2.3 Organ Penciuman Ikan Olfactory Organ
Dalam penerimaan rangsangan penciuman pada ikan seperti hewan lainnya yang berperan adalah olfactory bulb Hoar dan Randall 1971. Secara umum
olfaktori ikan serupa dengan organ nasal manusia, namun lubangcuping hidung pada ikan jaring terbuka ke rongga mulut. Dasar bentuk hidung dibentuk oleh
epitelium penciuman atau mukosa berupa lipatanlamella berbentuk ros. Susunan bentuk dan tingkatan perkembangan lamella sangat bervariasi pada setiap spesies
Fujaya 2004. Organ penciuman ikan sangat berbeda dengan hewan lain, organ ini
menggambarkan tingkat perkembangan dan habitat ekologis. Menurut Evans 1940 cyclostome pada ikan adalah monorhinal, yaitu mempunyai satu organ
penciuman dengan satu lubang hidung. Pada spesies ikan teleostei antara organ pernapasan dan organ penciuman tidak berhubungan langsung. Selanjutnya
Brown 1957 juga menyatakan bahwa kelompok ikan bertulang keras teleost, kedua lubang olfaktori selalu berada di dorso-anterior bagian depan kepala ikan
dan tidak berhubungan langsung dengan laju pernapasan. Selama ikan berenang, terutama pada saat air masuk ke mulut pada saat bernapas, air tersebut akan keluar
melalui masing-masing lubang organ penciuman olfactory sacs Brown 1957. Secara umum olfactory serupa dengan organ nasal untuk penciuman
manusia. Akan tetapi dari struktur bentuk dan sistematika fungsinya ada perbedaan antara manusia dan ikan. Lubang atau cuping hidung pada ikan jarang
terbuka ke dalam rongga mulut. Dasar dari lubang hidung dibentuk oleh epitelium penciuman atau mukosa berupa lipatanlamella berbentuk ros Hara 1993.
Susunan bentuk dan lipatan perkembangan lamella sangat bervariasi pada setiap spesies Gambar 3.
Keterangan : a Posisi cuping hidung teleostei, b epithelium olfactory; vo
hidung depan; ho hidung belakang; H kulit yang menahan pergerakan air masuk ke dalam hidung depan; F lamella
Gambar 3 Bentuk hidung ikan dan bagiannya Sumber: Harder 1975 diacu dalam Fujaya 2004
Pada sebagian besar hewan bertulang belakang, letak olfactory bulb berdekatan dengan dinding rongga hidung dan bidang olfaktorinya pendek. Pada
jenis ikan teleost bertulang keras, letak olfactory bulb dipisahkan dari telencephalon oleh bidang olfactoy yang panjang Hoar dan Randall 1970
Gambar 4 Penciuman ikan sangat sensitif terhadap bahan organik maupun anorganik
yang dikenal melalui indera penciuman Syandri 1988. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa ikan dapat mengenal bau mangsanya, predator dan spesies sendiri.
Bau-bau tersebut melarut dalam air dan merangsang reseptor pada organ penciuman olfactory organ ikan, sehingga menimbulkan reaksi terhadap ikan
tersebut. Organ penciuman sebagai alat bantu sensor untuk mengetahui banyaknya
makanan yang tersedia di sekitar habitatnya Wudianto et al. 1993. Lebih lanjut dijelaskan pula oleh Gunarso 1985 bahwa organ penciuman merupakan salah
satu organ dari organ-organ penting lainnya pada tubuh ikan yang berhubungan untuk mempelajari tingkah laku alaminya natural behaviour.
Gambar 4 Bagian otak dorsal gambar atas, lateral gambar tengah, longitudinal gambar bawah. Keterangan : I: urat saraf penciuman; II: urat saraf
penglihatan; Ac L: Acoustic Lobe dari medula oblongata; Cerb: Cerebellum; Fac L: Facial Lobe dari medula oblongata; OB: Olfactory
Bulb; OT: Optic Tectum; Sp C: Spinal Cord urat saraf tulang belakang; Teg: Tegmentum; Tel: Telencephalon; Thal: Thalamus; Vag
L Med: Vagal Lobe dari medula oblongata; VC: Valvula cerebelli Sumber: Hoar dan Randall 1970
Reseptor pembau mendeteksi rangsangan kimia dalam bentuk signal elektrik yang berasal dari gerakan silia, disebabkan oleh arus yang lemah yang melewati
lamella, selanjutnya informasi tersebut diteruskan ke sistem saraf pusat Fujaya 2004. Brown 1957 menyatakan bahwa olfactory bulb dihubungkan oleh otak
bagian depan forebrain oleh urat syaraf tangkai olfaktori yang berukuran panjang sekitar 2 cm Gambar 5. Rangsangan kimiawi diteruskan ke otak oleh
neuron reseptor penciuman melalui serangkaian molekuler yang teratur, membraneous, dan neural events. Proses tersebut dimulai dengan adanya bau
yang mengenai permukaan mukosa olfaktori Hara 1993.
