1. Karakteristik morfologi
Kandungan tanaman dapat memproduksi stimulus fisik juga penghalang aktivitas serangga. Variasi pada ukuran daun, bentuk, warna, dan adatidaknya
sekresi glandular mungkin dapat membagi penerimaan serangga terhadap inangnya. Pubescence dan jaringan yang kuat kadang-kadang menjadi faktor
pembatas dalam proses mobilisasi dan pemangsaan oleh serangga. 2.
Karakteristik fisiologi Karakteristik fisiologi yang mempengaruhi reaksi serangga, biasanya berupa
zat-zat kimia yang dihasilkan pada proses metabolisme tanaman. Proses metabolism pada tanaman umumnya menghasilkan substansi yang dapat
berfungsi sebagai katalis reaksi, membangun jaringan dan menyediakan energi. Tanaman membutuhkan ion anorganik dan penghasil enzim, hormon
dan karbohidrat, lipid, protein, dan komponen fosfat untuk energi transfer.
2.2.4 Perilaku Serangga
Hidayat 2008 mengemukakan bahwa perilaku merupakan suatu tanggapan jika suatu individu mendapat rangsangan, atau suatu kombinasi dari
tanggapan pembawaan yang dikontrol oleh sistem syaraf pusat dan pengalaman yang lalu pembelajaran. Tanggapan ini akan memberi perubahan pada reaksi dan
dipengaruhi oleh kondisi fisiologi di dalam tubuh yang dipengaruhi sistem endokrin. Perilaku serangga terdiri dari pembawaan instincts, belajar learning,
dan komunikasi.
2.2.4.1 Pembawaan Instincts
Hidayat 2008 mengemukakan beberapa tipe pembawaan : 1.
Refleks Contoh : 1 capung odonata langsung terbang ketika akan ditangkap, 2
kupu-kupu membedakan rasa enak ada pada tarsusnya bagian dari kaki, jika ada makanan enak, maka secara reflek probosisnya akan langsung keluar.
2. Kinesis
Gerakan yang terarah karena rangsangan dari luar, merupakan gerak acak yang berfungsi sebagai alat menghindarkan diri dari bahaya. Contoh : pada
kecoa yang suka ditempat gelap, ketika lampu nyala, langsung bergerak dengan arah tak tentu.
3. Taksis
Gerakan yang terarah, yang sifatnya mendekati atau menjauhi suatu rangsangan, jadi bisa bersifat positif atau negatif, sifat taksis ini di antaranya :
1 fototaksis, pengaruh sumber cahaya, 2 geotaksis, pengaruh tanah, 3 thigmotaksis, pengaruh rangsangan kontak atau sentuhan, 4 kemotaksis,
pengaruh rangsangan kimia, 5 termotaksis, pengaruh suatu rangsangan suhu tertentu, dan 6 higrotaksis, pengaruh kandungan air atau kelembaban.
2.2.4.2 Belajar learning
Hidayat 2008 menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses pembelajaran yang merupakan perubahan adaptif pada perilaku sebagai hasil dari
pengalaman di masa sebelumnya. Dukas 2008 menjelaskan lebih lanjut bahwa belajar dan mengingat, didefinisikan sebagai perolehan dan penyimpanan dari
representasi saraf terhadap informasi baru di antara serangga. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa berbagai serangga secara ekstensif mengandalkan belajar
pada semua kegiatan utama untuk hidup yang meliputi makan, menghindari predator, agresi, interaksi sosial, dan perilaku seksual. Terdapat bukti bahwa
setiap individu dalam spesies serangga menunjukkan variasi genetik didasarkan dalam kemampuan belajar dan bukti-bukti langsung yang menunjukkan serangga
belajar untuk kebugaran. Meskipun serangga mengandalkan perilaku bawaan agar berhasil mengelola banyak jenis variasi dan tidak dapat ditebak, belajar mungkin
lebih unggul daripada perilaku bawaan ketika berhubungan dengan sifat yang unik pada waktu, tempat, atau individu. Di antara serangga, pembelajaran sosial yang
dapat meningkatkan penyebaran yang cepat terhadap perilaku baru, saat ini hanya diketahui dari bererapa penelitian pada ordo Hymenoptera. Secara umum serta
yang terpenting dari pembelajaran sosial pada serangga masih belum diketahui.
2.2.4.3 Komunikasi