Tabel 2 Peralatan penelitian lapangan lainnya yang digunakan dalam penelitian
No Peralatan Kegunaan
1. GPS
Menentukan posisi koordinat pemasangan bubu
2. Timbangan
Pengukur berat hasil tangkapan 3.
Flow meter Pengukur kecepatan arus
4. Measuring board
Pengukur panjang ikan 5. Kamera
digital Dokumentasi
6. Data sheet
Pencatatan data hasil tangkapan
3.2.2 Pengumpulan data
Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah 1 data tingkah laku ikan mendekati umpan, 2 waktu yang dibutuhkan untuk mencapai umpan,
komposisi bahan umpan buatan, 3 komposisi hasil tangkapan, dan 4 panjang serta berat hasil tangkapan. Untuk menunjang data primer yang diperoleh pada
saat penelitian, dilakukan juga studi literatur terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Data sekunder yang dikumpulkan adalah kandungan proksimat air,
protein, lemak dari formulasi umpan buatan.
1 Uji coba laboratorium laboratory experiment
Tahapan yang dilakukan dalam uji coba laboratorium meliputi: 1 Persiapan dan pemeliharaan ikan kerapu
Penelitian ini dimulai dari persiapan bak penelitian. Bak penelitian yang digunakan sedemikian rupa sehingga kondisinya mendekati kondisi di alam dan
terkontrol. Bak yang sudah bersih kemudian diisi dengan air laut, selanjutnya dipasang jet pump untuk menciptakan arus dalam air sehingga terjadi suplai
oksigen. Salinitas dan suhu air laut dalam bak setiap hari dikontrol agar tetap optimal pada kisaran 30-31 ppm dan 28-30
o
C. Bak pemeliharaan ikan disirkulasi selama dua minggu sebelum ikan kerapu dimasukkan ke dalam bak. Suhu air
optimum untuk pertumbuhan kerapu berkisar 22-28
o
C, jika suhu turun dibawah 15
o
C akan menyebabkan metabolisme tubuh ikan menurun, sehingga ikan tidak mau makan dan aktivitasnya akan berkurang. Jika suhu terlalu tinggi panas akan
menyebabkan metabolisme respirasi berlangsung cepat dan proses metabolisme
terhenti. Kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan ikan kerapu adalah 28-32
o
C. Pengukuran suhu dan salinitas dilakukan dari awal hingga akhir pengamatan.
Persiapan lain yang harus disiapkan adalah persiapan ruang gelap yang menutupi bak percobaan. Pembuatan ruang gelap dilakukan dengan menggunakan
plastik mulsa berwarna hitam. Ruangan dibuat dengan ukuran P x L x T 200 cm x 250 cm x 200 cm. Perekaman dilakukan secara manual dengan menggunakan
handycam night shoot. Ikan yang digunakan diambil dari bak pemeliharaan. Ikan yang diambil
untuk percobaan merupakan ikan yang dalam kondisi sehat dan terhindar dari stres. Ikan tersebut sudah diaklimatisasi selama tiga bulan Juni-Agustus 2007 di
bak penampungan. Selama aklimatisasi, ikan diberi makan dua kali sehari yaitu pagi antara pukul 08.00 hingga 09.00 WIB dan sore antara pukul 16.00 hingga
17.00 WIB. Makanan yang diberikan berupa potongan daging ikan layangtembangselar dan udang dengan ukuran disesuaikan dengan bukaan mulut
ikan. Sisa-sisa makanan dan kotoran ikan diambil dengan menggunakan saringan siphon. Penyiphonan bak dilakukan dua kali dalam seminggu atau bila terlalu
banyak kotoran pada bak pemeliharaan. Penggantian air laut dilakukan dua minggu sekali sebanyak 25.
