Manfaat Pinus Pinus merkusii Jungh. et de Vriese

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan maksud agar tanaman muda mampu tumbuh menjadi tegakan akhir dengan kerapatan dan tingkat pertumbuhan yang diharapkan. Kegiatan pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiangan gulma, pendangiran, pemberantasan hama dan penyakit, penjarangan, dan pengendalian api dan kebakaran Dephut 1990. Pohon pinus termasuk ke dalam kelompok pohon cepat tumbuh dengan daur berkisar antara 20 –35 tahun. Pada umur ini, kadar selulosanya mencapai titik tertinggi yaitu 51,57 –54,67 dari berat kering. Pinus yang diperuntukkan sebagai kayu pertukangan, digunakan pinus yang memiliki riap 16 m 3 ha per tahun dengan daur 30 tahun. Sedangkan pinus yang ditujukan untuk bahan pulp, digunakan pinus yang memiliki riap 18 m 3 ha per tahun dengan daur 10 –15 tahun Suhendang 1990. Getah pinus dapat diproduksi setelah pinus berumur 10 tahun, dengan produksi per tahun mencapai 0,4 ton per hektar Perhutani 2012.

2.1.4 Manfaat

Hidayat dan Hansen 2001 menyatakan bahwa kayu pinus dapat digunakan untuk berbagai keperluan ialah konstruksi ringan, mebel, pulp, korek api, sumpit, dan alat-alat rumah tangga lainnya. Selanjutnya Orwa et al. 2009 menyatakan bahwa P. merkusii menghasilkan kayu yang cukup tahan lama dan berat, dapat digunakan untuk pembuatan perahu kapal dan lantai. Nilai energi dari kayu ini adalah 20.300 –23.200 kJkg. Getah pinus juga disadap untuk berbagai keperluan lainnya selain kayu. Pohon tua dapat menghasilkan 30 –60 kg getah, 20–40 kg resin murni dan 7–14 kg terpentin per tahun Hidayat dan Hansen 2001. Hasil non-kayunya berupa getah resin yang menghasilkan produk gondorukem dan terpentin tersebut bernilai jual tinggi. Minyak yang mengandung senyawa terpene yaitu salah satu isomer hidrokarbon tak jenuh dari C 10 Hl 63 terutama monoterpene alfa-pinene dan beta- pinene, terpentin biasanya digunakan sebagai pelarut untuk mengencerkan cat minyak, bahan campuran vernis yang biasa kita gunakan untuk mengkilapkan permukaan kayu dan bisa untuk bahan baku kimia lainnya Murni 2010 dalam Iriando 2011. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan di Filipina, ekstrak etil alkohol dari P. merkusii menunjukkan aktivitas anti kanker. Hal ini menunjukkan bahwa P. merkusii juga bermanfaat dalam dunia kesehatan Orwa et al. 2009. Terpentin beraroma harum, karena keharumannya itu terpentin bisa digunakan untuk bahan pewangi lantai atau desinfektan yang biasa kita beli, tapi ada lagi kegunaan lain dari terpentin sebagai bahan baku pembuat parfum, minyak esensial dari getah pinus ini diekstrak sehingga bisa menghasilkan terpinol yaitu alfa-terpinol merupakan salah satu dari 3 jenis alkohol isomer beraroma harum. Terpineol bisa bermanfaat untuk kesehatan yaitu untuk relaksasi bila digunakan sebagai bahan campuran minyak pijat. Aromanya yang harum dijadikan minyak pijat aromaterapi karena saat dioleskan ke kulit akan terasa relaksasinya bila digunakan dengan dosis sesuai aturan. Terpineol juga digunakan untuk bahan makanan tapi bukan dalam bentuk getahnya melainkan dari gum rosin yang telah diesterfikasi dengan gliserol di bawah nitrogen menjadi gum rosin ester, salah satu bahan tambahan pembuatan permen karet sehingga menjadi kenyal dan lentur Murni 2010 dalam Iriando 2011. Produk olahan dari getah atau resin pinus yang lain adalah gondorukem. Gondorukem adalah getah dari pohon P. merkusii yang kemudian diolah dan menjadi gondorukem. Kegunaan gondorukem adalah untuk bahan baku industri kertas, keramik, plastik, cat, batik, sabun, tinta cetak, politer, farmasi, kosmetik, dll. Produksi getah pinus bervariasi tergantung tingkat umur tanaman tersebut Hidayat dan Hansen 2001. Limbah serbuk gergajian kayu pinus dapat dijadikan briket arang, Rustini 2004 menjelaskan bahwa ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber bahan bakar baku potensial yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada kayu utuh. Selanjutnya guna lebih meningkatkan kualitas briket arang serbuk gergajian kayu, maka dilakukan penambahan arang tempurung kelapa, karena selama ini tempurung kelapa sudah dikenal baik untuk bahan bakar dalam bentuk tempurung, arang maupun sebagai briket arang. Hutan pinus di Indonesia sebagai salah satu hutan tanaman yang memiliki nilai ekonomi strategis dan penyebarannya yang cukup luas saat ini diandalkan sebagai penghasil produk hasil hutan bukan kayu melalui produksi getahnya. Nilai ekonomi hutan pinus dianggap masih rendah apabila hanya dihitung dari nilai getah dan kayunya saja, manfaat hutan sebagai penyedia jasa lingkungan diharapkan mampu memberikan nilai ekonomi lebih tinggi dengan berbagai kemampuannya dalam menyediakan sumberdaya air, penyerap karbon, penghasil oksigen, jasa wisata alam, satwa, biodiversitas dan sebagainya Suryatmojo 2006.

2.2 Serangga