Umpan Respons Penciuman Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) terhadap Umpan Buatan

2 Apabila organ penciuman dirusak, ikan salmon yang akan memijah tidak dapat lagi ke tempat semula. 3 Percobaan yang dilakukan di Washington University dengan menggunakan elektro encephalografi yaitu alat pencatat gelombang otak, ternyata ikan salmon mempunyai reaksi yang baik terhadap air yang berasal dari syarafnya. Dari percobaan-percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa indera penciuman umumnya adalah yang paling sensitif bagi ikan. Indera penciuman inilah yang membantu ikan salmon menemukan kembali ke tempat asalnya.

2.4 Umpan

Umpan merupakan salah satu bentuk rangsangan berupa fisik maupun kimiawi yang dapat memberikan respons ikan tertentu dalam tujuan penangkapan ikan Hendrotomo 1989. Penggunaan umpan dalam proses penangkapan ikan merupakan fungsi umpan sebagai pemikat attractor. Penggunaan atraktor umpan dalam pengoperasian bubu sudah dikenal luas oleh nelayan. Berdasarkan kondisi umpan dapat dibedakan ke dalam umpan hidup live bait dan umpan mati dead bait, sedangkan menurut asalnya umpan dapat dibedakan ke dalam umpan alami natural bait dan umpan buatan artificial bait Leksono 1983. Menurut Leksono 1983, beberapa pertimbangan dalam menentukan alternatif terhadap jenis ikan sebagai umpan yaitu: 1 Umpan harus dapat digunakan pada alat tangkap yang telah ada, 2 Umpan dapat memenuhi selera ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan, 3 Umpan mudah didapat dalam jumlah banyak serta kontinuitas yang baik, 4 Lokasi sumberdaya relatif dekat serta mudah dalam penanganannya, dan 5 Biaya Pengadaan relatif murah. Djatikusumo 1975 menyatakan bahwa umpan yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1 Tahan lama tidak cepat busuk, 2 Mempunyai warna yang mengkilap sehingga mudah terlihat dan menarik bagi ikan yang menjadi tujuan penangkapan, 3 Mempunyai bau yang spesifik untuk merangsang ikan datang, 4 Harga terjangkau, 5 Mempunyai ukuran memadai, dan 6 Disenangi oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Kandungan kimia yang terkandung dalam umpan merupakan salah satu faktor penentu dalam proses penangkapan ikan dengan menggunakan bubu. Perbedaan jenis umpan dapat menyebabkan perbedaan hasil tangkapan pada bubu, hal tersebut disebabkan karena bau yang dikeluarkan oleh kandungan kimia dari umpan tersebut. Bau yang dikeluarkan oleh suatu umpan berdasarkan kandungan asam amino yang merupakan bagian dari rangkaian protein Taibin 1984 diacu dalam Syandri 1988. Reseptor penciuman olfactory pada ikan memiliki respons yang tinggi pada asam amino, tetapi asam amino relatif tidak efektif untuk respons pada indera perasa gustatory. Kadar protein dan lemak yang tinggi akan menimbulkan bau yang menyengat dari umpan Caprio 1982. Kandungan alanin, glisin dan prolin pada asam amino yang merupakan komponen utama perangsang nafsu makan ikan semakin menurun Fujaya 2004, sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan stimulator penciuman yang akan berakibat menurunnya respons makan pada ikan Caprio 1982. Pada jack mackerel Trachurus japonica, red sea bream Pagrus major, dan rainbow trout Oncohynchus mykiss, campuran tirosin, phenilalanin, lisin, dan histidin serta triptophan dan valin, diidentifikasi sebagai perangsang nafsu makan Fujaya 2004. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dari kelompok nukleotide, inosine-5’-monophosphate IMP, inosine, adenosine-5’-diphosphate ADP, guaninosine-5’-monophosphate GNP, dan uridine-5’-monophospate UMP juga diidentifkasi sebagai perangsang nafsu makan pada ikan.

2.5 Unit Penangkapan Bubu