Kandungan PAH Di Air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Kandungan PAH Di Air

Secara umum jenis PAH yang ditemukan pada cuplikan air adalah fenantrena PHE dan fluorantena FLA Gambar 11. Pada Stasiun 1 hanya ditemukan fenantrena dengan konsentrasi rendah yaitu 6 µgl. Pada Stasiun 3 ditemukan fluorantena mencapai 132 µgl dan fenantrena yang mencapai 248 µgl, tetapi PAH tidak terdeteksi di Stasiun 2 Gambar 12-13. Gambar 9 Histogram konsentrasi individu PAH µgl dalam cuplikan air. Stasiun 3 merupakan lokasi yang mewakili wilayah padat kegiatan yaitu pelabuhan, dengan berbagai kegiatan seperti hilir mudik kapal, bongkar muat barang termasuk kegiatan bongkar muat minyak, dan merupakan daerah operasi PT. PERTAMINA. Stasiun air 1 merupakan daerah tidak banyak kegiatan, walaupun pada cuplikannya terdeteksi fenantrena. Stasiun air 2 merupakan daerah penangkapan ikan Nomei seperti kegiatan penangkapan ikan, dan hasil analisis menunjukkan tidak ditemukan komponen PAH. Stasiun I Stasiun III K ons ent ra si µ g l Gambar 10 TIC total ionic current pada cuplikan air 1. [1] fluorantena, [O] series dari hidrokarbon alkana. Int ens ita s Waktu retensi menit 1 5 10 20 30 40 60 50 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 1 Gambar 11 TIC total ionic current pada cuplikan air 2 yang tidak terdeteksi adanya PAH. [O] series dari hidrokarbon alkana. Waktu retensi menit Int ens ita s 5 10 20 30 40 60 50 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 Gambar 12 TIC total ionic current pada cuplikan air 3. [1] fluorantena, [2] fenantrena PHE, [O] series dari hidrokarbon alkana. 1 2 Waktu retensi menit Int ens ita s 1 2 5 10 20 30 40 60 50 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 Perbedaan keberadaan dan konsentrasi PAH dalam air disebabkan oleh beberapa hal seperti sifat fisik dan kimiawinya. PAH dengan berat molekul rendah asenaftena, naftalena, fluorena dapat dengan cepat hilang dari kolom air karena adanya proses volatilisasi dan degradasi oleh mikroba. Sementara berat molekul tinggi benzoaantrasena, benzoapirena lebih mudah hilang selama proses fotooksidasi dan terabsorpsi ke partikel sedimen yang kemudian mengendap di dasar perairan Irwin 1997. Secara umum, volatilisasi di permukaan adalah 100 jam untuk PAH dengan berat molekul tinggi, seperti benzaantrasena and benzoapirena dan 100 jam untuk PAH dengan berat molekul rendah seperti naftalena and antrasena. Namun waktu tersebut sangat bervariasi tergantung pada kecepatan angin di permukaan dan pergolakan air Irwin 1997. PAH juga bersifat hidropobik tidak suka air yang mengindikasikan daya larutnya di dalam air sangat rendah yaitu log K OW Ada 3 proses utama yang menyebabkan terjadinya degradasi PAH yang mungkin dapat menyebabkan penurunan konsentrasi PAH dalam perairan Sanusi dan Sugeng 2009. 1 Fotooksidasi; proses senyawa PAH dalam perairan akan terurai membentuk radikal lebih sederhana dengan gugus oksigen dan mudah terlarut dan terdegradasi lebih lanjut. 2 Oksidasi kimiawi; hal ini disebabkan adanya kelarutan oksigen yang cukup dalam badan air. Elektron terlepas dari senyawa kimia yang teroksidasi diikuti oleh peralihan elektron dari senyawa kimia yang tereduksi disebut dengan proses oksidasi-reduksi. Hasil akhirnya adalah produk CO 3.0-7.0 Kalf et al. 1996, dan karenanya konsentrasi PAH di perairan cenderung rendah 0-4 µgl Arias et al. 2009, 0.5964-0.6733 µgl Augustine 2008. Konsentrasi yang rendah juga dapat disebabkan oleh proses absorpsi PAH ke dalam partikel organik dan anorganik Neff 1979. 2 dan H 2 Besaran dan luasan photodegradasi berbeda antar senyawa PAH. Faktor- faktor seperti kedalaman perairan, turbiditas dan temperatur berpengaruh terhadap nilai dari photodegradasi. Fotolisis dari banyak PAH diduga terjadi dekat O. Variabel pH, temperatur dan DO menentukan kecepatan proses oksidasi. 3 Transformasi biologi; yaitu degradasi senyawa PAH secara biologi yang dilakukan oleh bakteri dan jamur. permukaan air, PAH dengan berat molekul tinggi seperti benzoapirena menjadi lebih sensitif pada fotolisis Irwin 1997.

4.1.2 Kandungan PAH Di Sedimen

Dokumen yang terkait

PROFIL POLYCYCLIC AROMATIC HYDROCARBONS (PAHs) PADA PERAIRAN DAN SEDIMEN HUTAN MANGROVE KOTA BANDAR LAMPUNG

3 26 82

Kajian Ekobiologi Ikan Pepija (Harpadon Nehereus, Ham 1822) Sebagai Dasar Pengelolaan Berkelanjutan di Perairan Pulau Tarakan

4 37 94

Kajian Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir terhadap Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Ikan Nomei (Harpodon nehereus Ham. Buch) di Kelurahan Juata Laut Kota

0 9 143

Grilling Process Optimization for Reducing Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) in Grilled Fish and Chicken.

1 7 180

Karakteristik Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) di Air dan Sedimen Serta Akumulasinya pada Tubuh Ikan Nomei (Horpodon nehereus) Di Kota Tarakan

1 10 110

Kajian Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir terhadap Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Ikan Nomei (Harpodon nehereus Ham Buch) di Kelurahan Juata Laut Kota

0 5 133

Grilling Process Optimization for Reducing Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) in Grilled Fish and Chicken

2 12 98

APPLICATION OF FENTON’S REAGENT ON REMEDIATION OF POLYCYCLIC AROMATIC HYDROCARBONs (PAHs) IN SPIKED SOIL | Nafie | Indonesian Journal of Chemistry 21700 40786 1 PB

0 1 6

Preferensi Pemijahan dan Habitat Ikan Nomei (Harpodon nehereus) di Perairan Juata Laut Tarakan Sebagai Upaya Konservasi

0 0 6

Masyarakat Iktiologi Indonesia Hidrokarbon aromatik polisiklik dalam air dan sedimen laut serta akumulasinya pada ikan nomei, Harpadon nehereus (Hamilton, 1822) perairan Tarakan

0 0 21