PERAN SERTA DALAM UPAYA PEMAJUAN, PENGHORMATAN, DAN PENEGAKAN HAM DI INDONESIA
B. PERAN SERTA DALAM UPAYA PEMAJUAN, PENGHORMATAN, DAN PENEGAKAN HAM DI INDONESIA
1. Perkembangan HAM di Indonesia
Berbicara mengenai perkembangan hak asasi manusia di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari konstitusi yang ada dan pernah berlaku di Indonesia, karena legalitas hak asasi manusia sangat tergantung pada kebijakan Negara ada atau tidaknya mengatur hak asasi manusia. Pada waktu penyusunan Undang-Undang Dasar 1945 sudah ada perdebatan tentang hak asasi manusia harus masuk atau tidak dalam UUD 1945.
Jika kita meneliti UUD 1945, maka sesungguhnya telah banyak memuat pasal tentang hak asasi manusia. Artinya para penyusun UUD 1945 telah menyadari betapa pentingnya hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan berNegara, namun karena keterbatasan waktu dalam penyusunan UUD 1945, maka uraian rinci tentang hak asasi manusia tidak mungkin dengan mengingat UUD 1945 bersifat singkat, supel dan fleksibel.
Dalam sejarah politik dan ketatanegaraan Republik Indonesia, pada waktu Indonesia memberlakukan Konstitusi RIS 1949, hak-hak asasi manusia juga dimasukan dalam konstitusi. Demikian pula, waktu Indonesia memberlakukan UUD Sementara 1950, hak asasi manusia juga dimuat dalam UUD Sementara 1950. Namun setelah Dektrit Persiden 5 Juli 1959, Presiden Soekarno kembali memberlakukan UUD 1945. Pada era Presiden Soekarno, konvensi mengenai hak asasi manusia yang telah disyahkan adalah :
UU No. 68 Tahun 1958 tentang Hak Politik Wanita UU No. 18 Tahun 1956 tentang Organisasi Buruh UU No. 80 Tahun 1957 tentang Pengupahan bagi laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya
Bergantinya rezim Soekarno ke Soeharto ada upaya penegakan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, melalui Ketetapan MPRS No. XIV/MPRS/1966 dibentuk panitia ad hoc yang kemudian berhasil menyusun Rancangan Piagam HAM dan Hak serta Kewajiban Warga Negara. Tetapi panitia ad hoc tersebut tidak membahas dalam sidang Umum MPRS tahun 1968 karena lebih mementingkan pembahasan berkaitan dengan peristiwa pemberontakan G 30 S/PKI. Pada rezim Soeharto ada beberapa konvensi dan kebijakan yang diambil sebagai wujud penegakan dan penghormatan hak asasi manusia, antara lain :
UU No. 7 Tahun 1984 tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan Keputusan presiden No. 43 Tahun 1993 yang menentang apartheid dalam olahraga Keputusan presiden No. 36 Tahun 1990 tentang hak anak.
Pada era rezim Habibie, penghormatan dan pemajuan hak asasi manusia telah menemukan momentumnya dimana MPR telah merumuskan dengan ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Disamping itu ada beberapa konvensi tentang hak asasi manusia yang disahkan, antara lain :
UU No. 5 Tahun 1999 yang menentang penyikasaan dan perlukan kejam lainnya UU No. 29 Tahun 1999 tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial Keputusan Presiden No. 83 Tahun 1998 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi UU No. 19 Tahun 1999 tentang penghapusan kerja paksa UU No. 8 Tahun 1999 tentang kebebasan menyatakan pendapat UU No. 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi Manusia UU RI No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
Pada tanggal 15 Agustus 1998, Presiden Habibie meluncurkan Rencana Aksi Nasional HAM yang bertujuan untuk memberikan jaminan bagi peningkatan pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia dengan mempertimbangkan nilai adat istiadat, budaya dan agama. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada 3 hal yang dilakukan, yaitu :
Persiapan pengesahan perangkat internasional di bidang HAM Deseminasi informasi dan pendidikan di bidang HAM Penentuan skala prioritas pelaksanaan HAM
Pada Masa Gus Dur, upaya pemajuan HAM lebih ditingkatkan dan mendapat perhatian cukup serius. Hal ini dapat dilihat dari adanya :
Upaya penyempurnaan Rencana Aksi Nasional HAM Pembentukan lembaga baru yaitu Mentri Negara Urusan HAM Dibentuk pengadilan Hak Asasi Manusia Dibentuk peraturan perundangan tentang perlindungan anak, penyiaran, ketanagakerjaan Dibentuk peraturan perundangan tentang pemberantasan tindak pidana terorisme Dibentuk badan perlindungan Swadaya masyarakat Di bentuk lembaga Komnas HAM
Pada masa pemerintahan Megawati, ada beberapa peraturan perundangan yang mengatur tentang HAM, yaitu :
UU No. 11 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Konvensi Internasional Hak ekonomi, Sosial dan Budaya. UU No. 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Internasional Hak Sipil dan Politik UU No. 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
2. HAM dalam UUD 1945
Pernyataan hak asasi manusia yang dituangkan kedalam pasal-pasal UUD 1945 terbagi menjadi 2, yaitu penuangan bab khusus tentang hak asasi manusia dan penuangan pada bab atau pasal-pasal lainnya Hak asasi manusia yang di tuangkan secar khusus pada bab XA tentang HAk Asasi Manusia, yang meniputi pasal 28A sampai dengan pasal 28 J. Di samping itu terdapat ketentuan hak asasi manusia di luar Bab tentang Hak Asasi Manusia, yaitu bab X tentang Warga Negara dan Penduduk pada pasal 27 sampai dengan 32.
