Buku Ringkasan PKN Kelas X (1)
Atas Kelas X
Materi Semester 1 dan 2
Daftar Isi
Semester 1 Bab 1Hakikat bangsa dan negara
A. Makna manusia, bangsa dan negara 1 1. Manusia Sebagai Makhluk Individu Dan Makhluk Sosial 1 2. Makna Bangsa 1 3. Negara 2
4. Unsur-Unsur Terbentuknya Negara 4 5. Fungsi Dan Tujuan Negara 8
B. Sikap semangat kebangsaan (Nasionalisme dan patriotisme) Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara 10 1. Nasionalisme 10 2. Patriotisme 11
Bab 2 Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional A. Sistem Hukum 13 1. Pengertian Sistem 13 2. Pengertian Hukum 13 3. Tujuan Hukum 13
4. Sumber Hukum 14 5. Penggolongan Hukum 15
6. Sanksi Hukum 15 7. Perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata 15
B. Peradilan Nasional 16 C. Menunjukkan sikap yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku 18
D. Upaya Pemberantasan Korupsi Di Indonesia 18 1. Pengertian Korupsi 18 2. Sebab-Sebab Terjadinya KKN 18 3. Akibat Terjadinya KKN 18
4. Fenomena Korupsi di Indonesia 19 E. Peran Serta Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi Di Indonesia 19 1. Upaya Pencegahan (Perventif) 19 2. Upaya Penindakan (Kuratif/Refresif) 19 3. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa 20
4. Upaya Edukasi LSM 20 5. Peran Seta Masyarakat Dalam Pemberantasan Korupsi Di Indonesia 20
Bab 3 Pemajuan, Penghormatan, dan Perlindungan HAM A. Pengertian Dan Macam-Macam HAM 22 1. Pengertian HAM 22 2. Macam-Macam HAM 22 3. Sejaran HAM 23
B. Peran Serta Dalam Upaya Pemajuan, Penghormatan, Dan Penegakan HAM di Indonesia 24 1. Perkembangan HAM di Indonesia 24 2. HAM dalam UUD 1945 25 3. UU RI No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM 26
4. Peran Seta dalam Upaya Penegakan HAM di Indonesia 26 5. Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia 27
C. Hambatan Dan Tantangan Dalam Upaya Pemajuan, Penghormatan, Dan Penegakan HAM di Indonesia 27 1. Hambatan Penegakan HAM 27 2. Tantangan Penegakan HAM 3. Rencana Aksi Nasional HAM Indonesia
D. Instrumen Hukum dan Peradilan Internasional HAM 1. Instrumen Hukum Internasional HAM 2. Peradilan Internasional HAM 3. Pelanggaran dan Proses Peradilan HAM Internasional
Semester 2 Bab 4Hubungan Dasar Negara Dengan Konstitusi
A. Hubungan dasar negara dengan konstitusi 1. Pengertian Dasar Negara 2. Pengertian Konstitusi 3. Substansi Konstitusi Negara
B. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan RI Tahun 1945 1. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 2. Makna yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 3. Makna Pembukaan UUD 1945 Bagi Perjuangan Bnagsa Indonesia 4. Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
5. Hubungan Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945 6. Tata Urutan Peraturan Perundangan-Undangan yang Berlaku di Indonesia
C. Pebandingan Konstitusi pada Negara Republik Indonesia dengan Negara Liberal dan Negara Komunis 1. Konstitusi Negara Republik Indonesia 2. Konstitusi Pada Negara Liberal 3. Konstitusi pada Negara Komunis
D. Sikap Positif terhadap Konsitusi Negara Bab 5 Persamaan Kududukan Warga Negara
A. Kewarganegaraan Republik Indonesia 1. Rakyat dalam Suatu Negara 2. Asas Kewarganegaraan 3. Penduduk dan Warga Indonesia 4. Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia
B. Kedudukan Warga Negara dan Pewarganegaraan 1. Kedudukan warga negara 2. Hak dan kewajiban dasar warga negara 3. Pewarganegaraan di Indonesia
4. Kehilangan kewarganegaraan republik Indonesia C. Persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 1. Makna Persamaan 2. Jaminan Persamaan Hidup (Pendekatan Kultural) 3. Jaminan Persamaan Hidup dalam Konstitusi Negara
D. Menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan Ras, agama, gender, golongan, budaya dan suku
Bab 6 Sistem Politik Indonesia A. Sistem Politik 1. Pengertian Sistem Politik 2. Ciri-ciri umum sistem politik 3. Macam-macam sistem politik
4. Demokrasi sebagai sistem politik B. Insfrakstuktur dan Suprastruktur Politik di Indonesia 1. Infrastruktur Politik 2. Suprastruktur Politik
C. Perbedaan Sistem Politik di Berbagai Negara 1. Pendekatan Sistem Politik Negara 2. Perbedaan Sistem Politik 3. Model-model sistem politik
4. Sistem kepartaian dunia 5. Dinamika politik indonesia
6. Peran serta dalam sistem politik di indonesia
BAB 1 HAKIKAT BANGSA DAN NEGARA
A. MAKNA MANUSIA, BANGSA DAN NEGARA
1. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
Kata manusia berasal dari kata manu ( Sansekerta ), atau mens ( Latin ) yang berarti berpikir, berakal budi, atau Homo yang berarti seorang yang dilahirkan dari tanah, humus = tanah. Pengertian etimologis t e ta g
a usia , dapat
memberi petunjuk tentang hakikat manusia. Disatu pihak manusia adalah makhluk bumi seperti manusia lainnya ; dilain pihak manusia melampui cakrawala bumi dan mencita-citakan dunia yang luhur. Hal prinsip yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia secara kodrati telah dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya di bumi. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan derajat paling tinggi diantara ciptaan yang lain.
Manusia sebagai makhluk individu, terdiri dari unsur jasmani ( raga) dan rohani ( jiwa ) yang merupakan satu kesatuan. Jiwa dan raga membentuk individu, telah dibekali potensi atau kemampuan (akal, pikiran, perasaan dan keyakinan) sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Setiap manusia, senantiasa akan berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi semua kebutuhan dan mempertahankan hidupnya ( survival ).
a. Akal dan pikiran manusia, dapat digunakan untuk menaklukkan alam dan makhluk lain serta sekaligus dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Contoh, manusia dapat menggunakan tenaga kerbau, sapi atau kuda untuk mengangkut barang, manusia dapat melakukan inovasi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi informasi, komunkasi, dsb.
b. Perasaan dan keyakinan manusia, merupakan anugrah Tuhan yang tidak di berikan kepada makhluk lainnya sehingga manusia dapat membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan salah. Dengan perasaan dan keyakinan, manusia mampu berhubungan dengan dimensi moral dan spiritual, yakni Tuhan Yang Maha Esa sebagai perwujudan nalar ( akal dan pikiran ) manusia dalam menemukan titik/pusat keTuhanan ( God Spot ) sang pencipta.
