72
komunikasi inovasi pertanian adalah melalui pengembangan sistem cyber extension
.
c. Masukan input
Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam suatu sistem untuk diolah agar dapat menghasilkan output. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk
mengembangkan jaringan informasi pertanian, perlu dilakukan identifikasi input berupa informasi inovasi pertanian yang dibutuhkan dengan bentuk, jenis, dan
format serta media penyaluran yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga terkait.
Informasi inovasi pertanian yang dibutuhkan untuk masing-masing subsistem dalam mendukung pengembangan sistem jaringan informasi inovasi
pertanian merupakan input bagi subsistem tersebut untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Berdasarkan subsistem lembaga terkait, Sumardjo 2007 telah
mengidentifikasi input dalam setiap elemen untuk empat kategori subsistem, yaitu subsistem sumber informasi, subsistem diseminasi informasi, subsistem pelaku
agribisnis atau pengguna akhir enduser, dan subsistem penunjang yang terlibat dalam sistem jaringan informasi pertanian untuk implementasi cyber extension
secara ringkas disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Analisis Sistem Jaringan Komunikasi Inovasi Pertanian berdasarkan Input
Stakeholders Kebutuhan informasi
Bentuk informasi Saluran
Subsistem Sumber
Informasi :
Peneliti, Pustakawan,
Operator riset, Petani inovator,
Perusahaan pertanian,
Penguji lokal - Problem kebutuhan
usahatani substansi, lokasi, subyek
- Literatur teori tekniknon teknik
- Hasil penelitian teori, konsep, preposisi
- Karya penyuluh problem petani
- Problem - Teknik aktual uji statistik
- Teknik aktual riset - Real needs, hasil uji lokal
- Info pasarhargamutu - Inovasi Teknologi Tepat
GunaTTG - Jurnal ilmiah dalam
dan luar negeri - Laporan penelitian
- Textbook - Data BPSdokumen
terkait - Brosur, leaflet,
jurnal riset - Jurnal penyuluhan
- Majalah pertanian - Internet
- Perpustakaan - Lembaga Pemadu
Sistem - Publisher jurnal
ilmiah, ilmiah populer dalam
luar negeri - Internet
- Perpustakaan - Penyuluh Lembaga
Penyuluhan
73
Lanjutan Tabel 2
Stakeholders Kebutuhan informasi
Bentuk informasi Saluran
Subsistem enduser
Petani inovator, Petani
Konsumen, Pelaku usaha
- Problem solving - Teknologi tepat guna
TTG - Produk aktual hasil
pengkajian inovasi - Informasi pasar jenis,
mutu, jumlah - Real needs
- Hasil uji lokal, inovasi, TTG
- Produk petani jumlah, jenis, mutu
- Potensi jaringan kemitraan
- Pedoman teknis, brosur, leaflet
- Jurnal penyuluhan, materi pelatihan
magang, kursus - Warta majalah
pertanian - Modelproduk
pengetahuan tentang inovasi
pertanian - Majalah pertanian
- Pedoman teknis - Modelproduk
pengetahuan tentang inovasi
pertanian - Jurnal Penyuluhan
- Info pasar media massa
- Jaringan kemitraan - Perpustakaan daerah
- Lembaga riset pendidikanpelatihan
- Media massainternet
- Forum-forum koordinasi
komunikasi dan diseminasi
- Pedagangdunia bisnispasar
- Show window, lahan percobaan
- Jaringan kemitraan - Petani
- Media massainternet
- Konsumenpasar - Showroom
Subsistem pelayanan
Lembaga Pelayanan
Dinas Instansi terkait;
Lembaga penyedia
fasilitataor Pendamping
LSM; Lembaga
Keuangan; Lembaga
Pengaturan - Felt needs, potensi,
kebutuhan saprotan - Problem solving
- Teknologi tepat guna - Produk aktual riset
inovasi - Informasi pasar jenis,
mutu, jumlah - Real needs
- Hasil uji lokal, inovasi, teknologi tepat guna
- Potensi usaha usahatani
- Kebutuhan modal usaha - Informasi kelembagaan
keuangan mikro - Jaringan penyaluran dana
- Produk petani jumlah, jenis, mutu
- Potensi jaringan kemitraan
