerja

Berdasarkan perhitungan ergonomic risk point, penurunan resiko ergonomi setelah dilakukan improvement pada mesinperlatan stacking pada assy line welding 3 case A7 adalah yang paling besar. Sebagian besar posisi tidak ergonomis dalam proses stacking tersebut adalah membungkuk karena modul yang digunakan untuk mengemas part berada di lantai, sehingga operator harus membungkuk untuk meletakkanmengambil part. Improvement pada peralatan yang diusulkan adalah penambahan base stacking dan panel roof hoist. Base stacking digunakan untuk meninggikan posisi modul yang sebelumnya ada dilantai. Base stacking sendiri sebenarnya sudah digunakan pada pos stacking line welding 1 dan 2 yang melakukan stacking untuk modul yang ukurannya relatif lebih kecil dibanding modul pada line welding 3. Selain itu, pada line welding 3 ukuran modul yang digunakan bervariasi. Modul terkecil adalah modul S1 dengan ukuran p x l x t, 2 m x 1.5 m x 1 m dan yang terbesar adalah A7 dengan ukuran p x l x t, 4 m x 2.5 m x 0.5 m. Namun demikian, masih terdapat proses yang mengharuskan 45 operator untuk membungkuk karena ketinggian base tidak dapat disesuaikan dengan tumpukan part yang dimasukkan ke dalam modul. Pada awal proses stacking , tumpukan part masih rendah dan pada akhir proses stacking, tumpukan part cukup tinggi sehingga operator harus berdiri pada pijakan yang sudah dibuat sebelumnya. Sehingga untuk mengatasi masalah tumpukan part yang semakin meniggi pada selama proses stacking, maka dibuat base stacking yang levelketinggiannya dapat diatur. Pada awal proses stacking, ketinggian base yang sesuai adalah 75 cm dari permukaan lantai sehingga daerah kerja berada pada daerah kerja optimal. Dan pada saat akhir proses stacking, ketinggian yang sesuai adalah 20 cm dari permukaan lantai sehingga daerah kerja tetap pada daerah kerja optimal. Gambar 7. Base stacking yang terlalu rendah Pada Gambar 7, terlihat bahwa operator tetap harus membungkuk untuk meletakkan part karena base stacking yang dibuat masih terlalu rendah. Selain itu tidak terdapat space untuk ujung kaki sehingga posisi operator tidak nyaman. Space untuk ujung kaki dibuat agar tubuh operator dapat lebih merapat ke case dan lebih mudah menjangkau posisi yang lebih jauh dari tubuhnya. 46 Sumber : OSHA, 2003 Gambar 8. Daerah optimal kerja Gambar 9. Rancangan pneumatic base stacking Mekanisme yang digunakan untuk pengangkatan beban menggunakan scissor lift dengan sumber tenaga silinder pneumatik. Rancangan dari base stacking ini dapat dilihat pada Gambar 9. Bahan yang digunakan untuk rangka dan lengan pengangkatnya adalah square pipe 5 cm. Sementara silinder 47 pneumatik yang digunakan adalah silinder dengan diameter 100 mm dan stroke 30 cm berjumlah tiga buah. Pada awal proses stacking, base stacking diposisikan pada posisi tinggi dengan ketinggian 80 cm. Pada tengah proses stacking, ketinggian base diturunkan pada posisi rendah hingga tinggi 25 cm. Dengan mekanisme ini, diharapkan postur kerja operator pada proses stacking dapat terjaga pada posisi yang benartidak membungkuk.

B. Method Improvement Peningkatan Metode Kerja