SISTEM HUKUM

5. Penggolongan Hukum

TERTULIS WUJUD TIDAK TERTULIS B INTERNASIONAL

IUS CONSTITUTUM

WAKTU

IUS CONSTITUENDUM

HUKUM ANTAR WAKTU

MATERIIL

A CARA

HUKUM TATA NEGARA MEMPERTAHANKAN

FORMIL

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

PUBLIK

HUKUM PIDANA

HUKUM ACARA

ISI

HUKUM PERSEORANGAN

M HUKUM KELUARGA PRIVAT

HUKUM KEKAYAAN

MEMAKSA

HUKUM WARIS

SIFAT

6. MENGATUR Sanksi Hukum

Berdasarkan Pasal 10 KUHP, macam-macam sanksi pidana : (1) Hukuman Pokok, terdiri dari : hukuman mati, hukuman penjara (hukuman seumur hidup, hukuman sementara

waktu), hukuman kurungan, dan (2) Hukum tambahan, yang terdiri dari : pencabutan hak-hak tertentu, perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu, pengumuman keputusan hakim.

7. Perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata

a. Hukum Pidana Pelanggaran terhadap norma hukum pidana pada umumnya segera disikapi oleh pengadilan setelah menerima berkas polisi yang mengadakan penyelidikan dan penyidikan. Tindakan pidana (delik) yang sengaja disebut delik doloes, sedangkan tindak pidana yang tidak disengaja disebut delik coelpa.

b. Hukum Perdata Pelanggaran tehadap norma hukum perdata baru dapat disikapi oleh pengadilan setelah ada pengaduan dari pihak yang merasa dirugikan. Di sini, ada pihak yang mengadu (penggugat) dan pihak yang diadukan (tergugat).

Perbedaaan Hukum Acara

Titik Perhatian No

Hukum Acara Perdata

Hukum Acara Pidana

1. Inisiatif datang

dari pihak

yang dirugikan Inisiatif datang dari pihak penuntut umum

Pelaksanaan

(penggugat)

(jaksa)

2. Penuntut adalah pihak yang dirugikan (penggugat), Jaksa sebagai penuntut umum yang memiliki

penuntutan

dan berhadapan dengan tergugat wewenang atas nama Negara dan berhadapan dengan pihak terdakwa

Alat-alat bukti

5. Sumpah 4. Semua pihak mempunyai kedudukan yang sama, Jaksa mempunyai kedudukan yang lebih tinggi

Kedudukan

dan hakim bertindak sebagai wasit dan bersifat dari para terdakwa. Hakim aktif.

para pihak

pasif

5. Macam

Hukum dapat berupa denda, atau hukuman Hukum berupa hukuman mati, penjara,

hukuman

kurungan sebagai pengganti hukuman denda kurungan, denda dan hukuman tambahan

B. PERADILAN NASIONAL Ketentuan umum undang-undang nomor 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelanggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila, demi terselanggaranya Negara hukum republik Indonesia.

Berdasarkan pasal 1 undang-undang nomor 4 tahun 2004, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh mahkamah agung dan badan peradilan di bawahnya dalam lingkungan sebagai berikut :

 Peradilan umum,  Peradilan agama,  Peradilan milliliter,  Peradilan tata usaha Negara,dan  Mahkamah Konstitusi

Merupakan salah satu lembaga Negara yang melakukan kekuasan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. MK memiliki Sembilan hakim konstitusi (3 oleh MA, 3 oleh DPR dan 3 oleh Presiden) yang ditetapkan oleh Presiden, dan disyaratkan harus memiliki interitas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan yang menguasi konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pekabat Negara.

MK RI memiliki empat kewenangan, Sebagai berikut : a. Menguji Undang-undang terhadap UUD 1945 b. Memutus sengketa kewenangan Lembaga Negara yang kewenangannya diberikan UUD 1945

c. Memutus perselisihan tentang hasil Pemilu d. Memutus pembubaran Partai Politik

Kewajiban MK adalah memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden menurut UUD 1945 sebelum pendapat tersebut dapat diusulkan untuk memberhentikannya oleh MPR.

Fu gsi MK, adalah se agai erikut Pengawal Konstitusi Menafsir Konstitusi Pengawal Demokrasi Pelindung hak konstitusional Warga Negara

 Badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman Komisi Yudisial, yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai kewenangan lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabar serta perilaku hakim. Anggota Komisis Yudisial diangkat dan diberhenyikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR.

Kepolisian, yang memegang kewenangan melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus pidana, Kejaksaan, yang memiliki kewenangan penyidikan dan penuntutan Komnas HAM, yang memiliki kewenangan penyidikan dan penuntutan khusus untuk kasus

pelanggaran HAM KPK, memiliki kewenangan penyidikan dan penuntutan khusus untuk kasus korupsi.