- Brosur dan leaflet - Jurnal riset, laku,
pelatihan - Jurnal
penyuluhan - Leaflet, brosur
- Info pasar media massa
- Forum Koordinasi
- Jaringan kemitraan
- Media massainternet - Lembaga diseminasi
- Forum-forum koordinasi komunikasi
- PenyuluhLembaga Penyuluhan
- Jurnal risetpenyuluhan - Petani, Penyuluh
74
Berdasarkan hasil kajian Sumardjo et al. 2009 diketahui bahwa ketersediaan informasi inovasi pertanian yang dibutuhkan untuk masing-masing
pelaku komunikasi masih sangat lemah. Petani dan penyuluh kurang mampu mengakses informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang inovatif dan
perkembangannya sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Di sisi lain, peneliti juga kurang mendapat informasi yang akurat tentang permasalahan dan kebutuhan
usahatani yang demikian beragam di lapangan. Akibatnya penguji lokal kurang mendapatkan informasi tentang inovasi yang perlu dikembangkan melalui
pengujian teknologi secara lokal. Sementara ini pelaku usaha perusahaan di pertanian, walaupun juga relatif masih terbatas, namun lebih mampu mengakses
informasi teknologi maupun harga dan kualitas produk yang dibutuhkan untuk pengembangan komoditas pertanian. Hal ini pada akhirnya akan mendorong
terjadinya kesenjangan informasi antara pelaku usaha, petani, penyuluh dan peneliti, yang berpotensi menyebabkan keuntungan cenderung berada di pihak
pelaku usaha. Kondisi di lapangan juga menunjukkan bahwa peneliti kurang mendapat
kesempatan yang luas untuk memahami permasalahan dan hal yang terkait dengan kebutuhan usahatani sehingga dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat ditentukan oleh kemampuan peneliti melihat permasalahan usahatani yang terbatas tersebut. Hal ini mengakibatkan materi yang diteliti
adalah sesuatu yang dianggap penting oleh peneliti yang belum tentu menjadi kebutuhan petani. Sebaliknya petani dan penyuluh kurang mampu mengakses
produk ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh peneliti karena kurang tersedianya media untuk akses informasi.
Diseminasi informasi tentang inovasi pertanian pada saat ini telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, antara lain lembaga pendidikan formal,
lembaga pendidikan non formal penyuluhan, perpustakaan pertanian, pelaku dan sesama petani, maupun oleh lembaga penelitian. Masalahnya adalah substansi
yang diseminasikan keberadaannya sangat terbatas karena adanya kesenjangan hubungan linking antar pihak-pihak tersebut. Hal ini mengindikasikan adanya
kebutuhan terhadap suatu media yang dapat menyambungkan di antara pihak- pihak pelaku diseminasi tersebut melalui suatu media yang secara
75
berkesinambungan dapat diakses oleh pihak yang membutuhkan sesuai dengan ketersediaan waktu dan kebutuhannya masing-masing. Oleh karena itu,
keberadaan cyber extension untuk mendukung mekanisme diseminasi informasi benar-benar menjadi kebutuhan yang mendesak, untuk menghadapi ancaman
persaingan global produk-produk pertanian lokal dan impor yang semakin tajam. Kondisi sistem informasi agribisnis pada saat ini masih cenderung asimetris.
Pelaku agribisnis hilir lebih menguasai informasi tentang kualitas dan kuantitas produk yang dibutuhkan oleh pasar dibandingkan dengan pelaku agribisnis yang
berada di hulu. Terdapat kesenjangan yang nyata antara pelaku agribisnis hulu petani dengan hilir pelaku usaha. Keadaan ini lebih menguntungkan para
pelaku agribisnis hilir dan pelaku agribisnis hulu menjadi terdominasi oleh pelaku agribisnis hilir, karena lemahnya informasi dalam proses pengambilan keputusan
usahatani Sumardjo et al. 2010.
d. Keluaran, Komponen atau Proses, dan Penyimpanan Keluaran dari sebuah sistem