Rumusan Hak Asasi Manusia yang termasuk dalam UUD 1945 tersebut dapat di bagi dalam beberapa aspek, yaitu hak asasi manusia yang berkaitan dengan:
1) Hidup dan kehidupan
7). Informasi dan komunikasi
2) Keluarga 8). Rasa aman dan perlindungan dari perlakuan yang merendahkan 3) Pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi
derajat dan martabat manusia
4) Pekerjaan
9). Kesejahteraan Sosial
5) Beragama dan menjalankan ajaran agama 10). Persamaan dan keadilan 6) Bersikap, berpendapat dan berserikat 11). Kewajiban menghargai hak orang lain
Selain hak-hak tersebut di ats, dalam UUD 1945 juga memuat hak-hak khusus, seperti : hak anak atas kelangsungan hidup, timbuh, dan berkembang dan hak anak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Bahkan, dicantumkan hak-hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun, yaitu : 1) Hak hidup
5). Hak untuk tidak berbudak
2) Hak untuk tudak di siksa 6). Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum 3) Hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani
7). Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut 4) Hak Bergama
3. UU RI No. 39 tahun 1999 tentang HAM
Bila ketentuan dalam pasal-pasal UU No. 39 tahun 1999 dikaji secara mendalam, maka dapat ditemukan macam-macam hak asasi manusia sebagai berikut : 1) Hak untuk hidup
6). Hak atas rasa aman
2) Hak keluarga dan melanjutka keturunan
7). Hak atas kesejahteraan
3) Hak mengembnagkan diri 8). Hak turut serta dalam pemerintahan 4) Hak memperoleh keadilan
9). Hak wanita
5) Hak atas kenenasan pribadi
10). Hak anak
Disisi lain, setiap hak assasi manusia seseorang menimbulakn kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbale balik serta menjadi tugas pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukannya. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang di tetapkan undag-undang dengan maksud untik menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan.
4. Peran serta dalam Upaya Penegakan HAM di Indonesia
Beberapa faktor yang mempengaruhi upaya penegakan hak asasi manusia di Indonesia adalah: Sosialisasi hak asasi manusia Pendidikan public harus dijalankan, masyarakat harus diberikan peyuluhan sehingga pemahaman tentang hak asasi
manusia itu benar. segala pelanggaran jangan dikaitkan dengan hak asasi manusia harus dipisahkan dengan pelanggaran kriminal murni.
Efektifitas penegasan hak asasi manusia Penegakan hukum sebagai operator di lapangan harus memiliki komitmen moral yang jelas,khususnya terkait
dengan hak asasi manusia. Dalam menjalankan tugasnya harus bersifat obyektif dan hanya berpihak pada kebenaran.
