Subsistem Pengaturan Dinas Pertanian Provinsikabupatenkota

244

4. Subsistem Lembaga Agribisnis Pengguna Akhir

Lembaga agribisnis merupakan pengguna akhir dari inovasi pertanian. Dalam jaringan informasi inovasi pertanian, yang termasuk dalam lembaga agribisnis adalah seluruh pelaku agribisnis baik swasta, pedagang, maupun petani. Salah satu kelompok yang termasuk dalam subsistem agribisnis adalah petani yang memiliki keterbatasan sumber daya. Dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, perilaku petani cenderung bersifat tertutup dan sangat berhati-hati dalam menerima pembaharuan khususnya terkait dengan aplikasi teknologi informasi yang sebagian besar merasa aplikasi teknologi informasi komputer-internet merupakan hal yang sophisticated sangat canggih dan sulit dijangkau. Beragamnya karakteristik pelaku agribisnis termasuk petani di wilayah tertentu, perlu dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk menumbuhkan partisipasi pelaku dalam implementasi program pengembangan sistem informasi pertanian berbasis teknologi informasi di tingkat lapangan. Proses knowledge sharing atau berbagi informasi yang perlu dikembangkan di tingkat petani harus disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Selain itu, perlu diupayakan pemanfaatan potensi sumber daya berupa jaringan dan fasilitas komunikasi yang tersedia di tingkat lokal dan mampu mengurangi berbagai faktor penghambat komunikasi di tingkat masyarakat. Aplikasi teknologi informasi dalam komunikasi inovasi pertanian dalam pemanfaatan cyber extension perlu dikawal dengan pendampingan dan kegiatan sosialisasi kepada pengguna secara berjenjang dan bertahap. Prasyarat Pola Konvergensi Komunikasi untuk Pengembangan Kapasitas Pengelola dan Pengguna Cyber Extension Cyber extension merupakan mekanisme komunikasi inovasi yang mensinergikan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media baru yang memerlukan strategi khusus dalam pemanfaatannya di tingkat petani yang pada umumnya memiliki status sosial ekonomi yang relatif tidak tinggi. Hal ini karena dalam pemanfaatan cyber extension membutuhkan prasyarat yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemanfaatan media komunikasi yang lain. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa tidak seluruh petani responden mampu memanfaatkan cyber extension karena terkendala oleh keterbatasan pengetahuan dan ketersediaan sarana untuk akses informasi berbasis teknologi informasi khususnya yang terkait dengan akses terhadap teknologi informasi berbasis komputer dan jaringan internet. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk peningkatan dan pengembangan kapasitas pengelola maupun pengguna cyber extension sehingga dapat dicapai konvergensi komunikasi inovasi pertanian. Konvergensi komunikasi dalam pengembangan kapasitas pengelola dan pengguna cyber extension dalam pembangunan pertanian dapat tercapai dengan baik apabila dalam prosesnya dapat memenuhi prinsip pendidikan orang dewasa yang sesungguhnya Mulyandari 2010b. Tiap bentuk pengembangan kapasitas pengelola pembangunan pertanian sebaiknya memuat sembilan prinsip pendidikan orang dewasa sebagaimana disampaikan Sudrajat 2009 yaitu RAMP 2 FAME. R = Recency A = Appropriateness M = Motivation P = Primacy 2 = 2 – Way Communication F = Feedback A = Active Learning M = Multi – Sense Learning E = Exercise Recency. Hukum dari recency menyatakan bahwa sesuatu yang dipelajari atau diterima pada saat terakhir adalah yang paling diingat oleh pesertapartisipan. Oleh karena itu, isi materi pada akhir sesi dan kedua perlu dikemas secara “segar” sehingga mudah diingat peserta. Pesan kunci selalu ditekankan kembali di akhir sesi. Pada aplikasi kedua, mengindikasikan perlunya membuat rencana kaji ulang review untuk tiap sesi materi yang disampaikan. Appropriateness. Hukum dari appropriatenes atau kesesuaian adalah secara keseluruhan, baik sistem pembelajaran, informasi, alat-alat bantu yang dipakai, studi kasus, dan material lainnya harus disesuaikan dengan kebutuhan pesertapartisipan. Fasilitator harus secara terus menerus memberi kesempatan kepada peserta untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah diperoleh peserta, sehingga dapat menghilangkan kekhawatiran tentang sesuatu yang samar tidak diketahui.