Efektivitas Alat Tangkap Bubu Waktu dan Tempat Penelitian

selama proses hauling. Setelah bubu sampai di atas kapal, ikan dikeluarkan dan dilakukan penanganan. Hasil tangkapan bubu merupakan ikan berkualitas tinggi dan dapat dipasarkan dalam keadaan hidup Martasuganda 2003. Ikan yang banyak tertangkap oleh bubu adalah ikan kue Caranx spp, beronang Siganus spp, kerapu Epinephelus spp, kakap Lutjanus spp, kakatua Scarus spp, ekor kuning Caesio spp, ikan kaji Diagramma spp dan lencam Lethrinus spp Subani dan Barus 1988.

2.6 Efektivitas Alat Tangkap Bubu

Efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil yang telah dicapai terhadap suatu tujuan. Efektivitas Ef sama dengan hasil yang telah dicapai atau telah didapatkan dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dinyatakan dalam persen Gibson et al. 1990. Efektivitas dapat pula diartikan perbandingan antara hasil dengan tujuan dalam persen, dimana apabila nilai efektivitasnya di atas 100 maka dapat dikatakan cukup efektif, sedangkan apabila nilai efektivitasnya di bawah 100 dapat dikatakan kurang efektif. Dengan kata lain bahwa efektivitas sama dengan hasil yang telah dicapai atau telah didapatkan dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dinyatakan dalam persen. Efektivitas alat tangkap adalah suatu kemampuan alat tangkap untuk mendapatkan hasil tangkapan yang optimum sesuai dengan tujuan penangkapan. Nilai efektivitas alat tangkap bagan motor lift net dapat dikategorikan tiga, yaitu: apabila nilainya kurang dari 50 dapat dikatakan alat tangkap tersebut efektivitasnya rendah, nilai 50 - 80 dikatakan alat tangkap yang cukup efektivitasnya dan nilai 80 - 100 dikatakan alat tangkap yang efektivitasnya tinggi Baskoro et al. 2006. Menurut Fridman 1988 bahwa hasil tangkapan suatu alat tangkap dipengaruhi efektivitas alat dan efisiensi cara operasi. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa efektivitas alat tangkap secara umum tergantung pada faktor-faktor, antara lain: parameter alat tangkap itu sendiri rancang bangun dan konstruksi, pola tingkah laku ikan, ketersediaan atau kelimpahan ikan dan kondisi oseanografi. 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai dari bulan September 2007 hingga bulan Maret 2008. Penelitian pendahuluan dilakukan dari bulan September-Oktober 2007. Penelitian laboratorium untuk mengamati respons penciuman ikan kerapu dilakukan di Laboratorium Biologi dan Keanekaragaman Hayati Laut Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK-IPB. Formulasi umpan dilakukan di Laboratorium Bio-Kimia Departemen Teknologi Hasil Perairan FPIK-IPB. Uji coba penangkapan dilakukan di 5 lokasi yaitu perairan Pulau Panggang, Pulau Air, Pulau Semak Daun, Pulau Karang Beras, dan Pulau Karang Sempit, Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pengolahan data dilakukan di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK-IPB. Lokasi penelitian lapang disajikan pada Lampiran 1.

3.2 Metode Penelitian