Teknik Silvikultur Pinus Pinus merkusii Jungh. et de Vriese

Uwak, Blangkejeren sampai ke Kutacane. Di daerah ini, tegakan pinus pada umumnya terdapat pada ketinggian 800 –2000 mdpl. 2. Strain Tapanuli, menyebar di daerah Tapanuli ke selatan Danau Toba. Tegakan pinus alami yang umum terdapat di pegunungan Dolok Tusam dan Dolok Pardomuan. Di pegunungan Dolok Saut, pinus bercampur dengan jenis daun lebar. Di daerah ini tegakan pinus terdapat pada ketinggian 1000 –1500 mdpl. 3. Strain Kerinci, menyebar di sekitar pegunungan Kerinci. Tegakan pinus alami yang luas terdapat antar Bukit Tapan dan Sungai Penuh. Di daerah ini tegakan pinus tumbuh secara alami umumnya pada ketinggian 1500 –2000 mdpl Siregar 2005. Sifat yang menonjol dari pinus ini adalah sifat kepionirannya dimana pinus tidak memerlukan persyaratan istimewa untuk tumbuh dan dapat tumbuh pada semua jenis tanah, pada tanah yang kurang subur, dan pada tanah berpasir dan berbatu, tetapi tidak dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang becek. Selain itu pinus memiliki daya toleransi luas dalam pertumbuhannya dan dapat tumbuh cukup baik pada padang alang-alang Martawijaya et al, 1989 dalam Laksmi 2006. Benih pinus yang ditanam di berbagai wilayah di Indonesia berasal dari Aceh, yaitu dari Blangkejeren, sedangkan strain Tapanuli dan strain Kerinci belum banyak dikembangkan. P. merkusii asal Tapanuli pernah dicoba ditanam di Aek Nauli, tetapi karena serangan Miliona basalis akhirnya tidak dilanjutkan pengembangannya. Menurut Siregar 2005, ketiga strain ini mempunyai banyak kelebihan atau perbedaan baik sifat maupun pertumbuhan pohon. Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS pernah membuat tanaman strain Kerinci dalam rangka program Gerakan Reboisasi Lahan Gerhan dengan menggunakan 2.000 anakan alam yang diambil secara cabutan di Bukit Tapan, Kecamatan Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, tapi hampir semua tanaman tersebut mati Suhaendi 2007.

2.1.3 Teknik Silvikultur

Pembibitan pinus diawali dengan pengadaan biji, biji pinus akan mempunyai viabilitas dan daya kecambah tinggi apabila diambil dari kerucut yang sudah masak dengan ciri-ciri berwarna hijau kecoklatan dan sisik kerucut yang telah mulai melebar. Pengumpulan buah dapat dilakukan setiap tahun, karena pohon pinus berbuah setiap tahun. Biji kering berisi antara 45.000 –60.000 butir setiap kilogramnya. Sebelum ditabur terlebih dahulu dilakukan seleksi biji, biji yang baik mempunyai ciri-ciri warna kulit biji kuning kecoklatan dengan bintik- bintik hitam, bentuk biji bulat, padat, dan tidak mengkerut. Penyeleksian biji dilakukan dengan cara direndam dalam, biji yang baik ialah biji yang tenggelam. Lama perendaman biji yaitu 3 –4 jam di dalam air dingin sebelum ditabur Dephut 1990. Penaburan biji dilakukan dengan memperhatikan media yang bebas dari hama-penyakit steril. Bahan campuran media berupa pasir dan tanah humus dengan perbandingan 1:2. Media yang telah siap dimasukkan ke dalam bak plastik setinggi ±5cm. Benih-benih yang terpilih kemudian ditaburkan ke dalam bak tabur dan ditutup kembali dengan media tabur. Setelah 10 –15 hari, benih akan berkecambah. Proses perkecambahan berlangsung sampai satu bulan. Setelah bibit berumur 5 –8 minggu di bak tabur kemudian dilakukan penyapihan. Sebelumnya terlebih dahulu disiapkan kantong plastik polibag yang berisi media tumbuh. Media tumbuh untuk tingkat semai pinus yang paling baik baik adalah campuran dari tanah, pasir, dan kompos dengan perbandingan 7:2:1 dengan penambahan pupuk NPK sebanyak 0,25 gram per 300 gram media. Dephut 1990. Kegiatan pemeliharaan semai perlu dilakukan, yaitu penyiraman secara hati-hati, dan untuk menghindari damping off perlu dilakukan penyemprotan dengan fungisida. Gangguan semai oleh rumput-rumput liar, serangga maupun penyakit perlu dihindari, oleh karena itu kebersihan persemaian sangat menunjang keberhasilan bibit yang disapih Dephut 1990. Sebelum melaksanakan penanaman, perlu dilakukan persiapan, antara lain 1 pembersihan lapangan dari tumbuhan pengganggu, 2 pengolahan tanah, 3 pemasangan ajir, dan 4 pembuatan lubang tanaman. Pada saat bibit akan ditanam, kantong plastik dilepas secara hati-hati supaya media tumbuh tetap utuh, kemudian bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dan ditutup kembali dengan tanah dan dipadatkan. Penanaman dilakukan pada permulaan musim penghujan, setelah curah hujan cukup merata Dephut 1990. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan maksud agar tanaman muda mampu tumbuh menjadi tegakan akhir dengan kerapatan dan tingkat pertumbuhan yang diharapkan. Kegiatan pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiangan gulma, pendangiran, pemberantasan hama dan penyakit, penjarangan, dan pengendalian api dan kebakaran Dephut 1990. Pohon pinus termasuk ke dalam kelompok pohon cepat tumbuh dengan daur berkisar antara 20 –35 tahun. Pada umur ini, kadar selulosanya mencapai titik tertinggi yaitu 51,57 –54,67 dari berat kering. Pinus yang diperuntukkan sebagai kayu pertukangan, digunakan pinus yang memiliki riap 16 m 3 ha per tahun dengan daur 30 tahun. Sedangkan pinus yang ditujukan untuk bahan pulp, digunakan pinus yang memiliki riap 18 m 3 ha per tahun dengan daur 10 –15 tahun Suhendang 1990. Getah pinus dapat diproduksi setelah pinus berumur 10 tahun, dengan produksi per tahun mencapai 0,4 ton per hektar Perhutani 2012.

2.1.4 Manfaat