Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi
A. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi
1. Pengertian Dasar Negara
Dalam Ensiklopedi Indonesia, kata dasar (filsafat) berarti asal yang pertama. Istilah ini juga sering dipakai dalam arti: Pengertian yang menjadi pokok dari pikiran-pikiran lain. Kata dasar bila dihubungkan dengan Negara, berarti pedoman dalam mengatur kehidupan penyelenggaraan ketatanegaraan Negara yang mencakup berbagai bidang kehidupan.
Setiap Negara yang merdeka dan berdaulat sudah barang tentu memiliki dasar Negara yang berbeda. Perbedaan dasar Negara yang diterapkan didalam suatu Negara sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai social-budaya, patriotism dan nasionalisme yang telah terkritalisasi dalam perjuangan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan Negara yang hendak dicapainya.
Bagi bangsa Indonesia, dasar Negara yang dianut adalah Pancasila. Dalam tinjauan yudiris konstitusional, Pancasila sebagai dasar Negara berkedudukan sebagai norma objektif dan norma tertinggi dalam Negara, serta sebagai sumber segala sumber hukum sebagaimana tertuang di dalam TAP. MPRS No. XX/MPRS/1996, jo. MPR No. V/MPR/1973, jo. TAP. MPR No. IX/mpr/1978. Penegasan kembali Pancasila sebagai dasar Negara tercantum dalam TAP. MPR No. XVIII/MPR/1998.
2. Pengertian Konstitusi
Para ahli e iliki pa da ga ya g er ariasi e ge ai ko stitusi da U da g-U da g Dasar . Ada yang berpendapat sama, tetapi ada juga yang berpendapat berbeda. Kata konstitusi secara
etimologis berasal dari bahasa Latin (constitutio), Inggris (constitution), Prancis (constituer), Belanda (constitutie), dan Jerman (Konstitution). Dalam pengertian ketatanegaraan, istilah konstirusi mengandung arti undang-undang dasar, hukum dasar atau susunan badan.
Suatu konstitusi menggambarkan seluruh sistem ketatanegaraan suatu Negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur dan memerintah Negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang berbentuk tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, ada pula yang bersumber dari peraturan yang tidak tertulis seperti norma, kebiasaan adat istiadat, dan konvensi di dalam masyarakat.
Dalam perkembangan politik dan ketatanegaraan, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian yaitu :
a. Pengertian Luas, Ko stitusi erarti keseluruha dari kete tua – ketentuan dasar atau hukum dasar (droit constitunelle).
b. Pe gertia “e pit, Ko stitusi erarti piaga dasar atau U da g – Undang Dasar ( Loi constitunelle), yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan – peraturan dasar negara.
3. Substansi Konstitusi Negara
Konstitusi dapat dibedakan antara konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis. Suatu konstitusi disebut tertulis bila merupakan satu naskah, sedangkan konstitusi tidak tertulis tidak merupakan satu naskah dan banyak dipengaruhi oleh tradisi dan konvensi. Contoh, Negara Inggris yang konstitusi hanya merupakan kumpulan-kumpulan dokumen.
Konstitusi atau hukum dasar, dapat pula dibedakan antara Hukum Dasar Tertulis, yaitu Undang- Undang Dasar dan Hukum Dasar Tidak Tertulis, yaitu konvensi. Salah satu contoh konvensi di Indonesia adalah pelaksanaan Pidato Kenegaraan Presiden menjelang oeringatan Proklamasi 17 Agustus.
a. Sifat dan fungsi konstitusi Negara
Sifat pokok konstitusi Negara adalah flexible (luwes) dan rigid (kaku). Konstitusi dikatakan fleksibel, bila pembuat konstitusi menetapkan cara mengubahnya tidak berat, mempertimbangkan perkembangan masyarakat sehingga mudah mengikuti perkembangan masyarakat sehingga mudah mengikuti perkembangan zaman ( contoh Inggris dan Selandia Baru ). Konstitusi bersifat rigid apabila Sifat pokok konstitusi Negara adalah flexible (luwes) dan rigid (kaku). Konstitusi dikatakan fleksibel, bila pembuat konstitusi menetapkan cara mengubahnya tidak berat, mempertimbangkan perkembangan masyarakat sehingga mudah mengikuti perkembangan masyarakat sehingga mudah mengikuti perkembangan zaman ( contoh Inggris dan Selandia Baru ). Konstitusi bersifat rigid apabila
Fungsi pokok konstitusi dan Undang-Undang Dasar adalah untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Menurut Carl J. Friedrich, konstitusionalisme merupakan gagasan di mana pemerintah dipasang sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat.
Setiap UUD memuat ketentuan – ketentuan sebagai berikut :
a. Organisasi negara
c. Prosedur mengubah UUD
d. Larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD
b. Hak Asasi Manusia
b. Kedudukan Konstitusi (Undang-Undang Dasar)
Meskipun Undang-Undang Dasar bukan merupakan salah satu syarat untuk berdirinya suatu Negara beserta dengan penyelenggaranya yang baik, tetapi dalam perkembangan zaman modern dewasa ini, Undang-Undang Dasar mutlak adanya. Sebab dengan adanya Undang-Undang Dasar baik penguasa Negara maupun masyarakat dapat mengetahui aturan atau ketentuan pokok atau dasar-dasar mengenai ketatanegaraannya.
c. Cara Pembentukan dan mengubah konstitusi (undang-undang dasar)
1. Cara Pembentukan
No. Dengan Cara
Keterangan
1 Pemberian
Raja memberikan kepada warganya suatu UUD, kemudian ia
berjanji akan mempergunakan kekuasaannya itu berdasarkan asas-asas tertentu dan kekuasaan itu akan dijalankan oleh suatu badan tertentu pula.
UUD itu timbul, biasanya karena raja merasa ada tekanan yang
hebat dari sekitarnya dan takut akan timbul revolusi. Dengan adnya UUD ini, maka kekuasaan raja dibatasi .
2 Sengaja Dibentuk
Dalam hal ini, pembuatan suatu UUD dilakukan setelah negara itu
didirikan. Jadi, setelah suatu Negara didirikan, dibentuk UUD.
3 Cara Revolusi
Pemerintah baru yang terbentuk sebagai hasil revolusi ini,
kadang-kadang membuat suatu UUD yang kemudian mendapat persetujuan rakyatnya atau pemerintah tersebut dapat pula mengambil cara lain, yaitu dengan mengambil suatu permusyawaratan yang akan menetapkan UUD itu.
4 Cara Evolusi
Perubahan-perubahan
berangsur-angsur dapat menimbulkan suatu UUD, dan secara otomatis UUD yang lama tidak berlaku lagi.
secara
2. Cara Mengubah
No Degan Cara
Keterangan
1 Oleh Badan
Dilakukan oleh badan legislative, hanya harus dengan syarat
Legislatif/Perundangan yang lebih berat dari pada jika Badan Legislatif ini membuat biasa
undang-undang biasa (bukan Undang-Undang Dasar).
2 Referendum
Yaitu dengan jalan pemungutan suara diantara rakyat yang
mempunyai hak suara (pada masa Orde Baru, Referendum, diatur di dalam UU No. 5 Tahun 1958).
3 Oleh Badan Khusus
Harus diadakan oleh suatu badan khusus yang pekerjaannya hany untuk mengubah Undang-Undang Dasar saja.
4 Khusus di Negara
Perubahan UUD itu baru dapat terjadi jika mayoritas Negara-
Federasi negara bagian dari federasi itu menyetujui perubahan itu.