Penularan Langsung Pengamatan Perilaku

Tabel 2 Hasil uji lanjut Duncan rata-rata jumlah lapisan lilin pada bibit berdasarkan asal tularan dengan metode penularan tempel Asal Bibit N Subset 1 2 3 Lawu DS.S 3 .33 Probolinggo.S 3 .33 Jombang.R 3 .67 Jombang.B 3 1.33 1.33 Probolinggo.B 3 1.67 1.67 Kediri.S 3 2.00 2.00 Pasuruan.R 3 3.00 3.00 Kediri.B 3 3.33 3.33 Jombang.S 3 3.67 3.67 Lawu DS.B 3 4.33 4.33 Lawu DS.R 3 4.67 4.67 Kediri.R 3 5.33 5.33 Pasuruan.B 3 10.00 Pasuruan.S 3 23.00 Huruf kapital di akhir nama bibit menunjukkan tingkat serangan dari asal tularan; R= Ringan; S= Sedang; B= Berat Perilaku pembawaan instincts serangga yang dikemukakan oleh Hidayat 2008, menyatakan bahwa serangga memiliki sifat mendekati atau menjauhi suatu rangsangan, di antaranya adalah pengaruh sumber cahaya, rangsangan suhu tertentu, dan kelembaban. Perbedaan-perbedaan tersebut bisa terjadi pada saat penelitian ini dilakukan, contohnya ialah pada posisi bibit di dalam kumbung yang menyebabkan penerimaan cahaya pada bibit berbeda satu sama lain. Hal ini menyebabkan kemungkinan perbedaan serangan kutulilin pinus yang terjadi pada bibit-bibit juga berbeda antara bibit satu dengan bibit lainnya.

4.1.2 Penularan Langsung

Jumlah titik lilin per hari selama 60 hari pengamatan dari setiap asal tularan dan bagian bibit disajikan dalam Gambar 5. Data rata-rata jumlah lapisan lilin per hari dari metode penularan langsung kemudian dianalisis secara statistik yaitu dengan sidik ragam dan hasilnya tersaji dalam Tabel 8 dapat dilihat pada lampiran 2. Berdasarkan hasil sidik ragam, pengaruh bagian bibit tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95. Sebaliknya, pengaruh asal tularan bibit berbeda nyata pada selang kepercayaan 95, hal ini dibuktikan dengan nilai s ignifikan ≤0,05. Sidik ragam pada penularan langsung memiliki hasil yang sama dengan penularan tempel, oleh karena itu penjelasan mengenai faktor klasifikasi ukuran tumbuhan bibit yang digunakan dalam penelitian ini dan perilaku serangga juga menjadi alasan pengaruh bibit tidak berbeda nyata. Hasil rekapitulasi uji lanjut Duncan terhadap rata-rata jumlah titik lilin berdasarkan asal tularan dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95, pengaruh asal tularan terhadap jumlah lapisan lilin terbagi dalam 3 subset, dimana tularan yang berada dalam satu subset memiliki pengaruh yang sama. Tularan Kediri Berat berbeda nyata dari tularan lainnya dan memiliki nilai yang paling dominan. Terdapat perbedaan pengaruh masing-masing asal tularan antara penularan dengan cara ditempel dengan penularan langsung. Pada penularan tempel telah dijelaskan mengenai faktor lingkungan dan pembawaan instincts serangga yang bisa mempengaruhi serangan. Pada penularan langsung, serangga yang ditulari akan langsung berhadapan dengan inang baru, disini terjadi proses adaptasi. Beda halnya dengan penularan tempel, dimana serangga masih dapat memperoleh makanan dari cabang tularan yang ditempel hingga akhirnya dapat mencari makanan dan berkembang biak pada bibit yang ditulari. 10 20 30 40 50 60 70 Ju m la h l a p isa n l il in Asal tularan Atas Tengah Bawah Gambar 5 Grafik jumlah lapisan lilin selama 60 hari dari setiap asal tularan dan bagian bibit pada penularan langsung Tabel 3 Hasil uji lanjut Duncan rata-rata jumlah lapisan lilin pada bibit berdasarkan asal tularan dengan metode penularan langsung Asal Bibit N Subset 1 2 3 Probolinggo.S 3 .33 Probolinggo.B 3 .67 Jombang.R 3 8.00 8.00 Pasuruan.R 3 8.67 8.67 Kediri.R 3 11.67 11.67 Pasuruan.S 3 13.00 13.00 Jombang.S 3 13.33 13.33 Jombang.B 3 14.00 14.00 Kediri.S 3 17.67 17.67 17.67 Lawu DS.R 3 22.33 22.33 Pasuruan.B 3 23.33 23.33 Lawu DS.B 3 23.33 23.33 Lawu DS.S 3 25.00 25.00 Kediri.B 3 35.33 Huruf kapital di akhir nama bibit menunjukkan tingkat serangan dari asal tularan; R= Ringan; S= Sedang; B= Berat Pada penularan langsung, proses belajar learning serangga bisa menjelaskan perbedaan yang terjadi antara penularan tempel dan langsung. Hidayat 2008 menyatakan bahwa learning merupakan suatu proses pembelajaran yang merupakan perubahan adaptif pada perilaku sebagai hasil dari pengalaman di masa sebelumnya. Pada penularan langsung, serangga diharuskan untuk adaptif pada bibit yang ditulari dengan berbekal pengalaman di masa sebelumnya. Lebih lanjut Dukas 2008 menjelaskan bahwa berbagai serangga secara ekstensif mengandalkan belajar pada semua kegiatan utama untuk hidup yang meliputi makan, menghindari predator, agresi, interaksi sosial, dan perilaku seksual. Kemampuan belajar juga didasari oleh variasi genetik yang ditunjukkan setiap individu dalam spesies serangga. Jadi, kutulilin pinus pada penularan langsung mengandalkan proses belajar yang dilakukan pada inang sebelumnya untuk dapat hidup pada inang yang baru sehingga dapat berkembang biak pada inang baru tersebut.

4.2 Penghitungan Jumlah Populasi