2 Starvasi ikan uji Sebelum dilakukan percobaan ikan terlebih dahulu dipuasakan starvasi
selama 2 x 24 jam. Starvasi bertujuan untuk mengkondisikan ikan dalam keadaan lapar, sehingga ikan benar-benar memberikan respons terhadap umpan. Ikan
dimasukkan ke dalam bak percobaan untuk dilakukan penyesuaian di dalam bak percobaan untuk orientasi terhadap lingkungan dengan cara membiarkan ikan
berenang bebas selama 5 menit. Setelah terbiasa dengan kondisi bak percobaan, ikan diletakkan pada salah salah satu sisi bak sebagai tanda awal starting point
untuk mulai yang diberi sekat. Sekat ini berfungsi sebagai jarak awal antara ikan dan umpan. Selama pengujian ikan diberi makan selama dua hari dan kemudian
dipuasakan sehari semalam untuk kemudian diberi perlakuan selanjutnya. 3 Proses pengamatan dan pengambilan data
Pengamatan dilakukan setelah proses aklimatisasi. Percobaan dilakukan pada dua kondisi yaitu percobaan pada kondisi tanpa cahaya dark condition
menggunakan ruangan gelap dark room. Hal ini dimaksudkan agar pada saat perlakuan, ikan hanya menggunakan organ penciumannya dalam merespons
umpan. Ikan uji dipindahkan dari bak pemeliharaan kemudian dibiarkan berorientasi selama 5 menit. Setelah itu ikan uji digiring ke ujung akuarium start
area dan sekat perlakuan dipasang. Umpan dipasang pada jarak 50 cm dari sekat dan 20 cm dari akuarium Gambar 10. Selama perlakuan air stone dipasang pada
jarak 100 cm dari sekat perlakuan, sehingga dapat membantu penyebaran bau dari umpan. Perlakuan pada malam hari, diamati dengan menggunakan handy cam
night shoot. Percobaan kedua dilakukan pada ruang terang siang hari sebagai kontrol.
Arousal area Finding area
Searching area
Gambar 10 Pembagian fase respons ikan terhadap umpan
Komposisi umpan buatan dibuat dalam 5 komposisi berdasarkan jumlah kandungan bahan penyusun utama yaitu minyak ikan dan tepung ikan. Formulasi
umpan buatan artificial bait terdiri atas komposisi bahan sebagai berikut: Tabel 3 Komposisi bahan umpan buatan artificial bait
Jenis umpan No.
Komposisi bahan gram
A B
C D
K 1.
Minyak ikan 5
15 25
35 2.
Tepung ikan 19
17 15
13 3.
Tepung terigu 19
17 15
13 40
4. Tepung tapioka
57 51
45 39
60 Total Berat gram
100 100
100 100
100 Pengamatan dilakukan dengan melihat dan merekam aktivitas dan tingkah
laku dalam mendekati umpan. Setiap perlakuan menggunakan satu ekor kerapu dengan 5 jenis umpan yang berbeda. Setiap setting dianggap sebagai satu ulangan
dan tiap perlakuan dilakukan selama 1 jam. Setiap pergantian ulangan dilakukan pergantian air dalam bak agar kondisi air sama dengan kondisi awal penelitian.
Data yang dikumpulkan dalam perlakuan adalah waktu ikan mendekati umpan yang terbagi ke dalam 3 fase yaitu:
1 Arousal menerima rangsangan, fase dimana ikan mulai beraksi karena
adanya rangsangan bau, 2
Searching mencari, fase dimana ikan mulai mencari makanan umpan hanya menggunakan organ penciumannya, dan
3 Finding menemukan, ikan telah menemukan umpan dan melakukan uptake
mengambilmemakan umpan
Perlakuan menggunakan formulasi umpan buatan. Waktu respons ikan dihitung setelah umpan dipasang dan sekat penutup dibuka, sampai ikan
menemukan keberadaan umpan finding dengan batas waktu 1 jam. Asumsi yang digunakan dalam eksperimen laboratorium ini antara lain:
1 Kondisi air dalam bak mendekati kondisi ideal,
2 Kondisi fisik ikan di laboratorium sehat dan tanpa indikasi sakit.
Setelah perlakuan selesai, ikan dipindahkan ke bak pemeliharaan kemudian langsung diberi makan. Sebelum melakukan perlakuan selanjutnya, ikan
diaklimatisasi selama dua hari, kemudian dipuasakan selama dua hari. Bila kondisi ikan menurun, aklimatisasi dilakukan lebih lama sebelum dipuasakan
kembali. Parameter yang digunakan untuk melihat kondisi ikan dalam keadaan baik atau menurun adalah dengan melihat pola makannya. Jika selera makan ikan
menurun atau tidak mau makan sama sekali, berarti kondisi kesehatan ikan menurun.