Fungsi lembaga pengontrol Komnas HAM dan LSM adalah suatu lembaga pengontrol penegakan hak asasi manusia yang independen yang memiliki eempat fungsi yaitu
1. Fungsi pemantau 2. Fungsi mediasi 3. Fungsi pendidikan dan penyuluhan 4. Fungsi pengkajian dan penelitian
Berdasarkan UU No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia dijelaskan bahwa, setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan lainnya berhak berpartiaipasi dalam prlindungan, penegakan dan pemajuan hak asasi manusia. Partisipasi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk:
a. Menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran hak asasi manusia kepada komnas HAM b. Mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan HAM kepada komnas HAM c. Melakukan penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia d. Bersama dengan lembaga atau pemerintah melakukan sosialisasi
5. Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia
Kasus yang sudah diajukan ke sidang pengadilan
No Nama Kasus
Tahun Korban
Peristiwa
Penyelesaian
1. Peristiwa Tanjung
74 Penyerangan terhadap massa yang Pengadilan HAM ad hoc Priok
Jakarta tahun 2003-2004 2. Penculikan Aktivis 1984-
berunjuk rasa
23 Pnghilangan secara paksa oleh Militer Pengadilan Militer untuk 1998
anggota tim mawar 3. Kasus 27 Juli
terhadap para aktivis pro-demokrasi
1.678 Penyerbuan kantor PDI
Pengadilan Koneksitas 2002
4. Penembakan
terhadap Pengadilan Militer bagi pelaku Mahasiswa Trisakti
lapangan 5. Kerusuhan Timor- 1999
mahasiswa yang sedang berunjuk rasa
Pengadilan HAM ad Hoc Timur Pasca Jajak
97 Agresi Militer
Jakarta tahun 2002-2003 Pendapat 6. Peristiwa Abepura,
63 Penyisiran membabi buta terhadap Pengadilan HAM di Makasar Papua
Mapolsek Abepura
Kasus yang belum tersentuh proses hukum
No Nama Kasus
Tahun Korban
Peristiwa
1. Pembantaian
Lorban sebagian besar adalah anggota PKI atau ormas yang berafiliasi massal 1965
1.5 jt
dengan PKI, sebagian besar dilakukan di luar proses hukum yang sah 2. Kasus-kasus di
1966 Ribuan Operasi instensif dilakukan TNI untuk menghadapi OPM. Sebagian lagi Papua
berkaitan dengan masalah penguasaan sumber daya alam antara perusahaan tambang internasional, aparat pemerintah menghadapi penduduk lokal
No Nama Kasus
3. Kasus Timor-Timur
Dimulai dari agresi militer TNI (Operasi Seroja) terhadap Pasca Referendum
pemerintahan Fretelin yang sah di Timor-Timur. Sejak saat itu Timor-Timur selalu menjadi daerah operasi militer rutin yang rawan terhadap tindak kekerasan aparat RI
Semenjak dideklarasikannya GAM Hasan Di Tiro, Aceh selalu pra DOM
4. Kasus-kasus di Aceh 1976-
Ribuan
menjadi daerah operasi militer dengan intensitas kekrasan yang tinggi
5. Penembakan
Korban sebagian besar tokoh criminal, residivis, atau mantan Misterius (Petrus)
criminal. Operasi ini bersifat illegal dan dilakukan tanpa identitas institusi yang jelas
6. Kasus Marsinah
1 Pelaku utamanya tidak tersentuh, sementara orang lain dijadikan kambing hitam. BUkti keterlibatan militer dibidang perburuhan
7. Kasus dukun santet
Adanya pembantaian terhadap tokoh masyarakat yang dianggap di Banyuwangi
Puluhan
dan ditusuh dukun santet
8. Kasus Bulukumba
2 tewas,
Insiden ini terjadi karena keinginan PT. London Sumatera untuk
puluhan
melakukan perluasan
area
perkebunan mereka, namun
luka-luka
masyarakat menilak upaya tersebut.