Manusia sebagai makhluk sosial, sering disebut zoon politicon, yaitu makhluk yang pada dasarnya ingin bergaul dengan sesama manusia lainnya ( Aristoteles, 384-322 M ).
Tingkat kebutuhan hidup manusia menurut Abraham Maslow, antara lain sebagai berikut : 1. Kebutuhan hidup fisiologis
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri 2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan kasih sayang
4. Kebutuhan akan penghargan diri
2. Makna Bangsa
Sebagian ahli berpendapat bahwa bangsa itu mirip dengan komunitas etnik, meskipun tidak sama. Bangsa adalah suatu komunitas etnik yang ciri-cirinya adalah : memiliki nama wilayah tertentu, mitos leluhur bersama, kenangan bersama, satu atau beberapa budaya yang sama dan solidaritas tertentu
Dala pe gertia sosiologis, a gsa ter asuk kelompok paguyuban ya g se ara kodrati ditakdirka u tuk hidup bersama dan senasib sepenanggungan dalam suatu Negara.
Berikut ini pendapat beberapa ahli kenegaraan ternama dalam mendefinisikan sebuah bangsa :
a. Hans Kohn
Bangsa adalah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah. Suatu bangsa merupakan golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan secara eksak
b. Ernest Renan
Bangsa adalah suatu akal yang terjadi dari dua hal, yaitu rakyat yang harus bersama-sama menjalankan satu riwayat, dan rakyat kemudian harus mempunyai kemampuan atau keinginan hidup untuk menjadi satu.
c. Otto Bauer
Bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai kesamaan karakter. Karakteristik tumbuh karena adanya kesamaan nasib.
d. F. Ratzel
Bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul karena adanya rasa kesatuan antara menusia dan tempat tinggalnya (paham geopolitik).
e. Jacobsen dan Lipman
Bangsa adalah kesatuan budaya ( cultural unity ) dan kesatuan politik ( political unity ).
f. Stalin
Bangsa bukanlah suatu ras dan bukan pula karena kesatuan suku bangsa melainkan umat yang terbentuk secara historis.
g. Soekarno
Bangsa adalah pengertian politis dan historis.
Unsur-Unsur Terbentuknya Bangsa
a. Frederich Hertz
Dala uku ya Nationally in History and Politic , ia e yataka ah a setiap a gsa e pu yai u sur aspirasi : 1. Keinginan mencapai kesatuan national, yaitu kesatuan di bidang sosial ekonomi, politik, agama, kebudayaan,
komunikasi dan solidaritas 2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional, maksud bebas dari dominasi dan campur tangan bangsa asing terhadap urusan dalam negerinya.
3. Keinginan dan kemandirian, individualitas, keasliaan atau kekhasan, misalnya menjungjung tinggi bahasa nasional 4. Keinginan untuk menonjol (unggul) di antara bangsa-bangsa dalam mengejar kehormatan, pengaruh, dan prestise.
b. Hans Kohn
Kebanyakan bangsa terbentuk karena adanya factor-faktor objektif tertentu yang membedakannya dari bangsa lain, yakni kesamaan keturunan, wilayah, bahasa, adat-istiadat, kesamaan politik, perasaan dan agama. Dengan demikian, factor objektif terpenting bagi terbentunya suatu bangsa ialah adanya kehendak atau kemauan bersama atau
nasionalisme . Secara umum, unsur-unsur terbentuknya bangsa : Memiliki persamaan nasib atau sejarah, Memiliki persaman karakter, Memiliki ikatan persatuan yang kuat, Memiliki tanah air yang sama, dan Memiliki persamaan cita-cita dan tujuan.
3. NEGARA
a. Makna Negara
NO NAMA TOKOH
PENDAPAT YANG DIKEMUKAKAN
1. George Jellinek Negara adalah organisasi kekuasaaan dari sekelompok manusia yang mendiami wilayah tertentu Negara adalah organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual
2. G.W.F.Hegel
dan kemerdekaan universal
3. Mr. Kranenburg Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena adanya kehendak dari suatu golongan atau bangsa Negara adalah alat kelas yang berkuasa (kaum borjuis/kapitalis) untuk menindas atau
4. Karl Marx
mengeksploitasi kelas yang lain (proletariat/butuh) Negara adalah organisasi kemasyarakatan (ikatan kerja) yang mempunyai tujuan untuk mengatur
Prof. Dr. J. H.A. 5. dan memelihara masyarakat tertentu dengan kekuasaannya. Organisasi itu adalah ikatan-ikatan Logeman
fungsi atau lapangan-lapangan kerja tetap Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan
6. Roger F. Soltau
persoalan bersama atas nama rakyat Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang
7. Harold J. Laski bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat
8. Aristoteles Negara dalah persekutuan dari keluarga dan desa untuk mencapai kehidupan yang sebaik- baiknya.
b. Sifat Hakikat Negara
1. Memaksa, dalam arti mempunyai kekuatan fisik secara legal. 2. Monopoli, menetapkan tujuan bersama masyarakat. 3. Mencakup semua (All embracing), peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua orang tanpa kecuali.
c. Terjadinya Negara 1). Pertumbuhan Primer dan Skunder a). Pertumbuhan Primer
Suku / Persekutuan Masyarakat
(genootschaft)
Kerajaan (Rijk)
Negara Nasional
Negara Demokrasi
Fase Genootschaft(Persekutuan Masyarakat)
Kehidupan manusia diawali dari sebuah keluarga, kemudian suku dengan dipimpin kepala suku (primus interpares)
Fase Kerajaan (Rijk)
Primus interpares (orang pertama diantara yang sederajat), kemudian menjadi seorang raja dengan cakupan wilayah lebih luas.
Fase Negara nasional
Pada awalnya dipimpin oleh raja yang absolut dan tersentraslisasi. Hanya ada satu identitas kebangsaan.
Fase Negara demokrasi
Rakyat semakin sadar dan tidak ingin diperintah oleh raja yang absolut. Ada keinginan rakyat untuk mengendalikan dan memilih pemimpinnya sendiri yang dianggap dap at e ujudka aspirasi ereka. Fase i i le ih dike al kedaulata rakyat .
b). Pertumbuhan Sekunder
Selalu dihubungkan dengan Negara yang telah ada sebelumnya. Berdasarkan pandangan ini maka suatu Negara dianggap sah sebagai Negara jika telah diakui oleh Negara lain.
2). Pendekatan Faktual
(a). Occopatie (Pendudukan) Contoh : Liberia yang didiami oleh budak-budak Negro kemudian menjadi Negara merdeka pada tahun 1847.
(b). Fusi (Peleburan)
Contoh : Terbentuknya Federasi Kerajaan Jerman pada tahun 1871.
(c). Cessie (Penyerahan)
Contoh ; Wilayah Sleewijk diserahkan oleh Austria kepada Prussia (Jerman) karena adanya perjanjian bahwa Negara yang kalah perang harus memberikan Negara yang dikuasainya kepada negara yang menang. Austria adalah salah satu Negara yang kalah pada Perang Dunia I.
