Perhitungan Financial Distress Penelitian Terdahulu

2.7. Perhitungan Financial Distress

Perhitungan financial distress dilakukan dengan menghitung nilai debt service coverage. Rasio debt service coverage mencerminkan kondisi perusahaan dengan melihat ketersediaan dana untuk melunasi hutang perusahaan. Suatu perusahaan dinyatakan dalam kondisi financial distress apabila nilai DSCR ≤ 1,20. Sebaliknya, perusahaan dinyatakan tidak berada dalam kondisi financial distress non-financial distress apabila nilai DSCR 1,20 Ruster, 1996 = + + + − + Dimana, EAT = Earning After Tax, yang terdapat pada bagian terbawah nilai profit pada suatu laporan laba rugi Depreciation = Alokasi biaya penggunaan manfaat aset tangible Amortization = Alokasi biaya penggunaan manfaat aset intangible Interest = Beban bunga hutang bank per tahun Coupon = Beban bunga obligasi perusahaan per tahun Tax = Pajak korporasi per tahun

2.8. Penelitian Terdahulu

Terdapat berbagai penelitian yang telah dilakukan yang berhubungan dengan financial distress. Penelitian awal yang mengkaji kondisi financial distress suatu perusahaan dilakukan oleh Altman 1968. Penelitian ini mengkaji pemanfaatan analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan serta kondisi financial distress suatu perusahaan. Fungsi diskriminan yang dikembangkan oleh Altman adalah sebagai berikut: − = , + , + , + , + , Altman menyatakan bahwa jika perusahaan memiliki Z-score ≥ 2,99, maka perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan sehat. Jika perusahaan memiliki nilai Z-score diantara 1,81 dan 2,99, maka perusahaan dikategorikan dalam kondisi financial distress. Dan perusahaan dengan Z-score 1,81 termasuk dalam kategori bangkrut. Penelitian ini dilanjutkan oleh Altman sendiri pada tahun 2010, dimana dilakukan prediksi financial distress perusahaan dan keunikan karakteristik …….4 ….1 kegagalan bisnis yang diuji dengan indikator yang effective dan prediksi corporate distress serta mengkaji karakteristik perusahaan akan mengalami kebangkrutan dan juga menunjukkan teknik analisa keuangan yang menunjukkan kemungkinan akan mengalami financial distress. Smith dan Liou 2007 melakukan penelitian korelasi antara rasio laporan keuangan yang tradisional dengan performansi pada sektor industri untuk perusahaan besar di United Kingdom. Penelitian ini menggunakan model prediksi kegagalan dengan Z-score untuk mengevaluasi solvency 340 perusahaan manufaktur. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat berbagai variasi yang menghubungkan antara variabel-variabel keuangan dengan terjadinya kegagalan dalam aktivitas perusahaan. Ketiga penelitian di atas menggunakan fungsi diskriminan Z-score yang dikembangkan oleh Altman untuk mengidentifikasi kondisi financial distress. Pada penelitian ini, fungsi tersebut tidak digunakan untuk mengidentifikasi kondisi financial distress. Kondisi tersebut diidentifikasikan dengan menggunakan rasio keuangan DSCR. Meekaewkunchorn 2002, melakukan penelitian mengenai Interest Rate Volatilities. Gejolak tingkat bunga yang terjadi pada tahun 1998, mengakibatkan banyak perusahaan yang mengalami financial distress. Pada penelitian ini dianalisa hubungan antara interest rate dari Certificate Deposit, Treasury Yields dan tingkat bunga Libor sesudah terjadinya financial turmoil pada September 1998. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan Multiple Regression dengan dummy variable. Fitzpatrick 2004, melakukan penelitian secara empiris terhadap dinamika financial distress. Analisa empiris financial distress yang dialami oleh public company di Amerika. Dengan membuat parsimonious model yang mengukur kondisi keuangan perusahaan melalui financial condition score FCS yang didasarkan tiga hal yaitu ukuran perusahaan, jumlah hutangnya dan standar deviasi dari aset perusahaan. Outecheva 2007 melakukan penelitian financial distress di tingkat perusahaan dengan menganalisa kemungkinan adanya risiko financial distress di perusahaan serta perilaku dalam menghadapi financial distress. Tiga hal yang diamati pada perusahaan adalah perubahan penggunaan cost of capital, pengetahuan mengenai risiko dan perbedaan antara risiko sistematis dan asystematic, serta perilaku manajemen dalam menghadapi financial distress yang telah mendekati kebangkrutan. Perbedaan yang dilakukan oleh penelitian ini dengan kedua penelitian