UPAYA PEMAJUAN, PENGHORMATAN, DAN PENEGAKAN HAM DI INDONESIA
C. HAMBATAN
DAN
TANTANGAN
DALAM
1. Hambatan Penegakan HAM
a. Faktor kondisi social-budaya
1) Strfikasi dan status social; yaitu tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, keturunan, dan ekonomi masyarakat Indonesia yang multi kompleks (heterogen) 2) Norma adat atau budaya local kadang bertentangan dengan HAM, terutama jika sudah bersinggungan dengan kedudukan seseorang, upacara-upacara sacral, pergaulan, dan sebagainya 3) Masih adanya konflik horizontal di kalangan masyarakat yang hanya disebabkan oleh hal-hal sepele 1) Strfikasi dan status social; yaitu tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, keturunan, dan ekonomi masyarakat Indonesia yang multi kompleks (heterogen) 2) Norma adat atau budaya local kadang bertentangan dengan HAM, terutama jika sudah bersinggungan dengan kedudukan seseorang, upacara-upacara sacral, pergaulan, dan sebagainya 3) Masih adanya konflik horizontal di kalangan masyarakat yang hanya disebabkan oleh hal-hal sepele
1) Letak geografis Indonesia yang luas dengan luas, sungai, hutan, dan gunung yang membatasi komunikasi antardaerah 2) Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang belum terbangun secara baik yang mencakup seluruh wilayah Indanesia 3) Sistem informasi untuk kepentingan sosialisasi yang masih sangat terbatas baik sumberdaya manusianya maupun perangkat (software dan hardware)
c. Faktor kebijakan pemerintah
1) Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yang sama tentang pentingnya jaminan hak asasi manusia 2) Ada kalanya demi kepentingan stabilitas nasional, persoalan hak asasi manusia sering diabaikan 3) Peran pengawasan legislative dan control social oleh masyarakat terhadap pemerintah sering diartikan oleh
pe guasa se agai ti daka pe
a gka ga `
d. Faktor perangkat perundangan
1) Pemerintah tidak segera meratifikasikan hasil-hasil konvensi internasional tentang hak asasi manusia 2) Kalaupun ada, peraturan perundang-undangan masih sulit untuk diimplementasikan
e. Faktor aparat dan penindakannya (Law Enforcement)
1) Masih adanya oknum aparat yang secara intitusi atau pribadi mengabaikan prosedur kerja yang sesuai dengan hak asasi manusia 2) Tingkat pendidikan dan kesejahteraan sebagian aparat yang dinilai masih belum layak sering membuka peluang `jalan pintas` untuk memperkaya diri 3) Pelaksanaan tindakan pelanggaran oleh oknum aparat masih diskriminatif, tidak konsekuen, dan tindakan peyimpangan berupa KKN (korupsi, kolusi, dan Nepotisme)
2. Tantangan Penegakan HAM
Tentang penegakan hak asasi manusia di Indonesia untuk masa-masa yang akan datang telah di gagas oleh pemerintah Indonesia ( presiden Soeharto) pada saat akan menyampaikan pidatonya di PBB dalam Konferensi
Dunia ke-2 (Juni 1992)
Dengan judul deklarasi I do esia te ta g Hak Asasi Ma usia , dalam pidato itu ditandaskan beberapa prinsip, yaitu:
Prinsip universalitas , yaitu bahwa adanya hak-hak asasi manusia bersifat fundamental dan memiliki keberlakuan universal,
Prinsip Pembangunan nasionalm, yaitu bahwa kemajuan ekonomi dan social melalui keberhasilan pembangunan nasional dapat membantu tercapainya tujuan meningkatkan demokrasi dan perlindungan HAM. Prinsip Kesatuan HAM (Indivisibility), yaitu berbagai jenis atau kategori HAM, yang meliputi hak-hak sipil dan politik, hak ekonomi, social, dan cultural, hak perseorangan, hak masyarakat/bangsa secara keseluruhan
merupakan satu kesatuan. Prinsip objektivitas atau Non-Selektivitas, yaitu penolakan terhadap pendekatan/penilaian terhadap pelaksanaan hak-hak asasi pada suatu Negara oleh pihak luar, yang hanya menonjolkan satu jenis HAM saja,
mengabaikan HAM lainnya. Prinsip keseimbangan, yaitu keseimbangan anatara hak perseorangan dan masyarakat dan bangsa, sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk individual dan makhluk social sekaligus.
Prinsip Kompetensi Nasional, yaitu bahwa penerapan dan perlindungan HAM merupakan kompetensi dan tanggung jawab nasional. Prinsip Negara hukum, yaitu bahwa jaminan terhadap HAM dalam suatu negara dituangkan dalam aturan- aturan hukum, baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis.
3. Rencana Aksi Nasional HAM Indonesia (2004-2009)
Mengacu pada 6 (enam) program utama : 1). Pembentukan dan penguatan institusi pelaksanaan RANHAM 2). Persiaapan instrumen Hak Asasi Manusia Internasional, 3). Persiaapan harmonisasi peraturan perundang-undangan, 4). Diseminasi dan pendidikan Hak Asasi Manusia, 5). Penerapan norma dan standar Hak Asasi Manusia, dan 6). Pemantuan, evaluasi,dan pelaporan.