Unit Penangkapan Bubu Respons Penciuman Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) terhadap Umpan Buatan

4 Harga terjangkau, 5 Mempunyai ukuran memadai, dan 6 Disenangi oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Kandungan kimia yang terkandung dalam umpan merupakan salah satu faktor penentu dalam proses penangkapan ikan dengan menggunakan bubu. Perbedaan jenis umpan dapat menyebabkan perbedaan hasil tangkapan pada bubu, hal tersebut disebabkan karena bau yang dikeluarkan oleh kandungan kimia dari umpan tersebut. Bau yang dikeluarkan oleh suatu umpan berdasarkan kandungan asam amino yang merupakan bagian dari rangkaian protein Taibin 1984 diacu dalam Syandri 1988. Reseptor penciuman olfactory pada ikan memiliki respons yang tinggi pada asam amino, tetapi asam amino relatif tidak efektif untuk respons pada indera perasa gustatory. Kadar protein dan lemak yang tinggi akan menimbulkan bau yang menyengat dari umpan Caprio 1982. Kandungan alanin, glisin dan prolin pada asam amino yang merupakan komponen utama perangsang nafsu makan ikan semakin menurun Fujaya 2004, sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan stimulator penciuman yang akan berakibat menurunnya respons makan pada ikan Caprio 1982. Pada jack mackerel Trachurus japonica, red sea bream Pagrus major, dan rainbow trout Oncohynchus mykiss, campuran tirosin, phenilalanin, lisin, dan histidin serta triptophan dan valin, diidentifikasi sebagai perangsang nafsu makan Fujaya 2004. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dari kelompok nukleotide, inosine-5’-monophosphate IMP, inosine, adenosine-5’-diphosphate ADP, guaninosine-5’-monophosphate GNP, dan uridine-5’-monophospate UMP juga diidentifkasi sebagai perangsang nafsu makan pada ikan.

2.5 Unit Penangkapan Bubu

Bubu merupakan alat tangkap yang termasuk ke dalam klasifikasi perangkap traps, ikan dapat masuk dengan mudah tanpa adanya paksaan, tetapi ikan tersebut akan sukar keluar karena terhalang pintu masuknya yang berbentuk corong non-return devices Brandt 1984. Prinsip dasar dari semua jenis bubu pots dan perangkap traps adalah menarik keinginan ikan untuk masuk ke dalam bubu dengan menyediakan pintu yang mudah dimasuki ikan dan sulit untuk keluar Sainsbury 1996. Bubu adalah alat penangkap ikan yang didesain untuk menangkap berbagai jenis ikan dan crustacea, dengan berbagai bentuk dan terbuat dari berbagai bahan. Bubu memiliki satu atau lebih bukaan mulut. Bubu biasanya dioperasikan di dasar perairan dengan sistem tunggal maupun rawai. Dalam pengoperasiannya bisa diberi umpan atau tidak. Bubu dilengkapi dengan tali pelampung untuk menghubungkan bubu dengan pelampung. Pelampung berfungsi untuk menunjukkan posisi pemasangan bubu Nedelec dan Prado 1990 Secara umum bubu terdiri dari bagian-bagian rangka frame badan body, mulut funnel atau ijeb dan pintu masuk. Rangka biasanya terbuat dari bahan yang kuat seperti besi, besi behel, bambu atau kayu yang bentuknya disesuaikan dengan konstruksi bubu yang diinginkan. Rangka berfungsi untuk mempertahankan bentuk bubu selama pengoperasian di laut. Badan bubu berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung. Mulut bubu merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tapi tidak dapat keluar, umumnya berbentuk seperti corong. Pintu bubu untuk mengambil hasil tangkapan dari dalam badan bubu Subani dan Barus 1989. Metode pengoperasian untuk semua jenis bubu pada umumnya hampir sama, yaitu dipasang di daerah penangkapan yang sudah diperkirakan memiliki kelimpahan ikan target tangkapan yang tinggi Martasuganda 2003. Lama perendaman bubu di perairan, ada yang hanya direndam beberapa jam, ada yang direndam satu malam, ada juga yang direndam sampai tiga hari tiga malam dan bahkan ada yang direndam sampai tujuh hari tujuh malam. Bubu dioperasikan di atas dasar perairan dengan umpan sebagai pemikat mangsa Martasuganda 2003. Prinsip pengoperasian bubu yaitu dipasang secara pasif menghadang dan merangkap ikan. Hal-hal yang membuat ikan tertarik pada bubu khususnya pada bubu yang tidak menggunakan umpan antara lain Ferno dan Olsen 1994: 1 Pergerakan acak ikan, 2 Menganggap bubu sebagai tempat istirahat dan berlindung, 3 Tingkah laku sosial interspesies, 4 Pemangsaan, dan 5 Mencari pasangan reproduksi. Martasuganda 2003 menambahkan bahwa secara umum ikan masuk ke dalam bubu karena faktor-faktor berikut: 1 Mencari makan, 2 Mencari tempat berlindung, 3 Mencari tempat beristirahat, dan 4 Sifat thigmotaxis ikan. Metode pengoperasian bubu ada dua cara yaitu sistem tunggal dan sistem rawai. Masing-masing cara disesuaikan dengan kedalaman pemasangan, jarak pemasangan, dan lokasi pemasangan. Adapun cara pemasangan bubu secara umum ada 4 tahap yaitu sebagai berikut Sainsbury 1996: 1 Pemasangan umpan Pada perikanan bubu yang menggunakan umpan, sebelum bubu dipasang di perairan, umpan harus dipasang terlebih dahulu dalan bubu. Posisi umpan harus didesain sedemikian rupa sehingga mampu menarik perhatian ikan baik dari bau maupun bentuknya. Biasanya umpan dipasang di tengah- tengah bubu, digantungkan dengan tali atau tempat umpan. 2 Pemasangan bubu setting Bubu yang telah siap, satu demi satu diturunkan baik dengan menggunakan tangan maupun mechanical line hauler. Sebagai penanda posisi pemasangan pada bubu dilengkapi dengan pelampung untuk memudahkan nelayan menemukan kembali bubunya. 3 Perendaman bubu soaking Lama perendaman bubu bervariasi tergantung dari jenis dan tingkah laku dari ikan yang ditangkap. Lama perendaman bubu berkisar beberapa jam sampai beberapa hari. 4 Pengangkatan bubu hauling Proses hauling pada bubu dapat dilakukan dengan tangan atau alat bantu disesuaikan dengan ukuran bubu dan kedalaman pemasangan. Penggunaan alat bantu akan mempercepat dan mengefisienkan tenaga selama proses hauling. Setelah bubu sampai di atas kapal, ikan dikeluarkan dan dilakukan penanganan. Hasil tangkapan bubu merupakan ikan berkualitas tinggi dan dapat dipasarkan dalam keadaan hidup Martasuganda 2003. Ikan yang banyak tertangkap oleh bubu adalah ikan kue Caranx spp, beronang Siganus spp, kerapu Epinephelus spp, kakap Lutjanus spp, kakatua Scarus spp, ekor kuning Caesio spp, ikan kaji Diagramma spp dan lencam Lethrinus spp Subani dan Barus 1988.

2.6 Efektivitas Alat Tangkap Bubu