sebelumnya terletak pada penggunaan rasio keuangan. Fitzpatrick menggunakan ukuran perusahaan, jumlah hutang, dan standar deviasi aset perusahaan sebagai variabel independennya dan Meekaewkunchorn menganalisis hubungan interest rate dengan bunga Libor. Outecheva mengamati perubahan penggunaan cost of capital, pengetahuan mengenai risiko, dan prilaku manajemen dalam menghadapi kondisi financial distress. Penelitian ini menganalisis hubungan pengaruh antara debt service coverage dengan lima rasio keuangan, yaitu net profit margin, current ratio, return on equity, ebitda to total assets, dan return on asset. Almilia 2003 melakukan analisis rasio keuangan untuk memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan periode 1998-2001 yang dipublikasikan. Alat analisis yang digunakan adalah regresi logit. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan. Salah satu jenis analisis laporan keuangan adalah analisis rasio.Variabel rasio keuangan yang paling dominan dalam menentukan financial distress suatu perusahaan adalah rasio profit margin, financial leverage, dan current ratio. Almilia 2006 membuat analisa mengenai prediksi kondisi financial distress pada perusahaan go-public dengan menggunakan analisis multinomial logit. Pada penelitian ini diulas tanda-tanda perusahaan akan mengalami atau bahkan sedang mengalami financial distress, dengan melihat laba bersih dan nilai buku ekuitas yang secara berturut-turut bernilai negatif. Penelitian dilakukan terhadap kondisi keuangan perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1998-2001. Tahun tersebut dipilih karena pada kurun waktu tersebut perusahaan di Indonesia dan Asia memiliki kesulitan likuiditas akibat pengaruh dampak Economic Crisis in Asia. Sukana 2008 melakukan studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi financial distress. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2001 – 2005. Dalam penelitiannya, variabel profitabilitas, beban hutang, dan market risk digunakan sebagai variabel independen. Dengan menggunakan metode Pooled EGLS Cross Sectional Weights, dinyatakan bahwa ketiga variabel tersebut signifikan dalam mempengaruhi kemungkinan suatu perusahaan akan mengalami financial distress. Juga disimpulkan bahwa financial distress mempunyai hubungan yang signifikan dengan rasio kebangkrutan perusahaan. Pranowo 2010 melakukan penelitian dengan menggunakan data sekunder laporan keuangan perusahaan publik non financial company selama periode lima tahun 2004-2008 dari Bursa Efek Indonesia. Penelitian mengkaji analisis rasio keuangan yang dapat digunakan sebagai prediksi kondisi financial distress pada perusahaan di Indonesia, serta mengkaji faktor yang mempengaruhi perubahaan status perusaahaan dari non-financial distress menjadi financial distress. Penelitian ini menggunakan debt service coverage sebagai penentu kondisi financial distress perusahaan. Metode yang digunakan adalah metode regresi panel data dan metode regresi logistik. Dibandingkan penelitian sebelumnya, penelitian ini memiliki perbedaan dalam variabel yang digunakan dalam penelitian, baik variabel dependen maupun variabel independen. Namun dalam kasus penelitian Pranowo, variabel dependen yang menjadi penentu kondisi financial distress perusahaan sama, yaitu DSCR. Perbedaan yang paling utama dari seluruh penelitian dengan penelitian ini adalah sampel penelitian, yaitu penelitian ini berfokus pada perusahaan sektor agrikultur. Penelitian emergence financial distress juga dilakukan oleh Pranowo, namun Pranowo melakukannya dengan menggunakan metode regresi logit multinomial. Penelitian ini meneliti emergence financial distress dengan menggunakan analisis deskriptif. Ringkasan mengenai kajian penelitian terdahulu yang telah disebutkan sebelumnya, berupa relevansi dan perbedaan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. 17 Tabel 2. Ringkasan kajian penelitian terdahulu No. Pengarang dan Tahun Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian Relevansi Perbedaan 1. Altman 1968 Analisa keuangan Hasil dari penelitian Altman menghasilkan model Z-Score yang menunjukkan bahwa kondisi financial distress dan kebangkrutan dipengaruhi oleh nilai total asset, retained earning, earning before interest and tax, sales, dan equity, sebagaimana ditunjukkan oleh model Z-Score Mengkaji mengenai kondisi financial distress. Kondisi financial distress ditentukan oleh nilai Z-Score, yang tidak relevan untuk digunakan pada perusahaan di Indonesia dan berupa accrual basis. 2. Altman 2010 Analisa keuangan dan korelasi Penelitian ini ditujukan untuk memprediksikan kondisi financial distress perusahaan dan keunikan karakteristik kegagalan bisnis, serta menunjukkan teknik analisa keuangan yang menunjukkan kemungkinan akan mengalami financial distress dengan menggunakan regresi linear. Mengkaji prediksi kondisi financial distress. Menggunakan regresi linear yang berarti hanya menggunakan data time-series atau cross-section untuk dianalisis. 3. Smith dan Liou 2007 Analisis Korelasi Dengan menggunakan model Z-score, penelitian ini mengevaluasi solvency 340 perusahaan manufaktur dengan melihat korelasi antara rasio laporan keuangan dengan performansi sektor industri di United Kingdom. Terdapat berbagai variasi yang menghubungkan variabel keuangan dengan terjadinya kegagalan aktivitas perusahaan. Sama-sama menganalisa kondisi financial distress dengan menggunakan rasio pada laporan keuangan. Penggunaan model Z-Score yang dianggap tidak relevan dengan kondisi perusahaan di Indonesia dan berupa accrual basis. 18 Lanjutan Tabel 2. No. Pengarang dan Tahun Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian Relevansi Perbedaan 4. Fitzpatrick 2004 Analisis deskriptif dengan financial condition score FCS Penelitian menganalisa kasus empiris financial distress yang dialami oleh public company di Amerika Serikat melalui FCS yang didasarkan ukuran perusahaan, jumlah hutang, dan standar deviasi aset perusahaan. Mengkaji financial distress Perbedaan variabel penelitian, alat analisis penelitian, serta sampel penelitian yang lebih luas. 5. Meekaewkunchorn 2002 Analisis korelasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejolak tingkat bunga yang terjadi pada tahun 1998 mengakibatkan banyak perusahaan yang mengalami financial distress. Mengkaji financial distress Variabel yang digunakan: tingkat bunga yang bukan rasio keuangan. 6. Outtecheva 2007 Analisis korelasi dan regresi Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat tiga hal penting yang harus diamati yang berkaitan dengan kemungkinan adanya risiko financial distress, yaitu perubahan dalam penggunaan cost of capital, pengetahuan mengenai risiko, dan prilaku manajemen. Menganalisis kemungkinan terjadinya financial distress. Sampel berupa perusahaan yang berada pada kondisi financial distress. 7. Almilia 2003 Analisa multinomial logit Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan. Variabel rasio keuangan yang paling dominan dalam menentukan financial distress suatu perusahaan adalah rasio profit margin, financial leverage, dan current ratio. Mengkaji financial distress dengan menggunakan rasio keuangan. Variabel dan alat analisis 19 Lanjutan Tabel 2. No. Pengarang dan Tahun Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian Relevansi Perbedaan 8. Almilia 2006 Analisa multinomial logit Pada penelitian ini diulas tanda-tanda perusahaan akan mengalami atau bahkan sedang mengalami financial distress, dengan melihat laba bersih yang negatif berturut-turut dan nilai buku ekuitas yang negatif berturut- turut. Prediksi kondisi financial distress Kondisi financial distress hanya ditentukan dengan melihat laba bersih dan nilai buku ekuitas yang negatif selama tiga tahun berturut-turut. 9. Sukana 2008 Analisis korelasi dan regresi menggunakan metode Pooled EGLS Cross Sectional Weights Dalam penelitian ini, variabel profitabilitas, beban hutang, dan market risk digunakan sebagai variabel independen. Dengan menggunakan metode Pooled EGLS Cross Sectional Weights, dinyatakan bahwa ketiga variabel tersebut signifikan dalam mempengaruhi kemungkinan suatu perusahaan akan mengalami financial distress. Juga disimpulkan bahwa financial distress mempunyai hubungan yang signifikan dengan rasio kebangkrutan perusahaan. Mengkaji financial distress Variabel yang digunakan lebih sedikit, alat analisis dan sampel juga berbeda. 20 Lanjutan Tabel 2. No. Pengarang dan Tahun Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian Relevansi Perbedaan 10. Pranowo 2010 Analisis regresi panel data dan multinomial logit. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder laporan keuangan perusahaan publik non financial company selama periode lima tahun 2004-2008 dari Bursa Efek Indonesia. Penelitian mengkaji analisis rasio keuangan yang dapat digunakan sebagai prediksi kondisi financial distress pada perusahaan di Indonesia, serta mengkaji faktor yang mempengaruhi perubahaan status perusaahaan dari non- financial distress menjadi financial distress. Penelitian ini menggunakan debt service coverage sebagai penentu kondisi financial distress perusahaan. Metode yang digunakan adalah metode regresi panel data dan metode regresi logistik. Menganalisis financial distress dengan DSCR sebagai indikator serta menganalisis emergence financial distress. Variabel yang digunakan berbeda, dimana penelitian ini menggunakan variabel yang dirasa memiliki pengaruh besar pada sektor agrikultur. Sampel penelitian ini berfokus pada seluruh perusahaan di BEI dan tidak berfokus pada sektor agrikultur saja.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Pentingnya sektor agrikultur di Indonesia menjadi alasan utama perlunya dilakukan analisis keuangan dan non-keuangan terhadap perusahaan yang termasuk pada sektor tersebut. Salah satu analisis yang penting untuk dilakukan adalah analisis terhadap kondisi financial distress perusahaan. Financial distress merupakan keadaan dimana perusahaan tidak mampu membayar hutangnya pada pihak ke tiga. Ketika suatu perusahaan berada dalam kondisi financial distress, besar kemungkinan bagi perusahaan tersebut untuk mengalami kebangkrutan. Analisis kondisi financial distress dilakukan dengan menggunakan laporan keuangan perusahaan sektor agrikultur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Untuk melakukan analisis ini, diperlukan laporan keuangan yang lengkap selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan laba rugi dan neraca. Dari kedua laporan tersebut diperoleh data penerimaan bersih, penjualan, beban bunga, dan beban pajak dari laporan laba rugi perusahaan, serta data total aset, total aset lancar, total kewajiban lancar, total ekuitas, depresiasi, dan amortisasi dari neraca perusahaan. Seluruh data tersebut digunakan untuk menghitung rasio keuangan Net Profit Margin NPM, Current Ratio CR, Return On Assets ROA, Return On Equity ROE, Earning Before Interest, Tax, Depretiation, and Assets to Total Assets EBITDATA. Ke lima rasio ini merupakan variabel independen yang diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen DSCR DSCR. Rasio yang memiliki pengaruh pada nilai DSCR dapat digunakan sebagai alat prediksi kondisi financial distress oleh perusahaan sektor agrikultur di Indonesia. Nilai DSCR tentunya berbeda-beda setiap perusahaan di sektor agrikultur cross section dan juga berbeda setiap tahunnya time series. Oleh karena itu, metode yang tepat untuk meneliti kondisi financial distress perusahaan adalah metode regresi data panel yang memperhatikan data cross section dan time series. Penelitian tidak hanya menganalisis faktor internal perusahaan yang dapat mempengaruhi nilai DSCR, tetapi juga menganalisis faktor eksternal perusahaan

Dokumen yang terkait

Prediksi Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2013

5 101 118

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN LEVERAGE DALAM MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014)

0 6 96

Pengaruh Mekanisme Good Coorporate Governance Terhadap Kondisi Financial Distress pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2012-2014

0 5 66

Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2015.

4 14 22

Rasio Keuangan sebagai Prediktor Kondisi Financial Distress Perusahaan pada Sektor Textile dan Garment yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2012.

0 0 9

Rasio Keuangan sebagai Prediktor Kondisi Financial Distress Perusahaan pada Sektor Textile dan Garment yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2012 - Repositori Universitas Andalas

0 0 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Financial Distress - Prediksi Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2013

0 0 24

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2012-2016 SKRIPSI

0 1 17

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN SEKTOR TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PADA TAHUN 2013-2017

0 0 22

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS DI PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2006-2013 - Perbanas Institutional Repository

0 0 18