2 Uji coba penangkapan fishing experiment
Uji coba penengkapan di lapangan dilakukan untuk menghitung efektivitas umpan buatan yang telah di uji di laboratorium. Pengoperasian bubu dilakukan di
beberapa lokasi penangkapan antara lain: Pulau Panggang, Pulau Air, Pulau Semak Daun, Pulau Sempit, dan Pulau Karang Beras. Kondisi lingkungan
perairan di sekitar lokasi pemasangan bubu memiliki karaktersitik yang sama, dengan kedalaman perairan berkisar 0,5-5 m, kecepatan arus 0,3 ms, suhu 28-29
o
C, pH 8, dan salinintas 30
o oo
. Lokasi pemasangan bubu disajikan pada Lampiran 1.
Pengoperasian bubu dilakukan dengan sistem tunggal, bubu yang digunakan sebanyak 14 unit. Jarak pemasangan antar bubu dengan bubu lainnya adalah
antara 1,5 m sampai 4 m Hartsjuijker dan Nicholson 1981; Parrish 1982; Luckhurst dan Ward 1985 diacu dalam Ferno dan Olsen 1994. Pemasangan bubu
dilakukan sebanyak 20 kali ulangan dengan rincian sebagai berikut: 1.
Trip ke- 1, melakukan setting pada lokasi penempatan bubu. 2.
Trip ke-2, melakukan hauling dan setting kembali pada masing-masing lokasi. 3.
Trip ke-3, melakukan hauling dan setting kembali pada masing-masing lokasi 4.
Trip ke-4, melakukan hauling dan setting kembali pada masing-masing lokasi 5.
Trip ke-5, melakukan hauling dan setting kembali pada masing-masing lokasi 6.
Trip ke-6 dan seterusnya sampai 7.
Trip ke-20, melakukan hauling pada semua lokasi penempatan bubu.
Adapun tahapan pengoperasian bubu terdiri dari persiapan, perjalanan menuju daerah penangkapan ikan, pemasangan bubu, perendaman dan
pengangkatan bubu. Bubu tambun dioperasikan pada kedalaman 0,5 – 1,5 m di perairan karang
atau lebih tepatnya diantara karang-karang atau bebatuan. Bubu tambun diletakkan diantara karang kemudian bagian atasnya ditimbun atau ditindih
dengan karang yang sudah mati. Pemasangan bubu tambun dilakukan dengan sistem tunggal. Bubu tambun menggunakan umpan rucah, udang, bulu babi, dan
artificial bait umpan buatan B dan umpan buatan D. Pemilihan umpan buatan B dan D pada uji coba di lapangan didasarkan pada hasil penelitian laboratorium,
dimana umpan tersebut memiliki respons tercepat untuk ikan kerapu macan mendekati umpan. Pemasangan bubu tambun membutuhkan waktu 1,5 jam dalam
satu kali trip. Bubu yang dipasang berjumlah 14 unit, masing-masing 2-3 unit untuk dipasang jenis umpan yang berbeda. Pengangkatan bubu dilakukan selama
45 menit. Hauling dilakukan pada waktu pagi dan sore hari, total waktu yang dibutuhkan dalam operasi penangkapan bubu tambun selama 3-4 jam.
Ikan hasil tangkapan yang diperoleh untuk setiap pengangkatan dipisahkan berdasarkan jenis umpan yang digunakan dan kemudian setiap jenis ikan dihitung
jumlah dan beratnya.
3.3 Analisis Data