(d). Accesie (Penaikan) Contoh : Negara Mesir yang terbentuk dari delta sungai Nil. (e). Anexatie (Pencapolokan / Penguasaan) Contoh : Ketika dibentuk pada tahun 1948, Negara Israel banyak mencaplok daerah Palestina, Suriah, Yordania, Mesir. (f). Proclamation (Proklamasi) Contoh : NKRI yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dari penjajahan Belanda dan Jepang.
(g). Innovation (Pembentukan Negara Baru)
Contoh : Negara Kolumbia yang pecah dan lenyap. Kemudian di wilayah Negara tersebut muncul Negara baru, yaitu Venezuela dan Kolumbia Baru.
(h). Separatisme (Pemisahan)
Contoh : Pada tahun 1939 Belgia memisahkan diri dari Belanda dan menyatakan kemerdekaan.
3). Pendekatan Teoritis No
Teori
Tokoh
Ajaran yang Dikemukakan
1. Ke-Tuhanan Agustinus a. Negara ada karena kehendak Tuhan, hal ini didasarkan pada kepercayaan F.J.Stahl
bahwa segala sesuatu terjadi karena kehendak Tuhan Haller
b. Terbagi dalam :
Kranenburg
Teori KeTuhanan Langsung
Jean Bodin Bahwa suatu Negara pada awalnya ada karena sudah kehendak Tuhan ya g la gsu g sehi gga raja dia ggap se agai pe jel a Tuha , utusa Tuhan, Dewa bahkan Tuhan itu sendiri. Contoh : Kaisar Tenno Heika
Jepang dianggap sebagai keturunan Dewa Matahari dan Raja Fir’au di Mesir Kumo mengaku dirinya sebagai Tuhan.
Teori KeTuhanan Tidak Langsung
Bahwa Negara memang ada karena jehendak Tuhan, namun tidak secara langsung melainkan melalui penciptaan manusia terlebih dahulu, yang kemudian menjadi raja. Raja memerintah atas nama Tuhan. Pada Negara modern, dapat diketahui melalui Konstitusinya
de ga e a tu ka kali at by the grace of God Atas erkat rahmat Tuhan Yang Maha ESa)
2. Per-janji-an
Thomas Hobbes a. Negara terjadi karena adanya kontrak sosial (perjanjian masyarakat).
Ma-syara-
John Locke Masyarakat mengadakkan perjanjian untuk membentuk Negara dan
kat
J.J. Rousseau
kepada Negara untuk Montesquieu
menyelenggarakan kepentingan masyarakat
b. John Locke, bahwa pada tahap I perjanjian antarindividu diadakan untuk membentuk Negara (pactum unionis). pAda tahap II, perjanjian diadakan dengan penguasa (pactum subjectionis). Negara yang dikehendaki
o arki ko stitusi al c. Thomas Hobbes, e ghe daki monarki absolute
d. J.J. Rousseau, (disebut Bapak Kedaulatan Rakyat) menghendaki bahwa raja hanyalah mandataris rakyat dan karena itu dapat diganti. 3. Ke-kua-saan Horald J. Laski
a. Negara terbentuk atas dasar kekuasaan, dan kekuasan adalah ciptaan Leon Duguit
mereka yang paling kuat dan berkuasa
Karl Marx b. L. Duguit, seseorang karena kelebihannya atau keistimewaannya baik karena fisik, kecerdasan, ekonomi maupun agama dapat memaksakan Oppenheimer
kehendaknya kepada orang lain
c. Karl Marx, Negara dibentuk untuk mengabdi dan melindungi kepentingan Kallikles
kelas yang berkuasa, yaitu kaum kapitalis.
4. Kedau-latan Vonthering a. Kedaulatan Negara : Kekuasan tertinggi ada pada Negara, bukan pada Paul Laband
kelompok orang yang menguasai kehidupan Negara, dan engaralah yang G. Jellinek
menciptakan hukum untuk mengatur kepentingan rakyat Krabbe
b. Kedaulatan Hukum : Hukum memegang peranan dalam Negara, hukum
lebih tinggi dari Negara yang berdaulat
5. Hukum Alam Plato a. Hukum alam bukan buatan Negara, melainkan kekuasan alam yang berlaku Aristoteles
setiap waktu dan tempat, serta bersifat universal dan tidak berubah Agustinus
b. Aristoteles, manusia dalah zoon politicon. Dari hakikat manusia seperti ini, Thomas Aquinas
terbentuklah berturut- turut Keluarga Masyarakat Negara c. Agustinus, Negara terjadi karena adanya keharusan untuk menebus dosa orang-orang yang ada di dalamnya. Negara yang baik mewujudkan cita- cita agama, yakni keadilan
d. Plato, terjadinya Negara secara evolusi e. Thomas Aquinas, Negara merupakan lembaga alamiah yang diperlukan
manusia untuk menyelenggarakan kepentingan umum
4. UNSUR-UNSUR TERBENTUKNYA NEGARA
Menurut Oppenheimer dan Lauterpacht, suatu Negara harus memenuhi syarat-syarat : a. Rakyat yang bersatu b. Daerah atau wilayah
c. Pemerintahan yang berdaulat d. Pengakuan dari negara lain
Menurut Konvensi Montevideo tahun 1933, yang merupakan Konvensi Hukum Internasional, Negara harus mempunyai empat unsur konsititutif, yaitu :
a. Harus ada penghuni (rakyat, penduduk, warga Negara) atau bangsa (staatvolk) b. Harus ada wilayah atau lingkungan kekuasaan
c. Harus ada kekuasaan tertinggi (penguasa yang berdaulat) atau pemerintahan yang berdaulat; dan d. Kesanggupan berhubungan dengan Negara-negara lain.
a. Rakyat
Berdasarkan hubungannya dengan daerah tertentu, dibedakan atas dua jenis yaitu : 1. Penduduk Mereka yang bertempat tinggal atau berdomisili di dalam suatu wilayah Negara (menetap) untuk jangka waktu yang lama.
2. Bukan Penduduk Mereka yang bearada di dalam suatu wilayah Negara hanya untuk sementara waktu (tidak menetap).
Berdasarkan hubungannya dengan pemerintah, rakyat dapat dibedakan menjadi :
1. Warga Negara
Mereka yang berdasarkan hukum tertentu merupakan anggota dari suatu Negara, dengan status kewarganegaraan warga Negara asli atau warga Negara keturunan asing.
2. Bukan Warga Negara
Mereka yang berada di suatu Negara tetapi secara hukum tidak menjadi anggota Negara yang bersangkutan, namun tunduk pada Pemerintah dimana mereka berada .
b. Wilayah
Merupakan landasan material atau landasan fisik Negara. Secara umum dapat dibedakan menjadi :
1. Wilayah Daratan
Batas wilayah suatu negaradengan Negara lain di darat , dapat berupa : Batas alamiah, batas buatan, batas secara geografis.