Gambar 5 Sistem penciuman olfactory pada ikan Sumber: Schultz 2004 Ikan mendeteksi adanya reseptor pembau dalam bentuk stimuli kimia.
Stimuli tersebut melalui lubang hidung nostril dan dirubah dalam bentuk signal elektrik yang berasal dari gerakan silia yang kemudian melewati olfactory lamella
yang berbentuk rosette bunga mawar. Sinyal yang dihasilkan pada olfactory lamella diteruskan pada olfactory bulb dan olfactory tract yang kemudian
diterjemahkan pada otak telencephalon Gambar 6.
Keterangan: − Olfactory Bulb OB,
− Olfactory Tracts OT, − Granule Cell Layer GCL;
− Glomerular Layer GL; − Mitral Cell Layer MCL;
− Medial Olfactory Tract MOT; − Median Raphe MR;
− Olfactory Lamellae OL; − Olfactory Nerve ON;
− Olfactory Nerve Layer ONL; − Telencephalon Tel.
Gambar 6 Struktur organ penciuman pada ikan mulai dari organ lamella hingga
otak bagian telencephalon di lihat dari posisi dorsal Sumber: Mitamura et al. 2005
Ikan mendeteksi stimuli kimia melalui sedikitnya dua saluran chemoreception yang berbeda, yaitu: olfaction bau dan gustory rasa.
Pembedaan antara dua organ tersebut menurut perkiraan tidaklah selalu pada
semua hewan bertulang belakang, yang sebagian besar menggunakan organ olfaction dan perasa. Olfaction digambarkan sebagai pendeteksian melalui hidung
air-borne molekul yang berasal dari suatu jarak atau suatu pengertian jarak yang memungkinkan ikan untuk menempatkan dan menemukan makanan atau
pasangan seksual atau untuk menghindari dari musuh pada suatu jarak yang lebih jauh Hansen dan Reutter 2004.
Fungsi organ olfactory penciuman pada ikan merupakan salah satu sistem reseptor kimia yang beradaptasi terhadap substansi kimia spesifik lingkungan,
baik berupa bahan organik maupun anorganik. Dalam berbagai pola tingkah laku ikan, fungsi tambahan dari olfactory antara lain homing, migrasi, sosial, seksual
dan perilaku yang berkenaan dengan maturity Hara 1993. Menurut Syandri 1988, Penciuman ikan sangat sensitif terhadap bahan-
bahan organik maupun anorganik yang dapat dikenal melalui indera penciuman. Ikan dapat mengenal bau mangsanya, predator, dan spesies sendiri. Bau-bau
melarut didalam air dan merangsang reseptor pada organ olfaktoris ikan, sehingga menimbulkan reaksi terhadap ikan tersebut. Percobaan secara fisiologis yang
dilakukan oleh Syandri 1988 membuktikan bahwa: 1 Apabila organ olfaktori pada ikan hiu dirusak, maka kemampuan ikan akan
hilang untuk menangkap mangsanya. 2 Apabila mata ikan ini dirusak sedangkan olfaktoris masih tetap baik, maka
ikan hiu masih dapat menangkap dengan cepat mangsanya mengenai lokasi mangsanya
3 Pada konsentrasi 0,0001 ppm ikan hiu sensitif terhadap bau. 4 Pada manusia bau yang sangat sensitif bagi ikan hiu adalah darah dan bukan
bau badan. Percobaan lain yang dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan
antara tingkah laku ikan dengan daya penciuman dihubungkan dengan migrasi tahunan maupun migrasi selama fase memijah. Percobaan yang dilakukan sebagai
berikut: 1 Apabila organ visual pada ikan salmon yang sedang memijah dirusak, maka
ikan tersebut dapat kembali ke tempat lokasi semula walaupun telah mengalami migrasi berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
2 Apabila organ penciuman dirusak, ikan salmon yang akan memijah tidak dapat lagi ke tempat semula.
3 Percobaan yang dilakukan di Washington University dengan menggunakan elektro encephalografi yaitu alat pencatat gelombang otak, ternyata ikan
salmon mempunyai reaksi yang baik terhadap air yang berasal dari syarafnya. Dari percobaan-percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa indera
penciuman umumnya adalah yang paling sensitif bagi ikan. Indera penciuman inilah yang membantu ikan salmon menemukan kembali ke tempat asalnya.
2.4 Umpan