Berikut adalah susunan badan atau lembaga peradilan yang ada di Indonesia.

MAHKAMAH AGUNG

Pengadilan Tinggi Umum/Sipil

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Pengadilan Tinggi Pengadilan Tinggi Militer

Negara

Pengadilan Negeri Umum/Sipil

Pengadilan Negeri

Pengadilan Militer

Pengadilan Tata Usaha Negara

Berdasarkan bagan di atas, badan peradilan dapat diklasifikasikan berdasarkan tigkatannya, sebagai berikut: a. Pengadilan Sipil, terdiri dari :

1). Pengadilan Umum

Adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. (dalam UU RI No. 8 tahun 2004 tentang Perubahan atas UU RI No. 2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum).

Pengadilan Negeri (Berkedudukan di Kabupaten/Kota)

Pengadilan negeri adalah pengadilan tingkat pertama, yang pertama kali mengadakan sidang perkara dalam lingkungan peradilan umum di wilayah hukum masing-masing (Kabupaten/Kota). Hakim disini, memeriksa fakta dan menetapkan hukumannya.

Pengadilan Tinggi (Berkedudukan di Provinsi)

Pengadilan Tinggi adalah pengadilan yang mengadili perkara pada tingkat banding, hakim sudah tidak lagi memeriksa fakta. Tetapi yang dinilai adalah penerapan hukum yang dilakukan oleh Pengadilan negeri.

Mahkamah Agung Tugas Mahkamah Agung berdasarkan Pasal 24 ayat (1) adalah :

a. Mengadili Tingkat Kasasi b. Menguji peraturan perundangan di bawah Undang-Undang

c. Wewenang lain yang diberikan Undang-Undang, yaitu : Memeriksa dan memutus (1) sengketa kewenangan mengadili baik berdasarkan daerah maupun jenis peradilannya (2) permohonan peninjauan kembali (PK) putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

2 ). Pengadilan Khusus Pengadilan Agama

Adalah pengadilan khusus bagi umat Islam untuk memeriksa dan memutuskan perkara nikah, talak, rujuk, waris, wakaf, hibah, dan wasiat. Lembaga yang termasuk dalam peradilan agama adalah : Pegadilan agama (tingkat Permata) dan Pengadilan Tinggi Agama (tingkat banding)

Pengadilan Adat Pengadilan Tata Usaha Negara (Administrasi Negara)

Adalah peradilan yang memiliki kewenangan mengadili perkara yaya usaha Negara, yaitu perkara gugatan seseorang terhadap putusan pehabat tata usaha Negara yang merugikan dan tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. Masalah-masalah yang menjadi jangkauan PTUN. Adalah sebagai berikut: (1) Bid. social (gugatan atau permohonan terhadap keputusan administrasi tentang penolakan permohonan

suatu izin) (2) Bidang Ekonomi (gugatan atau permohonan yang berkaitan dengan perpajakan, merk, agrarian, dsb) (3) Bidang Function Publique, (gugatan yang berhubungan dengan status atau kedudukan seseorang) (4) Bidang Hak Asasi Manusia, (gugatan yang berkaitan dengan pencabutan hak milik seseorang serta

penangkapan dan penahaan yang tidak sesuai dengan prosedur hukum.) b. Pengadilan Militer, terdiri dari : Adalah peradilan yang khusus mengadili perkara pidana dan tata usaha negara anggota militer Indonesia 1). Pengadilan Militer, merupakan peradilan tingkat pertama, untuk perkara pidana yang dilakukan oleh terdakwa

yang berpangkat kapten kebawah 2). Pengadilan Militer Tinggi, merupakan pengadilan tingkat banding untuk perkara yang diputus pada tingkat pertama; juga merupakan pengadilan tingkat pertama untuk perkara pidana yang dilakukan oleh terdakwa yang berpangkat Mayor ke atas dan gugatan sengketa tata usaha Negara militer.

3). Pengadilan Militer Utama, merupakan pengadilan tingkat banding untuk perkara pidana dan sengketa tata usaha militer yang diputus pada tingkat pertama oleh pengadilan Militer tinggi.

4). Pengadilan Militer Pertempuran, merupakan pengadilan tingkat pertama dan terakhir dalam mengadili perkara pidana yang dilakukan oleh perajurit di daerah pertempuran.

C. MENUNJUKKAN SIKAP YANG SESUAI DENGAN KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU Sikap yang mendukung ketentuan hukum antara lain adalah sikap terbuka, sikap objektif, dan sikap mengutamakan kepentingan umum. Adapun sikap yang sesuai dengan ketentuan hukum diantaranya adalah :

1. Memperkuat Budaya Hukum Neburut L. Friedman (Amerika Serikat), Budaya hukum ini seperti oli pada sebuah mesin.

2. Peningkatan Kesadaran Hukum 3. Peningkatan Pelayanan dan Penegakan Hukum