2. Wilayah Lautan
Negara yang tidak memiliki lautan disebut land locked. Sedangkan Negara yang memiliki wilayah lautan dengan pulau-pulau di dalamnya disebut archipelagic state. Dewasa ini, yang dijadikan dasar hukum masalah wilayah kelautan suatu Negara adalah Hasil Konferensi Hukum laut nternasional III tahun 1982 di Montigo Bay (Jamaika) yang diselenggarakan oleh PBB, yaitu UNCLOS (United Nations Conference on The Law of the Sea). Batas Lautan : 1). Laut Teritorial (LT) 2). Zona Bersebelahan (ZB) 3). Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) 4). Landas Kontinen (LK)
Pe eri tah ‘I pada ta ggal Fe ruari 9 9, telah e geluarka Deklarasi te ta g La das Ko ti e de ga kebiasaan praktik Negara dan dibenarkan pula oleh Hukum Internasional bahwa suatu Negara pantai mempunyai penguasaan dan yurisdiksi yang ekslusif atau kekayaan mineral dan kekayaan lainnya dalam dasar laut dan tanah di dalamnya di landas kontinen. Contoh hasil perjanjian landasa kontinen : (a). Perjanjian RI – Malaysia tetang Penetapan garis Batas Landas Kontinen Kedua Negara (di Selat Malaka dan
Laut Cina Selatan) ditandatangani 27 Oktober 1969 dan mulai berlaku 7 November 1969. (b). Perjanjian RI – Thailand tentang Landas Kontinen Selat Malaka Bagian Utara dan Laut Andaman, ditandatangani 17 Desember 1971 dan mulai berlaku 7 April 1972. (c). Persetujuan RI – Australia tentang Penetapan Atas Batas-Batas Dasar Laut Tertentu di daerah Laut Timor dan laut Arafuru sebagai tambahan pada persetujuan tanggal 18 Mei 1971, dan berlaku mulai 9 Oktober 1972. 5). Landas Benua (LB)
3. Wilayah Udara
Pasal 1 Konvensi Paris 1919 : Negara-negara merdeka dan berdaulat berhak mengadakan eksplorasi dan eksploitasi dii wilayah udaranya, misalnya untuk kepentingan radio, satelit, dan penerbangan. Konvensi Chicago 1944 (Pasal 1) : Setiap Negara mempunyai kedaulatan yang utuh dan ekslusif di ruang udara di atas wilayahnya UU RI No. 20 tahun 1982, batas wilayah kedaulatan dirgantara yang termasuk orbit geo- stationer adalah setinggi 35.671km.
4. Wilayah Ekstrateritorial
Wilayah suatu Negara yang berada di luar wilayah Negara itu. Menurut Hukum Internasional, yang mengacu pada hasil Reglemen dalam Kongres Wina (1815) dan Kongres Aachen (1818), perwakilan diplomatik suatu Negara di Negara lai erupaka daerah ekstrateritorial .
Daerah Ekstrateritorial, mencakup : (1) Daerah perwakilan diplomatik suatu Negara dan (2) Kapal yang berlayar di bawah bendera suatu Negara Daerah Ekstrateritorial, mencakup : (1) Daerah perwakilan diplomatik suatu Negara dan (2) Kapal yang berlayar di bawah bendera suatu Negara
Ka ta kedaulata atau daulat erasal dari kata daulah (Arab), souvereignty (Inggris), Souvereiniteit (Perancis), supremus Lati , ya g erarti kekuasaan tertinggi . Kekuasaa ya g di iliki pe eri tah e pu yai kekuata ya g erlaku
kedalam (interne-souvereiniteit) dan keluar (extrene-souvereiniteit). Menurut Jean Bodin (1500-1596) kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk menentukan hukum dalam suatu Negara. Kedaulatan mempunyai sifat-sifat pokok sebagai berikut :
1. Asli : Kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi. 2. Permanen : kekuasaan itu tetap ada selama Negara itu berdiri sekalipun pemegang kedaulatan berganti-berganti 3. Tunggal (Bulat) : Kekuasaan itu merupakan satu-kesatuan tertinggi dalam Negara yang tidak diserahkan atau dibagi-
bagikan kepada badan lain. 4. Tidak terbatas (absolute) : kekuasaan itu tidak dibatasi oleh kekuasaan lain. Bila ada kekuasaan lain yang
membatasinya, maka kekuasaan tertinggi yang dimilikinya akan lenyap.
TEORI KEDAULATAN
NO TEORI, TOKOH, PERKEMBANGAN DAN LATAR
KETERANGAN BELAKANG
POKOK-POKOK AJARAN
1. Teori Kedaulatan Tuhan
(1) Teori ini beranggapan bahwa raja atau (1). Ethipia, masa Raja Haile
Agustinus, Thomas Aquinas, Marsilius,
Selassi (Ia merasa diri
F.J.Stahl
dipilh oleh Tuhan) Berkembang pada abad V – XV
tertinggi dari Tuhan
(2) Kehendak Tuhan menjelma ke dalam diri (2). Belanda dengan raja-raja Dilatarbelakangi oleh perkembangan agama
yang menganggap diri Kristen dan maraknya Pantheisme, yaitu
raja atau penguasa (Paus). Oleh Sebab itu,
mereka dianggap sebagai utusan Tuhan/dewa sebagai wakil Tuhan, (paham yang menyatakan bahwa Tuhan bukan seorang
NO TEORI, TOKOH, PERKEMBANGAN DAN LATAR BELAKANG
POKOK-POKOK AJARAN
KETERANGAN
pribadi, melainkan bahwa semua (3) Segala peraturan yang dijalankan oleh By the grace of God (Atas Rahmat hukum, kekuatan, manifestasi yang
penguasa bersumber dari Tuhan. Oleh
Tuhan)
ada di dunia ini adalah Tuhan sebab itu, rakyat harus patuh dan (3). Jepang pada masa Kaisar Tenno (menyatarakan alam dengan Tuhan)
tunduk kepada perintah penguasa.
Heika yang dianggap sebagai titisan Dewa Matahari
2. Teori Kedaulatan Raja
(1) Kedaulatan Negara terletak di tangan
(1). Perancis pada masa Loius XIV
N.Machiavelli, Jean Bodin, Thomas
raja sebagai penjelmaan kehendak
(1643-1715) dengan ucapannya L
Hobbes, Hegel
Etat Cest moi yang berarti, Negara Berkembang sekitar abad XV
Tuhan
adalah saya Dilatarbelakangi oleh perkembangan
(2) Raja juga merupakan bayangan dari
Tuhan (Jean Bodin)
kekuasaan yang sudah bergeser dari (3) Agar Negara kuat, raja harus berkuasa Gereja (Paus) ke Raja
mutlak dan tidak terbatas (N. Machiavelli)
(4) Raja berada di atas undang-undang. Rakyat harus rela menyerahkan hak- hak asasi dan kekuasaannya secara mutlak kepada raja (Thomas Hobbes)
3. Teori Kedaulatan Negara
(1) Kekuasaan pemerintah bersumber dari (1) Tsar di rusia yang totaliter, dan
George Jellinek, Paul Laband
digulingkan pada tahun 1917 Berkembang antara abad XV-XIX
kedaulatan Negara
(staats souve-
Revolusi Bolshevik Diilhami oleh gerakan Renaissance dan (2) Negara dianggap sebagai sumber
reiniteit).
melalui
9Oktober) dengan pahan Komunis. ajaran Niccolo Machiavelli tentang
kedaulatan yang memiliki kekuasaan (2) Jerman semasa Hitler, dan Italia Negara sebagai pusat kekuasaan
tidak terbatas
masa B. Mussolini merasa sebagai
pusat kekuatan Negara dan
kekuasaannya diserahkan kepada raja
memerintah secara totaliter
atas nama negara
sentralistik.
(4) Negaralah yang menciptakan hukum. Oleh sebab itu, Negara tidak wajib kepada hukum.
4. Teori Kedaulatan Hukum (Nomokrasi) (1). Bahwa kekuasaan hukum (rechts- (1). Negara Eropa dan Amerika pada
Krabbe, Immanuel Kant, Kranenburg
umumnya menganut teori hukum Berkembang setelah Revolusi Perancis
souvereinteit) merupakan kekuasaan
tertinggi di dalam Negara
murni
Diilhami oleh semboyan Revolusi (2). Kekuasaan Negara bersumber pada (2). Indonesia menganut teori Negara
Peramcis : Liberti, Egalite dan
hukum modern Fraternite
hukum, sedangkan hukum bersumber
dari rasa keadilan dan kesadaran hukum (3). Pemerintah (Negara) hanya berperan sebagai penjaga malam yang melindungi hak asasi manusia dan tidak boleh mencampuri
urusan
sosial-ekonomi
masyarakat (negara hukum murni, Immanuel Kant)
(4). Negara seharusnya menjadi Negara hukum. Artinya setiap tindakan Negara harus didasarkan hukum (H. Krabbe)
(5). Selain sebagai penjaga malam. Negara
(welfare state- Kranenburg)
5. Teori Kedaulatan Rakyat
(1).Rakyat
merupakan kesatuan yang (1). Diterapkan hampir semua Negara,
Solon, John Locke, Montesquoeu, J.J.
dibentuk oleh individu-individu melalui
namun pelaksanaannya sangat
Rousseau
tergantung pada rezim yang Berkembang mulai abad XVII – XIX (2). Rakyat sebagai pemegang kekuasaan
perjanjian masyarakat (sosial contract)
berkuasa, ideology, dan hingga sekarang
kebudayaan masing-masing Banyak dipengaruhi oleh teori
tertinggi memberikan sebagian haknya
Negara. kedaulatan hukum yang menempatkan
kepada penguasa untuk kepentingan
bersama
rakyat tidak hanya sebagai objek, (3). Penguasa dipilih dan ditentukan atas tetapi juga sebagai subjek dalam
dasar kehendak rakyat/umum (volonte
Negara (demokrasi).
generale) melalui perwakilan yang duduk di dalam pemerintahan
(4). Pemerintah yang berkuasa harus mengembalikan hak-hak sipil kepada warganya (civil rights)
d. Pengakuan dari Negara lain
1). Pengakuan secara de facto Diberikan kalau suatu Negara baru sudah memenuhi unsur konstitutif dan juga telah menunjukkan diri sebagai pemerintahan yang stabil. Pengakuan de facto adalah pengakuan tentang kenyataan (fakta) adanya suatu Negara.
Pengakuan de facto bersifat sementara Pengakuan yang diberikan oleh suatu Negara tanpa melihat bertahan tidaknya Negara tersebut di masa
depan.Kalau Negara baru tersebut kemudian jatuh atau hancur, Negara itu akan menarik kembali pengakuannya. Pengakuan de facto bersifat tetap Pengakuan dari Negara lain terhadap suatu Negara hanya bisa menimbulkan hubungan di bidang ekonomi dan
perdagangan (konsul). Sedangkan dalam hubungan untuk tingkat Duta belum dapat dilaksanakan. 2). Pengakuan secara de jure
Pengakuan de jure bersifat tetap Pengakuan dari Negara lain berlaku untuk selama-lamanya setelah melihat adanya jaminan bahwa pemerintahan
Negara baru tersebut akan stabil dalam jangka waktu yang cukup lama. Pengakuan de jure secara penuh Terjadinya hubungan antara Negara yang mengakui dan diakui meliputi hubungan dagang, ekonomi, dan
diplomatic. Negara yang mengakui berhak menempatkan Konsuler atau Kedutaan.
BENTUK-BENTUK KENEGARAAN
a. Negara Kesatuan ; Negara merdeka dan berdaulat yang pemerintahannya diatur oleh pemerintah pusat. b. Negara Serikat ; Negara yang terdiri atas gabungan beberapa Negara bagian
c. Koloni ; suatu Negara yang menjadi jajahan dari Negara lain d. Perwalian (Trustee) ; Wilayah jajahan dari Negara-negara yang kalah dalam Perang Dunia II dan berada di bawah naungan Dewan Perwalian PBB
e. Mandat; suatu Negara yang berasal dari daerah jajahan dari Negara-negara yang kalah dalam Perang Dunia I dan di bawah perlindungan dari Dewan Mandat Liga Bangsa-Bangsa. f. Protektorat; Negara yang berada di bawah lindungan Negara lain yang lebih kuat e. Mandat; suatu Negara yang berasal dari daerah jajahan dari Negara-negara yang kalah dalam Perang Dunia I dan di bawah perlindungan dari Dewan Mandat Liga Bangsa-Bangsa. f. Protektorat; Negara yang berada di bawah lindungan Negara lain yang lebih kuat
5. FUNGSI DAN TUJUAN NEGARA
A. Fungsi Negara
Menurut para ahli kenegaraan, fungsi-fungsi Negara mencakup hal-hal berikut : Sebagai stabilisator yaitu sebagai menjaga ketertiban (law and order)
Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Mengusahakan pertahanan untuk menangkal kemungkinan serangan dari luar Menegakkan keadilan yang dilaksanakan melalui badan-badan peradilan
(a). Fungsi Negara menurut para ahli : Para ahli hukum kenegaraan memiliki pandangan yang khas tentang fungsi negara, sebagai berikut : Montesquieu , menyatakan bahwa fungsi Negara mencakup tiga tugas pokok (teori Trias Politika) :
1. Fungsi legislative; membuat Undang-Undang 2. Fungsi eksekutif; melaksanakan Undang-Undang 3. Fungsi Yudikatif; mengawasi agar semua peraturan ditaati (fungsi mengadili)
Goodnow, membagi fungsi menjadi dua tugas pokok :
1. Policy making ; membuat kebijakan Negara pada waktu tertentu untuk seluruh masyarakat 2. Policy Executing ; melaksanakan kebijakan yang sudah ditentukan
Muhammad Kusnardi, S.H., membagi tugas Negara menjadi dua bagian : 1. Menjamin ketertiban (law and order) 2. Mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
(b) Fungsi atau rugas negara secara umum : 1. Tugas esensial (Tugas asli) ; mempertahanakan Negara sebagai organisasi politik yang berdaulat. Tugas ini meliputi tugas internal (memelihara perdamaian, ketertiban dan ketentraman serta melindungi hak milik setiap orang) dan tugas eksternal (mempertahankan kemerdekaan Negara).
2. Tugas fakultatif ; meningkatkan kesejahteraan umum, baik moral, intelektual, sosial maupun ekonomi.
B. Tujuan Negara
Pada umumnya, tujuan Negara untuk menciptakan kesejahteraan, ketertiban dan ketentraman semua rakyat yang menjadi bagiannya. Di bawah ini ada beberapa teori tentang tujuan Negara :
Nama Teori, Tokoh, dan Penguasa yang No
Pokok
– Pokok Pendapat yang Dikemukakan
Latar Belakangnya
Menerapkan
1. Rakyat dan Negara harus berbanding terbalik, bila negara ingin kuat
Kekuasaan Negara (Lord
a. Atilla Shang Yang, seorang
maka rakyat harus lemah dan sebaliknya
Negara harus berusaha mengumpulkan kekuasaan / kekuatan yang b. Jenghis Khan Negarawan Tiongkok/Cina
sebesar-besarnya. Negara menyiapkan militer yang kuat, disiplin dan c. Timur Lenk Kuno)
d. Kubhilai Khan Dilatarbelakangi oleh
loyal untuk mengahadapi bahaya-bahaya dari luar
Keselamatan dan kemakmuran tidak diperlukan, yang penting Negara keadaan negeri Cina saat itu
aman sentosa
yang banyak mengalami Rakyat harus dijauhkan dari kebudayaan adat, musik, nyanyian, pemberontakan dan perang
hikayat, kebaikan, kesusilaan, hormat pada orang tua, kekerabatan, saudara.
kejujuran, dan sofisme (the ten evis). Alasannya, semua itu dapat melemahkan jiwa seseorang (rakyat/prajurit)
2. Menitikberatkan pada sifat pribadi raja, yaitu agar dapat cerdik seperti a. Fredderick Agung
Kekuasaan Negara (N.
ka il da e akut- akuti rakyat ya seperti si ga
b. Louis XIV
Machiavelli, 1469-1527,
Pemerintah / penguasa boleh berbuat apa saja, asal untuk kepentingan c. Adolf Hitler seorang pemikir dan politikus
d. B. Mussolini dari Italia)
Negara dalam mencapai kekuasaan Negara yang sebesar-besarnya.
Siapapun yang melawan pemerintah/raja harus ditindak tanpa Dilaterbelakangi
oleh
kompromi
keadaan negaranya saat itu Pemerintah menghalalkan segala cara, meskipun harus melanggar yang
banyak mengalami
sendi-sendi kesusilaan dan kebenaran
pergolakkan dan perpecahan. Seorang penguasa yang cermat bertahan pada keyakinan/kepercayaan yang berlawanan dengan kepentingannya
3. Perdamaian Dunia (Dante
Keamanan dan ketentraman manusia dalam negara dapat di capai Memberikan Alighieri 1265-1321, Seorang
apabila ada perdamaian dunia, yang tidak terletak pada masing-masing inspiransi bagi pemikir besar dari Prussia
terbentuknya (liga Jerman)
penguasa atau raja.
Dalam mencapai perdamaian dunia, perlu dibentuk satu negara bangsa-bangsa atau Dilatarbelakangi oleh adanya
dibawah satu imperium (raja atau kaisar).
LBB)dan selanjutnya LBB)dan selanjutnya
diganti menjadi dengan Paus mengenai siapa
Pembentukan imperium bertujuan untuk kepentingan kemanusiaan.
Pembentukan masing-masing Negara merdeka hanya akan perserikatanBangsa- yang paling berhak dalam
Bangsa (PBB) kekuasaan negara
menimbulkan peperangan.
Nama Teori, Tokoh, dan No
Pokok
– Pokok Pendapat yang Dikemukakan
Penguasa yang Menerapkan
Latar Belakangnya
4. Negara harus membentuk dan mempertahankan Banyak di terapkan di Negara-
Jaminan atas hak dan
hukum supaya hak dan kemerdekaan warga Negara Negara Eropa dan Amerika pada
kewajiban
terpelihara.
umumnya setelah abad XVIII
(Immanuel kant 1724 –
Adanya hukum yang dirumuskan dalam perundang-
1804, seorang ahli hukum undangan,dan hukum itu merupakan penjelmaan Diterapkan dihampir semua Negara dari Jerman) di latar
modern yang menjunjung tinggi belakangi oleh keadaan
kehendak umum (volunte generale)
Perlunya pemisahan kekuasaan antara eksekutif dan demokrasi dan menjamin negara Eropa dalam suasana
keseimbangan antara kepentingan pencerahan ( enlightenment)
legislatif.
Peranan Negara : menjaga ketertiban hukum dan individu dan masyarakat. yang mengagung-agungkan
melindungi hak serta kebebasan warganya.
otonomi dan kebebasan
Negara tidak boleh turut campur dalam urusan pribadi
individu.
dan ekonomi warganya. Banyak diterapkan di Negara- negara Eropa dan Amerika
5. Negara kesejahteraan atau
Negara bukan sekedar memelihara ketertiban hukum
welfare State
(R.Kranenburg,seorang ahli
kesejahteraan warga negaranya.
huku Jer a . Latar
Negara harus benar-benar bertindak adil terhadap
belakangnya hampir sama
seluruh warga negaranya.
Negara hukum bukan hanya untuk penguasa atau
dengan teori jaminan atas
hak dan kebebasan).
golongan tertentu saja, tetapi untuk kesejahteraan rakyat di dalam Negara.
Teori tentang tujuan negara menjelma menjadi paham-paham atau ideology : a. Teori fasisme
Fasis e erasal dari kata fascio kelo pok politik . Dari kata terse ut ti ul istilah Fascio de Cambattimento (barisan tempur) yang dipraktekkan di Italia oleh Mussolini (1883-1945) yang memerintah dari 1922-1943. Secara umum, Fasisme adalah system kediktatoran yang menempatkan Negara di tangan satu orang dan melarang setiap oposisi atau perlawanan. Negara fasis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya kediktatoran satu partai yang kaku. 5. Moralitas sering diabaikan demi mencapai tujuan Negara fasis 2. Penindasan terhadap oposisi
6. Pengaturan ekonomi sangat sentarlistis 3. Menganut paham nasionalisme yang sempit . Tujua egara fais adalah I periu Du ia 4. Seluruh aspek kehidupan warga Negara diatur, dikontrol, dan sikendalikan secara ketat oleh pemerintah fasis yang
sentralistis b. Teori individualisme
Muncul sebagai antiklimaks kekuasaan Monarki absolut (abad XVII dan XVIII). Pelopor paham individualisme (liberalisme) dalam politik, antara lain ialah John Locke,Voltaire, Montesquieu, J.J. Rousseau dan Immanuel Kant. Para tokoh ini selalu menyuarakan liberte, egalite fraternite. Mereka juga mengembangkan penikiran rasionalisme dan humanisme se agai uah dari ‘e olusi Pera is da ‘e olusi I drusti . I di idualis e dalam arti luas dapat dikatakan sebagai perjuangan menuju kebebasan. Dalam bidang ekonomi paham ini dipelopori oleh Adam Smith (Bapak Kapitalisme). Secara politik, individualisme adalah paham yang mengajarkan bahwa Negara ada untuk individu bukan individu untuk
Negara. Me urut paha li eralis e Negara ha ya erfu gsi se agai pe jaga ala nachwakerstaat), yaitu sekedar menjaga keamanan dan ketertiban serta menjamin kebebsan individu yang seluas-luasnya dalam
meperjuangkan kehidupannya. c. Teori sosialisme Sosialisme berkembang secara luas di daratan Eropa ( terutama Eropa Timur), menyusul maraknya Revolusi Industri sekaligus penghisapan ekonomi oleh kaum kapitalis / borjuis terhadap kaum buruh / proletariat. Karl Marx (Ekonom dan Filsuf dari Prussia Jerman), terispirasi untuk mengembangkan dan memberi tanda revolusioner pada sosialisme. Hasil dari revolusi itu adalah terciptanya sosialisme, dimana hak milik pribadi dan Negara dihapus, sarana-sarana produksi dan distribusi dimiliki secara bersama-sama dan Negara tanpa kelas tercipta. Ia menyebut sosislaisme adalah tahap transisi menuju komunisme.
Selama hidupnya, Marx tidak pernah menggeraklkan revolusi. Tetapi pengikutnya yaitu Lenin dan Stalin, yang berhasil pada bulan Oktober sehingga disebut Revolusi Oktober/Revolusi Bolshevik-Lenin(yang kemudian dilanjutkan oleh pengikutnya Stalin). Teman seperjuangan Karl Marx adalah Friedrich Engels.
d. Teori Integralistik Paham ini melihat Negara dan warga Negara sebagai suatu keluarga besar. Menurut paham ini, Negara merupakan susuna masyarakat yang integral, yang anggota-anggotanya saling terkait sehingga membentuk satu kesatuan yang organis. Pelopornya adalah Benedictus De Spinozoa, Adam Muller dan Hegel. Di Indonesia, paham ini pertama kali dikemukakan oleh Prof. Mr. Soepomo. Pada permulaan sidang BPUPKI (badan penyelidik
usaha persiapan kemerdekaan Indonesia) pada tahun 1945. Menurut Soepomo,
B. SIKAP SEMANGAT KEBANGSAAN (NASIONALISME DAN PATRIOTISME) DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA
Setiap warga Negara dari suatu Negara, sudah barang tentu memiliki keterikatan emosional dengan Negara yang bersangkutan sebagau perwujudan rasa bangga dan memiliki bangsa dan negaranya. Perasaan bangga dan memiliki terhadap bangsanya, akan mampu melahirkan sikap rela berkorban untuk memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan serta kedaulatan Negara. Hal ini merupakan bentuk keterikatan kepada tanah air, adat-istiadat leluhur, serta penguasa setempat yang menghiasi rakyat/warga setempat sejak lama a tau dise ut de ga se a gat ke a gsaa
Semangat kebangsaan bagi setiap warga Negara, harus dapat di jadikan motivasi spiritual dan horizontal dalam mencapai kemajuan dan kejayaan bangsa, menjaga keutuhan serta persaudaraan antar sesama. Dengan mengerti dan memahami pentingnya semangat kebangsaan bagi setiap warga Negara, kita diharapkan mampu melahirkan jiwa nasionalisme (cinta tanah air) dan patriotisme (rela berkorban).
1. Nasionalisme
Kata nasionalisme se ara etimologis erasal dari kata nasional da isme yaitu paha ke a gsaa ya g mengandung makna kesadaran dan semangat cinta tanah air, memiliki rasa kebanggaan sebagai bangsa, memelihara kehormatan bangsa. Menurut Ensiklopedi Indonesia, nasionalisme di artikan sebagai sikap politik dan sosial dari kelompok-kelompok suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, bahasa dan wilayah serta
kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian, merasakan adanya kesetiaan mendalam terhadap kelompok bangsa itu. Nasionalisme juga dapat diartikan sebagai suatu ikatan antar manusia yang didasarkan atas ikatan kekeluargaan, klan, dan kekuasaan.
a. Nasionalisme dalam arti sempit Diartikan sebagai perasaan kebangsaan atau cinta terhadap bangsanya ynag tinggi atau berlebh-lebihan, sehingga memandang bangsa lain lebih rendah (Chauvinisme). Misalnya di Italia (masa Benito Mussolini), Jepang (masa Tenno Haika) dan Jerman (masa Hitler, yang mencanangkan Program Partai naziyang berdasarkan nasionalisme sempit, rasisme (terutama antiYahudi), autoriterisme dan militerisme. Gerakan
i i ertujua u tuk ere ut rua g hidup lebensraum agi ras leluhur herrenrasse , serta pe uliha harga diri de ga pe eri taha iliter ya g ersatu Ein Reich, Ein Volk, Ein Fuhrer – Satu Negara, satu a gsa da satu pi pi a b. Nasionaisme dalam arti luas Adalah perasan cinta dan bangga terhadap tanah air dan bangsanya dengan tetap menghormati bangsa lain karena merasa sebagai bagian dari bangsa lain di dunia. Dengan prinsip : kebersamaan, persatuan, dan kesatuan, demokrasi atau demokratis.
Faktor pembentuk identitas nasional :
a. Faktor primordial; ikatan kekerabatan, asal usul daerah d. Faktor sejarah, asal usul dan pengalaman masa lalu b. Faktor sakral; kesamaan agama
e. Faktor Bhineka Tunggal Ika, bersatu dalam perbedaan c. Faktor tokoh; kepemimpinan seseorang yang disegani
f. Faktor kelembagaan, adanya lembaga Negara (pengatur)
Strategi pembinaan nasionalisme Indonesia [
Mempersatukan potensi perbedaan bangsa Indonesia Menghormati bendera kebangsaan Menghormati dan menghayati isi dan makna lagu kebangsaan Menghormati makna Lambang Negara RI
2. Patriotisme
Berasal dari kata patriot da is e , erupaka sifat kepahla a a atau ji a pahla a I do esia atau heroism dan patriotsm (Inggris), adalah sikap yang gagah berani, pantang menyerah, dan rela berkorban (harta, jiwa/raga) demi bangsa dan Negara.
PENGERTIAN , FUNGSI DAN TUJUAN NKRI
Kata Indonesia berasal dari bahasa Yunani yaitu Indos (India) dan nesos (pulau). Jadi kata Indonesia berarti kepulauan India atau kepulauan yang berada di wilayah India. Tujuan NKRI terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu menjadi Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, yang dipertagas dalam alinea IV : Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia Memajukan kesejahteraan umum Mencerdaskan kehidupan bangsa Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
MARI BERLATIH !!!
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat!
1. Yang dimaksud dengan zoon politicon adalah …. 2. Menurut F. Ratzel, ya g di aksud a gsa adalah …. 3. Fase pertu uha Negara ya g dipi pi oleh Primus Inter Pares adalah … 4. Kolo i adalah …. 5. Kata Indonesia berasal dari bahasa Yunani yaitu . . . dan . . . . 6. Peran serta warga Negara dalam pembelaan Negara tertuang dala Bata g Tu uh UUD 9 pasal ….
7. Istilah Negara erasal dari ahasa Lati yaitu …. 8. Tokoh paha Fasis e adalah …. 9. Istilah lai dari asio alis e se ara se pit adalah …. 10. Contoh Negara yang terbetuk karena Anexatie … 11. Bangsa adalah pengertian politis da historis adalah pe gertia a gsa ya g dike ukaka oleh …. 12. Ya g dijuluki se agai Bapak Kedaulata ‘akyat yaitu … 13. Tujua Negara I do esia ter a tu di dala pe ukaa ali ea … 14. Fu gsi Negara ya g dike al de ga istilah trias politi a dike ukaka oleh …
Lengkapilah tabel berikut ! 1. Pengertian Negara
No Tokoh
Pendapat
1 Aristoteles 2 George Jellineck 3 Max Weber 4 Roger F. Soltau 5 J. H. A. Logemann
2. Terjadinya Negara berdasarkan pendekatan teoritis No
Teori
Penjelasan
1 KeTuhanan 2 Perjanjian Masyarakat 3 Kekuasaan 4 Hukum ALam
BAB 2 SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
A. SISTEM HUKUM
1. Pengertian Sistem
a. Dalam KBBI
Sistem mengandung arti susunan kesatuan-kesatuan yang masing-masing tidak berdiri sendiri, tetapi berfungsi membentuk kesatuan secara keselurahan.
b. W. J. S. Poerwadarminta
Sistem adalah sekelompok bagian (alat dan sebagainya), yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud.
c. Prof. Sumantri
Sistem adalah sekelompok bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud.
d. Drs. Musanef
Sistem adalah suatu sarana yang menguasai keadaan dan pekerjaan agar dalam menjalankan tugas dapat teratur, atau suatu tatanan dari hal-hal yang saling berkaitan dan berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan dan satu keseluruhan.
Unsur-unsur dalam sistem mencakup:
Seperangkat komponene, elemen, bagian Saling berkaitan dan tergantung Kesatuan yang terintegrasi Memiliki peranan dan tujuan tertentu Interaksi antarsistem membentuk system lain yang lebih besar
2. Pengertian Hukum
a. Prof. Van Apeldoorn
Definisi hukum sangat sulit dibuat karena tidak mungkin mengadakan yangs esuai dengan kenyataan.
b. Prof. Mr.E.M.Meyers
Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan menjadi pedoman bagi penguasa Negara dalam melaksanakan tugasnya.
c. Drs.E.Utrecht,S.H.
Hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dank arena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
d. S.M. Amin, S.H.
Hukum merupakan kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi, dengan tujuan mewujudkan ketertiban dan pergaulan manusia.
e. J.C.T. Simorangkir,S.H. dan Woerjono Sastropranoto,S.H.
Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, dan yang pelanggaran terhadapnya mengakibatkan diambilnya tindakan, yaitu hukuman tertentu.
f. Leon Duguit
Hukum adalah aturan tingkah laku anggota masyarakat yang harus diindahkan sebagai jaminan kepentingan bersama dan apabila dilanggar menimbulkan reaksi bersama.
g. O. Notoamidjojo
Keseluruhan aturan yang tertulis dan tidak tertulis yang bersifat memaksa, untuk kelakuan manusia dalam berjenis pergaulan hidup dan masyarakat Negara.
3. Tujuan Hukum
Hukum mempunyai sifat mengatur dan memaksa. Adapun tujuan dibuatnya hukum menurut para ahli, sebagai berikut :
No TOKOH/PAKAR
PENDAPAT YANG DIKEMUKAKAN
Hukum itu mengabdi pada tujuan Negara, yang mendapatkan atau ingin mencapai
1. Prof. Subekti, S.H.
kemakmuran dan kebahagian pada rakyatnya
2. Van Apeeldoorn
Mengatur pergaulan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan hukum Mengatur pergaulan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan hukum
ata e ghe daki keadila . Isi huku se ata-mata harus ditentukan oleh kesadara etis kita e ge ai apa ya g adil da apa ya g tidak asil Hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan sedangkan unsur-unsur keadilan
3. Teori Etis
4. Oeny
ialah : kepe ti ga daya gu a da ke a faata ya Tujuan hukum adalah semata-mata untuk mewujudkan apa yang berfaedah bagi banyak
5. (Teori Utilitarianisme) ora g. De ga kata lai , Me ja i ke ahagia se esar-besarnya bagi sebanyak mungkin
Bentham
ora g
6. Prof. Y.Van Kant
Tujuan hukum adalah untuk menjaga agar kepentingan tiap-tiap manusia tidak diganggu Hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan. Sebagai unsure keadilan, ada
7. Geny
kepentingan daya guna dan kemanfaatan Ingin mengatur secara pasti hak dan kewajiban lembaga tertingi Negara, lembaga-lembaga tinggi Negara, semua pejabat Negara, setiap warga Indonesia, agar semuanya dapat
Tujuan Hukum
melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan demi terwujudnya tujuan 8.
Nasional Indonesia
nasional bangsa Indonesia, yaitu terciptanya masyarakat yang terlindungi oleh hukum, cerdas, terampil, cinta dan bangga bertanah air Indonesia dalam suasana kehidupan makmur dan adil berdasarkan falsapah Pancasila.
4. Sumber Hukum Adalah segala yang menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan memaksa, yakni aturan-aturan yang pelanggarannya dikenai sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Sumber hukum Material (Welborn) : keyakinan dan perasaan (kesadaran) hukum individu dan pendapat umum yang menentukan isi atau meteri (jiwa) hukum. b. Sumber hukum Formal (Kenborn) : perwujudan bentuk dari isi hukum material yang menentukan berlakunya hukum itu sendiri. Macam-macam sumber hukum formal : 1). Undang-Undang UU dalam arti material; peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang isinya mengikat secara umum. (UUD, TAP
MPR,UU)
UU dalam arti formal; setiap peraturan yang karena bentuknya dapat disebut Undang-undang. (Pasal 5 ayat (1)) 2). Kebiasaan (hukum tidak tertulis); perbuatan yang diulang-ulang terhadap hal yang sama dan kemudian diterima serta
diakui oleh masyarakat. Dalam praktik pnyelenggaraan Negara, hukum tidak tertulis disebut konvensi. 3). Yurisprudensi; keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak diatur oleh UU dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam memutuskan perkara yang serupa. 4). Traktat; perjanjian yang dibuat oleh dua Negara atau lebih mengenai persoalan-persoalan tertentu yang menjadi kepentingan Negara yang bersangkutan. 5). Doktrin; pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau asas-asas penting dalam hukum dan penerapannya.
Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan (TAP MPR No. III/MPR/2003)
1. UUD 1945;