III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Pentingnya sektor agrikultur di Indonesia menjadi alasan utama perlunya dilakukan analisis keuangan dan non-keuangan terhadap perusahaan yang
termasuk pada sektor tersebut. Salah satu analisis yang penting untuk dilakukan adalah analisis terhadap kondisi financial distress perusahaan. Financial distress
merupakan keadaan dimana perusahaan tidak mampu membayar hutangnya pada pihak ke tiga. Ketika suatu perusahaan berada dalam kondisi financial distress,
besar kemungkinan bagi perusahaan tersebut untuk mengalami kebangkrutan. Analisis kondisi financial distress dilakukan dengan menggunakan laporan
keuangan perusahaan sektor agrikultur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Untuk melakukan analisis ini, diperlukan laporan keuangan yang lengkap selama
periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan laba rugi dan neraca.
Dari kedua laporan tersebut diperoleh data penerimaan bersih, penjualan, beban bunga, dan beban pajak dari laporan laba rugi perusahaan, serta data total
aset, total aset lancar, total kewajiban lancar, total ekuitas, depresiasi, dan amortisasi dari neraca perusahaan. Seluruh data tersebut digunakan untuk
menghitung rasio keuangan Net Profit Margin NPM, Current Ratio CR, Return On Assets ROA, Return On Equity ROE, Earning Before Interest, Tax,
Depretiation, and Assets to Total Assets EBITDATA. Ke lima rasio ini merupakan variabel independen yang diuji pengaruhnya terhadap variabel
dependen DSCR DSCR. Rasio yang memiliki pengaruh pada nilai DSCR dapat digunakan sebagai alat prediksi kondisi financial distress oleh perusahaan sektor
agrikultur di Indonesia. Nilai DSCR tentunya berbeda-beda setiap perusahaan di sektor agrikultur
cross section dan juga berbeda setiap tahunnya time series. Oleh karena itu, metode yang tepat untuk meneliti kondisi financial distress perusahaan adalah
metode regresi data panel yang memperhatikan data cross section dan time series. Penelitian tidak hanya menganalisis faktor internal perusahaan yang dapat
mempengaruhi nilai DSCR, tetapi juga menganalisis faktor eksternal perusahaan
yang memuncak pada tahun 2008, yaitu krisis subprime mortgage Amerika Serikat. Pengaruh yang diberikan dilihat dengan menggunakan variabel dummy
untuk merepresentasikan kondisi krisis tersebut. Setelah seluruh data numerik diperoleh, dilakukan uji Hausman Test untuk memilih metode yang akan
digunakan pada model penelitian, yaitu Fixed Effect Model FEM atau Random Effect Model REM untuk menjadi landasan asumsi pada metode regresi data
panel. Perbedaan nilai DSCR yang disebabkan oleh berbagai faktor internal dan
eksternal memungkinkan terjadinya perbedaan kondisi pada perusahaan sektor agrikultur, yaitu kondisi status financial distress atau non-financial distress.
Kondisi perusahaan yang berbeda dijadikan sebagai landasan pemikiran berikutnya, yaitu faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan kondisi
perusahaan. Terdapat empat jenis status perubahan kondisi perusahaan yang mungkin terjadi pada perusahaan di sektor agrikultur Indonesia, yaitu:
Status 0 = perusahaan tetap pada kondisi financial distress Status 1 = perusahaan keluar dari kondisi financial distress menjadi non-
financial distress Status 2 = perusahaan tetap pada kondisi non-financial distress
Status 3 = perusahaan keluar dari kondisi non-financial distress menjadi financial distress
Penelitian berfokus pada faktor apa saja yang menyebabkan perusahaan keluar dari kondisi financial distress menjadi non-financial distress, yaitu pada
status 1. Status 1 ini disebut juga dengan emergence financial distress, yaitu keluarnya perusahaan dari kondisi financial distress. Analisis ini dilakukan secara
deskriptif terhadap perusahan sektor agrikultur yang mengalami kondisi emergence financial distress dengan meneliti kebijakan keuangan maupun non-
keuangan yang dilakukan oleh perusahaan pada tahun yang bersangkutan.
Gambar 3. Kerangka pemikiran p enelitian
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian