Peningkatan Logika Berpikir Sains Siswa melalui Konsep Tekanan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

(1)

MELALUI KONSEP TEKANAN DENGAN METODE

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana pendidikan

Oleh :

Desi Wulandari 4201401012

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2006


(2)

ii

Desi Wulandari, 2006. “Peningkatan Logika Berpikir Sains Siswa melalui Konsep Tekanan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw“. Skripsi Jurusan Fisika. Program studi Pendidikan Fisika. Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang.

Penelitian tindakan kelas tentang meningkatkan logika berpikir sains melalui pembelajaran tekanan dengan motode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw telah dilaksanakan di MTs Al huda Reban Kab. Batang. Penelitian ini dilaksanakan karena pada kenyataannya logika berpikir sains siswa khususnya fisika masih kurang hnya sampai tingkat pemahaman, hal ini tampak pada hasil ulangan konsep gaya dan percepatan rata-rata 69. Selain itu pengajaran masih berpusat pada guru, sehingga siswa kurang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui logika berpikir siswa yang dapat dilihat dari hasil belajar konsep tekanan pada siswa kelas VII MTs Al Huda Reban dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII Mts Al Huda Reban tahun pelajaran 2004/2005 yang sedang menempuh semester II dengan jumlah siswa 40 orang, terdiri dari 24 siswa putra dan 16 siswa putri. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif yaitu (afektif, psikomotorik dan kognitif) dan data kualitatif (angket), instrumen yang digunakan adalah tes kognitif, lembar observasi afektif dan psikomotorik, dan lembar angket.

Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai 85% dengan skor rata-rata 70,25, dengan rincian pada C1 mencapai ketuntasan 100%, C2 98% dan C3 88%, aspek afektif rata-rata 72,5 dan aspek psikomotorik rata-rata 73,125. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 90% dengan nilai rata-rata 74, dengan rincian pada C1 mencapai ketuntasan 100%, C2 100% dan C3 97%, aspek afektif rata-rata 75,313 dan aspek psikomotorik rata-rata 75,625.

Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu meningkatkan logika berpikir sains siswa. Disarankan kepada guru agar mengupayakan penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw pada konsep tekanan atau konsep yang sejenis.


(3)

iii

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, pada:

Hari : Senin

Tanggal : 27 Februari 2006

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam Supardi, M.S Drs. M. Sukisno, M.Si

NIP. 130781011 NIP. 130529522

Pembimbing I Anggota Penguji

Drs. Sri Hendratto 1. Dr. Hartono, M.Pd

NIP. 130367992 NIP. 131568878

Pembimbing II 2. Drs. Sri Hendratto

NIP. 130367992

Drs. Hadi Susanto, M.Si 3. Drs. Hadi Susanto, M.Si


(4)

iv

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan hasil karya orang lain.

Semarang, Pebruari 2006

Desi Wulandari


(5)

v

Motto

Bukan kesenangan dan bukan pula kesengsaraan tujuan hidup kita, melainkan berbuat dan berjuang agar supaya setiap hari kita lebih maju daripada hari kemarinnya (Longfellow)

Selalu ikhtiar, berdoa dan tawakal (Penulis)

Persembahan :

1. Ayah dan ibu tercinta terima kasih atas kasih sayang dan doa’nya

2. Mbak Eri tersayang

3. Mas Didik, terima kasih atas semangat dan bantuannya

4. Teman-teman angkatan 2001 dan sahabat-sahabatku Villa Gress 5. Almamaterku


(6)

vi

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peningkatakan Logika Berpikir Sains Siswa melalui Konsep Tekanan dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw“.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah berkenan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

3. Ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin pada penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sri Hendratto, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hadi Susanto, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepala MTs Al Huda Reban yang telah berkenan memberikan ijin untuk mengadakan penelitian guna penyusunan skripsi ini.


(7)

vii

penyusunan skripsi ini, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran dari pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi kita semua.

Semarang, Pebruari 2006


(8)

viii

HALAMAN JUDUL ...i

ABSTRAK ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

PERNYATAAN ...iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Sistematika Penulisan Skripsi ... 4

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 6

A. Landasan Teori ... 6

1. Proses Pembelajaran ... 6

2. Pembelajaran Kooperatif ... 10


(9)

ix

B. Hipotesis Tindakan ... 20

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 21

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 21

B. Faktor yang diteliti ... 21

C. Rencana Penelitian ... 21

D. Prosedur Penelitian ... 22

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Teknik Analisa Data ... 28

G. Indikator Kinerja ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Siklus I ... 31

B. Silus II ... 34

BAB V PENUTUP... 39

A. Simpulan ... 39

B. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40


(10)

x

2.1 Nilai perkembangan individu ... 15

2.2 Jenjang Penghargaan Kelompok... 16

2.3 Tingkat CognitiveDomain ... 18

4.1 Hasil pretes dan postes pada materi tekanan pada benda padat dan gas 31

4.2 Hasil observasi aspek afektif siswa materi tekanan pada benda padat dan gas…... 32

4.3 Hasil observasi aspek psikomotorik siswa materi tekanan pada benda padat dan gas ... 32

4.4 Hasil angket siswa materi tekanan pada benda padat dan gas... 34

4.5 Hasil postes siklus I, pretes dan postes materi tekanan pada benda cair 35 4.6 Hasil observasi aspek afektif siswa materi tekanan pada benda cair ... 35

4.7 Hasil observasi aspek psikomotorik siswa materi tekanan pada benda cair... 36

4.8 Hasil angket siswa pada siklus II... 36

4.9 Hasil analisis postes siklus I ... 37

4.10 Hasil analisis postes siklus II ... 37


(11)

xi

1. Ilustrasi kelompok jigsaw ...13 2. Alur penelitian tindakan kelas ... 27


(12)

xii

1. Data awal studi siswa ... 42

2. Perhitungan validitas soal ... 43

3. Perhitungan reliabilitas soal ... 45

4. Perhitungan tingkat kesukaran soal ... 46

5. Perhitungan daya pembeda soal ... 47

6. Hasil analisis uji coba soal ... 48

7. Silabus ... 54

8. Rencana Pembelajaran ... 55

9. Lembar kerja siswa Siklus I ... 59

10. Lembar kerja siswa Siklus II ... 65

11. Lembar kerja siswa Pengganti ... 71

12. Kisi-kisi soal instrumen tes ... 86

13. Soal-soal instrumen tes ... 89

14. Kunci jawaban instrumen tes ... 103

15. Lembar observasi siswa (afektif dan psikomotorik) ... 105

16. Lembar angket ... 109

17. Analisis hasil instrumen (kognitif, afektif dan psikomotorik)... 110

18. Tabel perkembangan individu dan kelompok ... 122

19. Foto-foto penelitian ... 123

20. Daftar nama siswa kelas VII MTs Al Huda Reban ... 126

21. Usulan pembimbing ... 127

22. Permohonan ijin penelitian ... 128


(13)

1 A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat. Akibat kedua fenomena ini antara lain memunculkan persaingan dalam berbagai bidang kehidupan terutama lapangan pekerjaan. Untuk menghadapi tantangan berat ini dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan adanya mutu pendidikan (Darsono, 2000: 1).

Sains adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, pengalaman melalui proses ilmiah. Tujuan pembelajaran Sains khususnya fisika adalah pembelajaran yang diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar aktif baik fisik, mental intelektual, maupun sosial untuk memahami konsep-konsep fisika. Dalam pelajaran fisika banyak dibahas teori dan hal-hal yang bersifat abstrak sehinga memerlukan kemampuan penalaran yang tinggi dalam pemecahannya, yang menuntut siswa untuk berpikir kreatif. Dalam berpikir kreatif, siswa harus punya keterampilan dan kecakapan yang mencakup kemampuan penalaran, komunikasi dan pemecahan masalah.

Para konstruktivis berpendapat bahwa sebelum pembelajaran di sekolah, siswa telah memiliki konsepsi awal yang diperoleh dari pengalamannya dan siswa memperoleh pengetahuan yang banyak di luar sekolah secara alamiah. Untuk memecahkan masalah pembelajaran yang


(14)

demikian, perlu dilakukan upaya pengembangan pembelajaran. Pengembangan pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang inovatif yang dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika dan sekaligus dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta dapat memberikan iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar siswa.

Di MTs Al Huda Reban, pembelajaran konsep tekanan mengalami kesulitan, terlihat dari tingkat pemahaman siswa masih kurang, hanya sampai pada tingkat pemahaman. Serta hasil ulangan harian konsep gaya dan percepatan mempunyai nilai rata-rata 69 . Gaya yang bekerja pada benda dapat menimbulkan perubahan gerak dan (atau) bentuk suatu benda jika gaya yang diberikan atau yang bekerja lebih besar daripada gaya lain yang mempengaruhi benda tersebut, sedangkan tekanan adalah besar gaya yang bekerja pada satu satuan luas (Mangunwiyoto, 2000: 63), sehingga antara konsep gaya dan tekanan saling berkaitan. Pada standar kompetensi kurikulum 2004 disebutkan bahwa pembahasan konsep tekanan memiliki kompetensi dasar dapat mendiskripsikan tekanan pada benda padat, cair dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2003: 15).

Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk meningkatakan pemahaman berpikir siswa dalam pembelajaran konsep tekanan di kelas VII MTs Al Huda Reban, dengan suatu pendekatan pembelajaran yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan


(15)

materi terbukti berhasil dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.

Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran yang kooperatif dan fleksibel. Pembelajaran tipe jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran sendiri dan pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lainnya dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Bertolak dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengembangkan perangkat pembelajaran fisika pada konsep tekanan yang berorientasi pada pendekatan keterampilan proses dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan timbul permasalahan: Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan logika berpikir sains bagi siswa kelas VII MTs Al Huda Reban pada konsep tekanan.


(16)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pencapaian logika berpikir sains dalam konsep tekanan siswa kelas VII MTs Al Huda Reban dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Siswa dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kerjasama secara kooperatif akibat proses belajar dalam kelompok yang dilakukan dengan cara bertemu muka dan berdiskusi antar anggota kelompok.

2. Guru dapat menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk pokok bahasan yang lain.

3. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pada pihak sekolah untuk memperbaiki pembelajaran, khususnya fisika.

E. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian awal, bagian isi dan bagian akhir skripsi.

1. Bagian Awal

Bagian awal skripsi terdiri dari: halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.


(17)

2. Bagian Isi

BAB I: Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika skripsi. BAB II: Landasan teori dan hipotesis tindakan berisi tentang hal-hal mengenai pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan hipotesis.

BAB III: Metode Penelitian berisi lokasi penelitian dan subjek penelitian, faktor yang diteliti, rencana penelitian, prosedur penelitian, metode pengumpulan data, teknik analisa data dan indikator kinerja.

BAB IV: Hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian.

BAB V: Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran. 3. Bagian Akhir

Bagian akhir skripsi terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan surat ijin penelitian.


(18)

6

A. Landasan Teori

1. Proses Pembelajaran

Pada proses pembelajaran mengandung dua kegiatan yaitu belajar dan pembelajaran, kedua kegiatan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Belajar didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sebagainya. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu usaha perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik fisik, mental dan dana. Aspek fisik meliputi panca indera, otak dan anggota tubuh lainnya, sedangkan aspek mental dan kejiwaan berupa intelegensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya (Dalyono, 1997: 49).

Selain kegiatan belajar, proses pembelajaran atau proses belajar mengajar mengandung kegiatan pembelajaran. Menurut Darsono (2000: 24), pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik. Pembelajaran dilakukan bertujuan untuk membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah


(19)

laku siswa bertambah baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku ini meliputi pengetahuan, ketrampilan dan norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.

Dalam kegiatan belajar ada suatu tujuan yang dicapai yaitu hasil belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Darsono, 2000: 27-30) yaitu :

a. Kesiapan belajar

Kesiapan fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar, Sikap guru yang penuh pengertian dan mampu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan implikasi dari prinsip belajar kesiapan ini.

b. Perhatian

Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada objek. Belajar sangat membutuhkan perhatian dari siswa yang belajar.

c. Motivasi

Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif, saat orang melakukan aktivitas.

d. Keaktifan siswa

Siswa harus aktif, mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.


(20)

e. Mengalami sendiri

Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri akan memebrikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.

f. Pengulangan

Dengan mengulang-ulang materi yang dipelajari, materi tersebut makin mudah diingat.

g. Balikan dan penguatan

Dengan balikan, siswa mengetahui sejauh mana kemampuannya, kekuatan dan kelemahannya. Penguatan (reinforcement) adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu tindakan belajar. h. Perbedaan individual

Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun tingkat kemampuan minat belajar perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran agar perkembangan siswa tetap berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Proses pembelajaran dapat berlangsung apabila ada interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Menurut Vygotsky belajar merupakan suatu perkembangan pengertian. Komunikasi verbal dengan orang dewasa atau orang yang dianggap lebih mengetahui akan mengembangkan pengertian tersebut. Seperti halnya pandangan konstruktivis sosiokultur, Vygotsky menekankan pentingnya keaktifan


(21)

seseorang dalam belajar. Teori kontruktivis Vygotsky memanadang bahwa fungsi kognisi manusia berkembang dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konteks budaya, interaksi sosial khususnya melalui dialog dan komunikasi verbal berpengaruh terhadap pembelajaran seseorang (Suparno, 1996: 45-46).

Penganut paham konstruktivis menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya melalui pembentukan kelompok belajar. pada saat berinteraksi dengan teman sebaya siswa akan mengalami gangguan informasi, sehingga memakasa siswa untuk mengadaptasikan pemahamannya agar sesuai dengan informasi yang diterima, dengan menjelaskan pengetahuannya pada siswa lain, sekaligus menguji kesesuaian pemahamannya. Saat siswa mencoba memahami penjelasan temannya, individu tertantang untuk menyesuaikan pemahaman dengan informasi yang diterimanya ke dalam struktur kognitif yang sudah dimilikinya.

Dalam proses pembelajaran tugas pengajar adalah membantu seseorang untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Mengajar bukanlah mentransfer pengetahuan dari orang yang sudah tahu kepada yang belum tahu, dalam hal ini penyediaan prasarana dan situasi yang memungkinkan dialog secara kritis perlu dikembangkan. Tugas pengajar lebih sebagai mitra yang aktif bertanya, untuk merangsang penalaran siswa dengan membiarkan siswa mengungkapkan gagasan dan konsepnya.


(22)

Dalam pembelajaran seringkali kelas didominasi oleh siswa pandai, sedangkan kelompok sedang apalagi kelompok kurang pandai tidak begitu nampak perananya dalam pembelajaran, sehingga perlu usaha untuk melibatkan ketiga kelompok ini untuk ikut serta dalam proses pembelajaran. Cara yang lebih efektif yaitu melibatkan seluruh anggota kelompok dalam kegiatan pembelajaran, cara tersebut lazim dikenal dengan pembelajaran kooperatif.

2. Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode (strategi) pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan saling membantu untuk memaham suatu bahan pembelajaran. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi dan saling membantu teman sekelompok mencapai ketuntasan.

Pada pembelajaran kooperatif, guru berperan membantu siswa untuk mengembangkan ketrampilan melalui interaksi dengan kelompok. Pembelajaran kooperatif memupuk pembentukan kelompok kerja dengan lingkungan positif, meniadakan persaingan individu dan isolasi di lingkungan akademik. Tiga konsep utama karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Slavin (1995: 5) adalah penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu dan kesempatan yang sama untuk berhasil.


(23)

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan . Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran setiap anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling mendukung, saling membantu dan saling peduli. Pembelajaran kooperatif menggunakan metode penilaian untuk menentukan nilai perkembangan individu yang didasarkan pada peningkatan nilai pre tes yang diperoleh siswa, sehingga setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang atau tinggi memperoleh kesempatan yang sama untuk berhasil dan berbuat sesuatu yang baik bagi kelompok. Lie (2002:30-36) menyebutkan ada lima unsur model pembelajaran kooperatif menurut Roger dan David, yaitu:

a. Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri sehingga anggota lain dapat mencapai tujuan.

b. Tanggung jawab perseorangan

Tugas dan pola penilaian menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning memacu siswa merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.


(24)

c. Tatap muka

Kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi, akan membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih sempurna daripada hasil pemikiran satu orang.

d. Komunikasi antar anggota

Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesadaran setiap anggotanya untuk saling mendengarkan dan saling mengutarakan pendapat.

e. Evaluasi proses kelompok

Proses kerja kelompok dan hasil kerja sama perlu dievaluasi sehingga pada tahap selanjutnya dapat terjalin kerjasama yang efektif.

3. Pembelajaran Koperatif Tipe Jigsaw

Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran yang kooperatif dan fleksibel. Pembelajaran tipe jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran sendiri dan pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lainnya dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.


(25)

Tipe jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran di mana siswa belajar secara kelompok / tim, yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang heterogen. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan itu, kemudian mengajarkan materi tersebut kepada teman sekelompoknya yang lain (Ibrahim, 2000: 22). Pada metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut:

Keterangan ilustrasi kelompok jigsaw:

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.

Kelompok Asal

A1 B1 C1D1E1

A2 B2 C2D2E2

A3 B3 C3D3E3

A4 B4 C4D4E4

A5 B5 C5D5E5

A1 A2 A3A4A5

Kelompok Ahli

Gambar.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw

I II IIIIII IV V

Kembali ke kelompok asal


(26)

Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula (asal) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya, apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:

a. Persiapan 1) Materi

Materi pembelajaran tipe jigsaw dirancang sedemikan rupa untuk pembelajaran secara berkelompok. Selama mengajarkan materi pembelajaran, dibuat lembar kerja siswa yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok kooperatif.

2) Menetapkan siswa dalam kelompok

Kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.

Kelompok asal dalam hal ini beranggotakan 4-6 orang, yang terdiri dari siswa pandai, sedang dan rendah. Selain itu guru memperhatikan kriteria heteroginitas lainnya, misalnya jenis kelamin dan latar belakang sosial.

b. Tahap Pembelajaran (Presentasi Pembelajaran)

Pelajaran dalam metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa dan memotivasi siswa untuk belajar. Langkah ini diikuti dengan


(27)

penyampaian informasi sering dalam bentuk teks. Selanjutnya siswa diorganisasi dalam kelompok-kelompok belajar. Para anggota dari kelompok yang berbeda, dengan topik yang sama bertemu untuk berdiskusi (antar ahli) saling membantu satu sama lainnya, tentang topik pembelajaran yang ditugaskan pada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali ke kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya tentang apa yang mereka pelajari sebelumnya.

c. Evaluasi Mandiri

Setelah selesai menjelaskan pembelajaran, siswa harus menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama bekerja dalam kelompok dengan menggunakan prestasi belajar secara individual. Hasil dari tes hasil belajar, digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan menentukan skor kelompok.

Tabel 2.1

Nilai perkembangan individu

Skor Tes Nilai Perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 1 hingga 10 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30 (Slavin, 1995: 80)

d. Tahap Perkembangan Kelompok

Setelah melakukan tes dan perhitungan nilai perkembangan individu dilakukan perhitungan nilai kelompok dengan cara menjumlahkan nilai individu setiap anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota.


(28)

Tabel 2.2

Jenjang penghargaan kelompok

Kriteria (nilai rata-rata) Penghargaan

15 GOODTEAM 20 GREATTEAM 25 SUPERTEAM (Slavin, 1995: 80)

e. Menghitung Ulang Skor

Setelah satu siklus penilaian, dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal baru siswa.

4. Logika Berpikir

Logika berasal dari bahasa Yunani dari kata sifat ‘logika’ yang berhubungan dengan kata benda ‘logos’ yang berarti perkataan atau kata yang manifestasi dari pikiran manusia. Dengan demikian terdapatlah suatu jalinan kuat antara pikiran dan kata yang dimanifestasikan dalam bahasa. Secara etimotologis dapatlah diartikan bahwa logika itu ilmu yang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa (Burhanudin, 1988:1).

Logika sebagai istilah berarti suatu metoda atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran. Penalaran adalah suatu bentuk pemikiran (R.G. Soekadijo, 1994: 3).

Dengan berpikir atau bernalar, merupakan suatu bentuk kegiatan akal/ratio manusia dengan mana pengetahuan yang kita terima melalui panca indera diolah dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran.

Aktivitas berfikir adalah berdialog dengan diri sendiri dalam batin yang manifestasinya ialah mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, menunjukkan alasan-alasan, membuktikan sesuatu, menggolong-golongkan, membanding-bandingkan, menarik kesimpulan,


(29)

meneliti suatu jalan pikiran, mencari kausalitasinya, membahas secara realitas dan lain-lain. Di dalam aktivitas berpikir itulah ditunjukkan dalam logika wawasan berpikir yang tepat atau ketepatan pemikiran/kebenaran berpikir yang sesuai dengan penggarisan logika yang disebut berpikir logis.

Suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan pengetahuan disebut penalaran. Pada hakekatnya manusia itu adalah makhluk yang berpikir, bernalar, beremosi, bersikap dan beramal. Sikap dan pengalamannya bersumber pada pengetahuannya melalui aktifitas berpikir, bernalar dan beremosional.

Berpikir adalah suatu aktivitas untuk menemukan pengetahuan yang benar aktivitas proses berpikir manusia guna menghasilkan pengetahuan yang berbeda-beda. Jadi, setiap jalan pikiran manusia memiliki kriteria kebenaran sebagai landasan bagi proses penemuan kebenaran itu. Berpikir merupakan suatu proses mental dalam membuat reaksi, baik terhadap benda, tempat, orang maupun peristiwa. Kemampuan berpikir banyak ditunjang oleh faktor latihan (Burhanudin, 1998: 2-8).

Taksonomi Bloom’s pada dasarnya adalah taksonomi tujuan pendidikan, yang menggunakan pendekatan psikologik, yakni pada dimensi psikologik apa yang berubah pada peserta didik setelah ia memperoleh pendidikan itu. Bloom’s membagi tujuan belajar pada tiga domain, yaitu cognitive domain, affektif domain dan psycho-motor domain.


(30)

Aspek kognitif atau lebih dikenal dengan kemampuan berpikir, meliputi kemampuan meghafal, kemampuan memahami, kemampuan menerapkan, kemampuan menganalisis, kemampuan mensintesis dan kemampuan mengevaluasi. Kemampuan yang penting pada aspek kognitif adalah kemampuan menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada di kehidupan. Kemampuan ini sering disebut pula dengan kemampuan menstransfer pengetahuan ke berbagai situasi dengan konteksnya (Priatingsih, 2004: 3).

Tabel 2.3

Tingkat CognitiveDomain Tingkat/hasil

belajar

Ciri-cirnya Ingatan

(Knowledge)

• Jenjang belajar terendah

• Kemampuan mengingat kata-kata

• Kemampuan menghafalkan rumus, definisi, prinsip, prosedur

• Dapat mendiskripsikan. Pemahaman

(Comprehension)

• Mampu menerjemahkan (pemahaman

terjemahan)

• Mampu menafsirkan, mendiskripsikan secara verbal

• Pehaman ektrapolasi

• Mampu membuat estimasi Aplikasi

(Application)

• Kemampuan menerapkan materi pelajaran dalam situasi baru

• Kemampuan menetapkan prinsip atau generalisasi pada situasi baru

• Dapat menyusun problema-problema sehingga dapat menetapkan generalisasi

• Dapat mengenali hal-hal yang menyimpang dari prinsip dan generalisasi

• Dapat mengenali fenomena baru dari prinsip dan generalisasi

• Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan dari prinsip dan generalisasi

• Dapat menentukan tindakan tertentu berdasarkan dari prinsip dan generalisasi


(31)

• Dapat menjelaskan alasan penggunaan prinsip dan generalisasi

Analisis (Analysis)

• Dapat memisahkan suatu integritas menjadi unsur-unsur, menghubungkan antar unsur, dan mengorganisasikan prinsip-prinsip

• Dapat mengklasifikasikan prinsip-prinsip

• Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu

• Meramalkan kualitas/kondisi

• Mengetengahkan pola tata hubungan, atau sebab akibat

• Mengenal pola dan prinsip-prinsip organisasi materi yang dihadapi

• Meramalkan dasar sudut pandangan atau kerangka acuan dari materi

Sintesis (Syntesis)

• Menyatukan unsur-unsur, atau bagian-bagian menjadi satu keseluruhan

• Dapat menemukan hubungan yang unik

• Dapat menentukan langkah yang konkrit

• Dapat mengabstraksikan suatu gejala, hipotesa, hasil penelitian, dan sebagainya

Evaluasi (Evaluation)

• Dapat menggunakan kriteria internal, dan kriteria eksternal

• Evaluasi tentang ketetapan suatu karya/dokumen (kriteria internal)

• Evaluasi tentang keajegan dalam memberikan argumentasi (kriteria internal)

• Menentukan nilai/sudut pandang yang dipakai dalam mengambil keputusan (kriteria internal)

• Membandingkan karya-karya yang relevan (eksternal)

• Mengevaluasi suatu karya dengan kriteria eksternal

• Membandingkan sejumlah karya dengan sejumlah kriteria eksternal

(Thoha, 2001: 28-29)

5. Pembelajaran Konsep Tekanan

Dalam standar kompetensi SMP dan MTs mata pelajaran sains pengajaran fisika kelas VII, materi tekanan mempunyai standar kompetensi agar siswa dapat menerapkan konsep tekanan dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Dari standar kompetensi di atas jelaslah


(32)

bahwa dalam mempelajari konsep tekanan tidak hanya bertujuan agar siswa memperoleh pengetahuan tentang tekanan tetapi juga dituntut mampu menerapkannya dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Untuk mecapai tujuan tersebut perlu suatu strategi pembelajaran agar pembelajaran lebih bermakna (Depdiknas, 2003: 15).

B. Hipotesis Tindakan

Dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pemahaman/logika berpikir siswa terhadap konsep tekanan dapat ditingkatkan sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar fisika pada konsep tekanan siswa kelas VII MTs Al Huda Reban.


(33)

21

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas dengan judul “peningkatan logika berpikir sains siswa melalui konsep tekanan dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw“ dilaksanakan sejak bulan mei sampai juni 2005 di MTs Al Huda Reban, dengan subjek penelitian adalah kelas VII dengan jumlah 40 orang siswa terdiri dari 24 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan.

B. Faktor yang Diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini meliputi:

1. Faktor siswa: akan diselidiki kondisi awal siswa dengan menggunakan pre-tes dan menganalisis hasil belajar siswa dengan menggunakan pospre-tes setelah dilakukan pembelajaran “kooperatif tipe jigsaw“.

2. Faktor pelaksanaan proses pembelajaran: melakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran dengan mengamati kondisi kelas dan interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.

C. Rencana Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diteliti. Tiap siklus pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan yaitu:


(34)

1. Perencanaan yaitu merencanakan waktu penelitian, penyusunan kisi-kisi dan butir soal, pembuatan RP, menyiapkan media pembelajaran

2. Pelaksanaan tindakan yaitu melaksanakan penelitian tindakan kelas sesuai dengan prosedur tindakan yang diterapkan

3. Observasi yaitu uraian tentang hasil observasi dan penafsiran data hasil pelaksanaan

4. Refleksi yaitu uraian tentang hasil observasi dan evaluasi proses tindakan. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai dasar perbaikan siklus II dan seterusnya

(Priyono, 2000: 10)

D. Prosedur Penelitian

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut: a. Menyusun standar kompetensi (lampiran 7)

b. Membuat skenario pembelajaran “Kooperatif Tipe Jigsaw” (lampiran 8) c. Menyusun pretes dan postes (penyusunan kisi-kisi(lampiran 10) dan

penyusunan soal (lampiran 11))

Soal-soal diujicobakan pada 38 siswa kelas II. Hasil uji coba dianalisis validitas, reabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.

1) Validitas

Uji validitas digunakan rumus sebagai berikut (Suherman dan Yaya, 1990: 163):


(35)

q p s x x t t p pbi − = γ Keterangan; p

x = Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal

t

x = Rata-rata skor total

t

s = Standar deviasi skor total

p = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal q = Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal Kriteria:

Apabila γpbi > rtabel, maka butir soal valid.

Hasil analisis validitas soal diketahui bahwa soal yang valid adalah soal no 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 45, 47, 48, soal yang tidak valid adalah soal no 1, 2, 3, 10, 12, 18, 20, 29, 34, 35, 42, 44, 46, 49, 50 (Lampiran 6).

2) Reabilitas

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Suherman dan Yaya, 1990: 189):

(

)

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = 2 11 1 1 t t t s n x n x n n r Keterangan:


(36)

t

x = Rata-rata skor total 2

t

s = Varians total Kriteria:

Apabila r11 > rtabel, maka instrument tersebut reliable.

Hasil analisis diperoleh bahwa r11 > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa semua soal reliabel (lampiran 6).

3) Tingkat Kesukaran

Taraf kesukaran dihitung dengan rumus (Suherman dan Yaya, 1990: 213):

B A

B A

JS JS

JB JB IK

+ + =

Keterangan:

IK = Indeks kesukaran

JBA = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas JBB = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah JSA = Banyaknya siswa pada kelompok atas

JSB = Banyaknya siswa pada kelomok bawah Kriteria:

Interval IK Kriteria

IK = 0,00 0,00 < IK ≤ 0,30 0,30 < IK ≤ 0,70 0,70 < IK ≤ 1,00 IK = 1,00

Terlalu sukar Sukar Sedang Mudah Terlalu Mudah


(37)

Hasil analisis tingkat kesukaran soal diketahui bahwa soal dengan kriteria mudah adalah soal no 9, 37 soal dengan kriteria sedang adalah soal no 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 33, 34, 36, 38, 40, 42, 44, 45, 47, 48, 50 dan soal dengan kriteria sukar adalah soal no 1, 10, 14, 16, 28, 31, 32, 35, 39, 41, 43, 46 dan 49 (lampiran 6).

4) Daya Pembeda

Menghitung uji daya pembeda dengan rumus sebagai berikut (Suherman dan Yaya, 1990: 201):

A B A

JS JB JB

DP= −

Keterangan:

DP = Daya Pembeda

JBA = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas JBB = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah JSA = Banyaknya siswa pada kelompok atas

Kriteria:

Interval DP Kriteria

DP≤ 0,00 0,00 < DP≤ 0,20 0,20 < DP≤ 0,40 0,40 < DP≤ 0,70 0,70 < DP≤ 1,00

Sangat jelek Jelek Cukup

Baik Sangat Baik

Hasil analisis butir soal diketahui bahwa soal dengan daya pembeda baik adalah soal no 11, 15, 19, 21, 22, 25, 26, 30, 31, 33, 36, 38, 40,


(38)

45, 47, soal dengan daya pembeda cukup adalah soal no 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 13, 14, 16, 17, 18, 23, 24, 27, 28, 29, 32, 34, 39, 41, 42, 43, 48, 49, 50, soal dengan daya pembeda jelek adalah soal no 12, 20, 37, 44, 46, dan soal dengan daya pembeda sangat jelek adalah soal no 1, 3, 10 dan 35 (Lampiran 6).

d. Mendesain pedoman pemantauan keaktifan dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran “Kooperatif Tipe Jigsaw” untuk individu maupun kelompok dengan menggunakan lembar observasi (lampiran 13)

e. Menyusun lembar angket (lampiran 14) f. Melaksanakan pretes

1) Menganalisis nilai hasil ulangan harian fisika bab gaya dan percepatan sebagai acuan dalam menempatkan siswa pada kelompok asal dan kelompok ahli

2) Menganalisis hasil prates sebagai skor dasar dalam menentukan nilai perkembangan pada siklus pertama

3) Menyusun lembar kerja/tugas bagi siswa

g. Menyiapkan media dan alat bantu yang dibutuhkan

h. Memberikan pengarahan kepada siswa tentang operasional pembelajaran “Kooperatif Tipe Jigsaw”


(39)

2. Pelaksanaan Refleksi awal pembelajaran fisika di MTs Al Huda Reban

Permasalahan:

1. Guru mengajar cenderung menggunakan metode konvesional

2. Pemahaman siswa kurang 3. Nilai ulangan harian cukup

Perencanaan tindakan I:

1.Menyiapkan RP yang berisi kegiatan percobaan dan diskusi dengan panduan LKS

2. Menyiapkan LKS dengan diberi apersepsi agar siswa termotivasi untuk melakukan kegiatan

3. Menyiapkan soal

4. Menyiapkan lembar observasi

Pelaksanaan tindakan I:

1. Pretes dengan ketuntasan klasikal 7,5%

2. Pemberian materi tekanan pada benda padat dan gas

dengan metode jigsaw

•Penyusunan kelompok asal dan kelompok ahli

•Kegiatan kelompok ahli

•Melakukan percobaan

•Diskusi

•Menarik kesimpulan

•Review

•Kembali ke kelompok asal

•Memberikan informasi kepada kelompok asal

3. Memberikan lembar angket

4. Postes dengan ketuntasan klasikal 80%

Observasi tindakan I:

Mengamati pelaksanaan kegiatan PBM yaitu kegiatan pada kelompok ahli dan kelompok asal

Refleksi I:

1. Pemahaman berpikir siswa mencapai ketuntasan klasikal yaitu 85% 2. Interaksi siswa sudah mulai aktif 3. Siswa masih mengalami kesulitan saat

menyimpulkan hasil percobaan

Perencanaan tindakan II:

1. Menyiapkan RP yang berisi

kegiatan percobaan dan diskusi dengan panduan LKS

2. Menyiapkan LKS dengan

langkah kerja yang lebih sederhana

3. Menyiapkan soal

4. Menyiapkan lembar observasi

Pelaksanaan tindakan II:

1. Pretes dengan ketuntasan klasikal10%

2. Pemberian materi tekanan pada benda cair dengan metode

jigsaw lebih dioptimalkan

•Kegiatan kelompok ahli lebih diaktifkan

•Saat diskusi guru memberikan motivasi agar siswa bertanya

•Menarik kesimpulan

•Review

•Kembali ke kelompok asal

•Memberikan informasi kepada kelompok asal

3. Memberikan lembar angket pada siswa diakhir pembelajaran

4. Postes dengan ketuntasan klasikal 90%

Observasi tindakan II:

Mengamati pelaksanaan kegiatan PBM yaitu kegiatan pada kelompok ahli dan kelompok asal

Refleksi II:

1. Pemahaman berpikir siswa

meningkat, diketahui dari hasil tes meningkat dari tindakan I dan mencapai ketuntasan klasikal 90% 2. Interaksi siswa sudah aktif


(40)

E. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Al Huda Reban serta lingkungan yang mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

2. Jenis data

Jenis data dalam penelitian ini meliputi data kuantitatif dan data kualitatif.

3. Cara pengambilan data

a.Data logika berpikir siswa diperoleh dengan menggunakan pretes dan postes setelah proses pembelajaran.

b.Data hasil pengamatan psikomotorik dan afektif siswa diperoleh melalui lembar observasi.

c.Data tanggapan siswa diperoleh melalui lembar angket.

F. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisa secara kuntitatif berupa nilai hasil pretes dan postes serta nilai hasil observasi dengan menggunakan statistik deskriptif dan untuk data kualitatif berupa kalimat yang menggambarkan hasil pengamatan observasi selama proses pembelajaran berlangsung.

Analisa data yang telah terkumpul dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Data hasil pretes dan postes

a. Membaca setiap jawaban siswa dan membandingkan dengan kunci jawaban


(41)

b. Memberikan skor pada hasil pekerjaan pretes dan postes siswa dengan skor yang diberikan 0 dan 1

c. Membandingkan nilai pretes dan postes untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan logika berpikir siswa

2. Data hasil observasi

Data hasil observasi meliputi data pengamatan afektif dan psikomotorik siswa dianalisis dengan menggunakan rumus:

100 _ _ x maksimal skor perolehan skor Nilai

=

Sedangkan prosentase tiap aspek dari pengamatan afektif dan psikomotorik siswa dianalisis dengan menggunakan rumus:

% 100 _ _ _ _ _ _ _ _ % x siswa seluruh maksimal skor perolehan siswa seluruh skor kemampuan tiap rata rata

= −

(Depdiknas, 2003: 15)

3. Data ketuntasan belajar siswa

Ketuntasan belajar siswa dihitung menggunakan rumus deskriptif prosentase sebagai berikut:

% 100 % x N n = Keterangan:

% = Prosentase

n = Jumlah skor nilai yang diperoleh dari data N = Jumlah skor maksimal

% 100 _ _ _ _ _ _ _ _ % x siswa seluruh maksimal skor perolehan siswa seluruh skor kemampuan tiap rata rata

= −


(42)

4. Merekapitulasi semua hasil perhitungan data dari tahapan 1 dan 2. Nilai rerata dihitung dengan rumus (Sudjana, 1996: 67):

N x X =

Keterangan:

X = Nilai rerata N = Banyaknya siswa

x = Jumlah nilai seluruh siswa

G. Indikator Kinerja

Kemampuan berpikir termasuk dalam kemampuan kognitif, maka indikator keberhasilan dalam penelitian ini menggunakan syarat batas tuntas nilai kognitif siswa yaitu mencapai 65% secara individual dan 85% secara klasikal (suatu kelas dapat dikatakan tuntas belajar jika kelas tersebut minimal 85% siswa telah mencapai ketuntasan belajar kelas) ( Mulyasa, 2004: 99).


(43)

31

Secara keseluruhan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, siklus I pada materi tekanan pada benda padat dan gas, sedangkan pada siklus II pada materi tekanan pada benda cair. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Hasil pada setiap siklus disajikan sebagai berikut.

A.Siklus I

Pada siklus I terjadi kenaikan nilai rata-rata siswa dari 48,25 menjadi 70,25 (tabel 4). Jumlah siswa yang memperoleh skor 65% atau lebih ada 34 siswa dari 40 siswa, prosentase jumlah siswa yang belajar tuntas secara klasikal adalah 85% (tabel 4.1). Dilihat dari prosentase tuntas belajar maka dapat dikatakan pada siklus I ini telah mencapai syarat batas tuntas belajar (lampiran 15).

Tabel 4.1

Hasil pretes dan postes pada materi tekanan pada benda padat dan gas

No Hasil tes fisika Pretes Postes

1 2

Rata-rata nilai tes Prosentase tuntas belajar

48,25 7,5 %

70,25 85 %

Hasil observasi aktifitas siswa, yaitu afektif dan psikomotorik siswa dalam proses belajar mengajar menunjukkan tingkat yang cukup baik yaitu pada aspek afektif rata-rata 72,5 (tabel 4.2). Hasil tersebut diperoleh dari hasil rata-rata observasi siswa saat kegiatan kelompok yaitu meliputi kerjasama dalam kelompok ahli dan kelompok asal, kedisiplinan, keaktifan menanggapi


(44)

pendapat orang lain, kelengkapan buku referensi dan keaktifan bertanya (lampiran 15).

Tabel 4.2

Hasil observasi aspek afektif siswa materi tekanan pada benda padat dan gas

No Aspek yang dinilai Prosentase (%)

1 2 3 4 5 6

Bekerjasama dalam kelompok ahli Bekerjasama dalam kelompok asal Kedisiplinan

Keaktifan menanggapi pendapat orang lain Kelengkapan buku referensi

Keaktifan bertanya

76,25 80 76,25

72,5 74,375 55,625

Rata-rata 72,5

Hasil observasi terhadap siswa pada aspek psikomotorik rata-rata 73,125 (tabel 4.3). Hasil tersebut diperoleh dari hasil rata-rata observasi pada siswa saat melakukan percobaan yaitu meliputi kegiatan mempersiapkan alat, merangkai/memasang alat, mengukur dan membaca hasil pengukuran (lampiran 15).

Tabel 4.3

Hasil observasi aspek psikomotorik siswa materi tekanan pada benda padat dan gas

No Aspek yang dinilai Prosentase (%)

1 2 3 4

Mempersiapkan alat Merangkai/memasang alat Mengukur

Membaca hasil pengukuran

78,125 76,875 74,375 63,125

Rata-rata 73,125

Pada saat melakukan kegiatan di kelompok ahli, yaitu saat melakukan percobaan dan berdiskusi antar kelompok ahli sudah cukup baik, akan tetapi banyak siswa yang masih belum berani untuk mengungkapkan hipotesis dan masih mengalami kesulitan saat menyimpulkan hasil percobaan.


(45)

Meskipun mengalami peningkatan skor yang cukup tinggi pada siklus I, akan tetapi ada yang perlu ditingkatkan maka perlu adanya siklus II. Adapun hal yang ditingkatkan pada siklus II dari aspek afektif yaitu kualitas dan kuantitas keaktifan bertanya pada siswa dan pada aspek psikomotorik yaitu pada saat membaca hasil pengukuran. Sesuai dengan pendapat Vigotsky dalam Suparno (1996: 46) bahwa fungsi kognitif dari seseorang akan berkembang dalam kegiatan belajar secara kelompok yaitu berpengaruh besar terhadap pembelajaran anggota kelompok, sehingga keaktifan anggota kelompok dalam belajar akan lebih baik.

Hasil angket siswa menunjukkan bahwa siswa yang tertarik mengikuti pembelajaran sebanyak 90% sedangkan yang tidak tertarik sebanyak 10% dari jumlah siswa. Hal ini dimungkinkan karena siswa merasa dipercaya dan bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan itu, kemudian mengajarkan materi tersebut kepada teman sekelompoknya yang lain, akan tetapi masih ada 32,5% siswa yang tidak menyukai suasana kelas dengan alasan suasana yang agak ramai pada saat kerja kelompok, sehingga guru perlu memberikan pengarahan atau penjelasan lebih lanjut tentang tujuan dilakukannya kerja kelompok supaya terjadi suasana saling bertukar pikiran dan komunikasi antar siswa. Dengan diberi pengertian tersebut diharapkan suasana kelas pada saat kerja kelompok dapat lebih terkendali dan tertib.


(46)

Tabel 4.4

Hasil angket siswa materi tekanan pada benda padat dan gas

No Keterangan Prosentase (%) Jumlah siswa

1 2 3 4 5 6

Sebelumnya mempelajari materi yang akan diajarkan oleh guru

Tidak

Tertarik mengikuti pembelajaran Tidak

Paham terhadap materi Tidak

Menyukai suasana kelas Tidak

Termotivasi dalam mengikuti pembelajaran

Tidak

Meningkatkan keaktifan di kelas Tidak 12,5 87,5 90 10 77,5 22, 5 67,5 32,5 80 20 62,5 37,5 5 35 36 4 31 9 27 13 32 8 25 15

B. Siklus II

Pada siklus II ini guru mencoba untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat pada siklus I antara lain dengan memberikan arahan kepada siswa supaya dalam kegiatan percobaan dan diskusi kelompok siswa menjadi lebih aktif dalam mengemukakan pendapat, bertanya, maupun menjawab pertanyaan yaitu dengan menunjuk siswa yang belum pernah mengajukan pendapat ataupun pentanyaan. Dalam kegiatan kelompok ahli yaitu pada saat melakukan percobaan guru mencoba memancing siswa untuk dapat menghipotesis dan menarik kesimpulan dengan memberikan bimbingan dan arahan yang sesuai dengan kejadian kehidupan sehari-hari.

Tindakan pada siklus II menunjukkan peningkatan nilai rata-rata siswa dari 70,25 pada siklus I menjadi 74 (tabel 4.5) dan jumlah siswa yang memperoleh skor 65% atau lebih ada 36 siswa dari 40 siswa, maka prosentase jumlah siswa yang tuntas belajar secara klasikal dari 85% (pada siklus I)


(47)

menjadi 90% (Tabel 4.5). Dilihat dari prosentase tuntas belajar maka dapat dikatakan pada siklus II ini telah mencapai syarat batas tuntas belajar (lampiran 15).

Tabel 4.5

Hasil postes siklus I, pretes dan postes materi tekanan pada benda cair No Hasil tes fisika Postes

siklus I Pretes siklus II Postes siklus II 1 2

Rata-rata nilai tes Prosentase tuntas belajar

70,25 85 % 48,83 10 % 74 90 % Hasil observasi aktifitas siswa, yaitu afektif dan psikomotorik siswa dalam proses belajar mengajar menunjukkan peningkatan yaitu pada aspek afektif rata-rata menjadi 75,313 (tabel 4.6). Pada aspek keaktifan bertanya sudah mengalami peningkatan dari 55,625% menjadi 63,75% (lampiran 15).

Tabel 4.6

Hasil observasi aspek afektif siswa materi tekanan pada benda cair

No Aspek yang dinilai Prosentase (%)

1 2 3 4 5 6

Bekerjasama dalam kelompok ahli Bekerjasama dalam kelompok asal Kedisiplinan

Keaktifan menanggapi pendapat orang lain Kelengkapan buku referensi

Keaktifan bertanya 79,375 81,25 79,375 73,125 75 63,75 Rata-rata 75,313

Hasil observasi terhadap siswa pada aspek psikomotorik rata-rata menjadi 75,625 (tabel 4.7). Pada aspek membaca hasil pengukuran mengalami peningkatan dari 63,125% menjadi 68,75%. Begitu halnya pada saat kegiatan percobaan siswa mejadi lebih aktif, lebih berani untuk mengungkapkan hipotesis sehingga saat menyimpulkan hasil percobaan lebih tepat (lampiran 15).


(48)

Tabel 4.7

Hasil observasi aspek psikomotorik siswa materi tekanan pada benda cair

No Aspek yang dinilai Prosentase (%)

1 2 3 4 Mempersiapkan alat Merangkai/memasang alat Mengukur

Membaca hasil pengukuran

81,25 77,5

75 68,75

Rata-rata 75,625 Hasil angket siswa menunjukkan bahwa siswa yang tertarik mengikuti

pembelajaran 95% dan yang menyukai suasana kelas mengalami peningkatan yaitu 67,5% (pada siklus I) menjadi 85% pada siklus II. Aspek-aspek aktifitas siswa menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih positif.

Tabel 4.8

Hasil angket siswa pada siklus II

No Keterangan Prosentase (%) Jumlah siswa 1 2 3 4 5 6

Sebelumnya mempelajari materi yang akan diajarkan oleh guru

Tidak

Tertarik mengikuti pembelajaran Tidak

Paham terhadap materi Tidak

Menyukai suasana kelas Tidak

Termotivasi dalam mengikuti pembelajaran

Tidak

Meningkatkan keaktifan di kelas Tidak 60 40 95 5 85 15 80 20 87,5 12,5 75 25 24 16 38 2 34 6 32 8 35 5 30 10


(49)

Hasil postes siklus I dapat diketahui bahwa pada C1 mencapai 100%, C2 98% dan C3 88% (Tabel 4.9).

Tabel 4.9

Hasil analisis postes siklus I

Taraf soal Jumlah soal % skor pencapaian % keberhasilan C1 C2 C3 C4 C5 C6 4 3 6 4 2 1 400 294 527 154 25 10 100 98 88 39 13 10

Hasil postes siklus II mengalami peningkatan pada C3 yaitu dari 88% menjadi 97% (Tabel 4.10), hal ini menunjukkan bahwa hampir semua siswa telah dapat mencapai C3 (taraf aplikasi).

Tabel 4.10

Hasil analisis postes siklus II

Taraf soal Jumlah soal % skor pencapaian % keberhasilan C1 C2 C3 C4 C5 C6 1 4 5 2 2 1 100 400 484 93 28 7,5 100 100 97 47 14 7,5

Nilai perkembangan individu dan nilai kelompok pada siklus I diperoleh kelompok yang mendapatkan jenjang goodteam ada 7 kelompok, sedangkan kelompok yang mendapatkan jenjang greatteam ada 3 kelompok. Pada siklus ke II kelompok yang memperoleh jenjang goodteam ada 2 kelompok, jenjang greatteam ada 7 kelompok dan jenjang superteam ada 1 kelompok. Peningkatan jenjang ini didukung adanya hasil observasi siswa yaitu adanya peningkatan aktifitas dan keaktifan siswa saat melakukan kegiatan di kelompok ahli dan kelompok asal serta kegiatan diskusi, juga dari


(50)

hasil angket dimana siswa sudah banyak yang paham terhadap materi (lampiran 16).

Tabel 4.11

Nilai rata-rata perkembangan kelompok Jenjang Kelompok Kelompok

Siklus I Siklus II

I II III IV V VI VII VIII

IX X

Goodteam

Goodteam

Greatteam Goodteam

Goodteam

Goodteam Goodteam Goodteam Greatteam Greatteam

Goodteam

Greatteam

Greatteam Greatteam Greatteam Superteam Greatteam Goodteam Greatteam Greatteam

Dalam kegiatan pembelajaran Jigsaw, siswa kelas VII MTs Al Huda Reban cukup antusias terutama waktu melakukan percobaan dan berdiskusi. Siswa senang melakukan aktifitas karena selama selama proses pembelajaran Jigsaw siswa merasa dipercaya dan bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan itu, kemudian mengajarkan materi tersebut kepada teman sekelompoknya yang lain sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan siswa saling tergantung satu dengan yang lainnya dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan yang dapat meningkatkan hubungan dengan sesama siswa menjadi lebih akrab (Ibrahim, 2000: 22).

Hasil siklus I dan II menunjukkan adanya peningkatan logika berpikir siswa, yang dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa sehingga model pembelajaran Jigsaw dapat diterapkan dalam pembelajaran Fisika.


(51)

39

A. Simpulan

Logika berpikir sains dapat ditingkatkan melalui pembelajaran konsep tekanan dengan metode kooperatif tipe Jigsaw. Peningkatan yang dicapai siswa kelas VII MTs Al Huda Reban mencapai tingkat aplikasi, hal ini ditandai dengan ketuntasan belajar yang diperoleh 85% pada siklus I dan 90% pada siklus II.

B. Saran

Saran-saran yang dapat peneliti berikan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk menarik dan meningkatkan motivasi siswa terhadap pelajaran fisika, maka model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan sebagai alternatif lain dari pembelajaran.

2. Untuk memperoleh wawasan dan peningkatan pembelajaran fisika di SMP/MTs guru senantiasa melakukan refleksi diri tentang pembelajaran yang telah dilakukan, dan bersedia menerima kritik baik dari teman seprofesi ataupun dari siswanya. Dari kritik tersebut guru berusaha memperbaiki dan mencari pemecahan terhadap hal-hal yang kurang baik berkaitan dengan proses dan hasil belajar siswa.

3. Akhirnya disarankan kepada peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang efektifitas model pembelajaran kooperatif lainnya. Di samping itu juga perlu lebih banyak dilakukan penelitian tindakan kelas untuk menerapkan model pembelajaran lain di SMP/MTs


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohamad. 1992. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa Bandung

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press Ermawati, Frida Ulfah._____ . Pembelajaran Kooperatif Versi Transparansi. Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama

Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negei Surabaya

Kanginan, Marthen. 2003. Fisika SLTP. Jakarta: Erlangga Kanginan, Marthen. 2004. SainsFisika. Jakarta: Erlangga Khalim, Abdul. Dkk. 2004. Sains Fisika. Jakarta: Bumi Aksara Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo

Mangunwiyoto, Widagdo. 2000. Pokok-Pokok Fisika SLTP Jakarta: Erlangga Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Priatiningsih, Titi. 2004. Pengembangan Instrumen penilaian Biologi. Depdiknas Priyono, Andreas. 2000. Pedoman Praktis Pelaksanaan Penelitian Tindakan

Kelas. Proyek perluasan dan peningkatan mutu SLTP kantor wilayah Depdiknas Provinsi Jawa Tengah

Rooijakkkors, Ad. 1991.Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Grasindo

Salam, Burhanudin. 1988. Logika Formal (Filsafat Berpikir). Jakarta: Bina Aksara


(53)

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning. Boston: Allyn Bacon

Soekadijo, RG. 1994. Logika Dasar Tradisional, Simbolik dan Induktif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Suherman, Eman. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah

________. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains SMP dan MTs. Depdiknas

________. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Depdiknas


(54)

Nilai Ulangan Harian konsep Gaya dan Percepatan Kelas VII Tahun Pelajaran 2004/2005

No Kode siswa Nilai No Kode siswa Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 UL01 UL02 UL03 UL04 UL05 UL06 UL07 UL08 UL09 UL10 UL11 UL12 UL13 UL14 UL15 UL16 UL17 UL18 UL19 UL20 76 73 73 60 60 60 70 76 80 63 70 60 60 73 76 73 60 76 73 73 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 UL21 UL22 UL23 UL24 UL25 UL26 UL27 UL28 UL29 UL30 UL31 UL32 UL33 UL34 UL35 UL36 UL37 UL38 UL39 UL40 60 60 76 80 73 70 73 60 76 60 76 70 60 80 60 60 70 80 60 70

Nilai terendah : 60 Nilai tertinggi : 80 Nilai rata-rata kelas : 68,975 Tuntas belajar : 62,5 % Lampiran 1


(55)

SILABUS

KURIKULUM 2004 FISIKA SMP

Kelas 1

Standar Kompetensi:

1. Mendeskripsikan konsep gaya dan tekanan, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

KOMPETENSI DASAR

INDIKATOR MATERI POKOK

Mendeskripsikan tekanan pada benda padat, cair dan gas, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

• Menemukan hubungan antara gaya, tekanan dan luas

daerah yang dikenai gaya

• Mengaplikasikan konsep bejana berhubungan dalam kehidupan sehari-hari

• Mendiskripsikan hukum Pascal dan hukum Archimedes melalui percobaan sederhana serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

• Menunjukkan beberapa produk teknologi dalam kehidupan sehari-hari sehubungan dengan konsep benda terapung, melayang dan tenggelam

• Menjelaskan hubungan antara ketinggian tempat dengan tekanan udaranya

• Mengaplikasikan konsep tekanan benda padat, cair dan gas pada peristiwa alam yang relevan (dalam penyelesaian masalah sehari-hari)

• Melakukan percobaan yang dapat menunjukkan tekanan atmosfer*)

Tekanan

Keterangan:

Tanda (*) adalah penanda untuk hasil belajar dan indikator yang biasanya lebih dapat dicapai oleh siswa yang berkemampuan tinggi


(56)

Tanda (#) adalah penanda untuk hasil belajar dan indikator yang biasanya lebih lambat dicapai oleh kelompok siswa berkemampuan normal

Rekapitulasi Kisi-kisi

Soal Uji Coba Tes Kemampuan Memecahkan Masalah Fisika No. Soal

Sub Pokok Bahasan / Indikator

C1 C2 C3 C4 C5 C6

Jumlah I. Tekanan pada Benda Padat

1. Menemukan hubungan antara gaya, tekanan dan luas daerah yang dikenai gaya.

26 4 24 30 39 5 31 27 28 40 46 11

II. Tekanan pada Zat Cair

1. Mengaplikasikan konsep bejana berhubungan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mendeskripsikan Hukum Pascal dan Hukum Archimedes melalui percobaan sederhana serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Menunjukkan beberapa produk teknologi dalam kehidupan sehari-hari sehubungan dengan konsep benda terapung,

melayang dan tenggelam.

13 2 33 41 44 10 22 1 9 20 18 19 23 42 16 17 25 37 3 29 50 6 11 12 8 34 32 49 6 15 7

III. Tekanan Udara

1. Menjelaskan hubungan antara ketinggian tempat dengan tekanan udaranya.

2. Melakukan percobaan yang dapat menunjukkan tekanan atmosfer *).

45 48 47

14 38 7

43 36

6 2

IV. Mengaplikasikan konsep

tekanan benda padat, cair dan gas pada peristiwa alam yang relevan (dalam penyelesaian masalah sehari-hari).

21 35

15 3

Keterangan:

Tanda (*) adalah penanda untuk hasil belajar dan indikator yang biasanya lebih dapat dicapai oleh siswa yang berkemampuan tinggi


(57)

Kisi-kisi Soal Siklus I

No Soal Indikator

C1 C2 C3 C4 C5 C6

Jumlah 1. Menemukan hubungan antara

gaya, tekanan dan luas daerah yang dikenai gaya

2. Tekanan Udara

• Menjelaskan hubuingan antara ketinggian tempat dengan tekanan udaranya

• Melakukan percobaan yang dapat menunjukkan tekanan atmosfer * )

3. Mengaplikasikan konsep tekanan benda padat dan gas pada peristiwa alam yang relevan (dalam penyelesaian masalah sehari-hari) 1 17 19 18 2 6 11 13 14 3 8 15 20 12 7 10 16 4 5 9 10 6 2 2 Keterangan:

Tanda (*) adalah penanda untuk hasil belajar dan indikator yang biasanya lebih dapat dicapai oleh siswa yang berkemampuan tinggi

Kisi-kisi Soal Siklus II

No Soal Indikator

C1 C2 C3 C4 C5 C6 Jumlah 1. Mengaplikasikan konsep

bejana berhubungan dalam kehidupan sehari-hari

2. Mendeskripsikan Hukum Pascal dan Hukum Archimedes melalui percobaan sederhana serta

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

3. Menunjukkan beberapa produk teknologi dalam kehidupan sehari-hari sehubungan dengan konsep benda terapung, melayang dan tenggelam 2 4 6 9 7 10 3 11 12 13 1 5 8 15 14 4 7 4


(58)

SOAL TES UJI COBA INSTRUMEN

KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FISIKA P E T U N J U K

1. Tulislah nama dan kelas anda pada lembar jawaban yang tersedia

2. Berikan tanda (X) pada huruf A, B, C, atau D dalam lembar jawaban yang anda anggap paling

benar.

3. Setelah selesai mengerjakan, kumpulkan lembar jawaban beserta lembar soal kepada

pengawas.

4. Alokasi waktu 2x45 menit.

1. Sepotong benda yang tercelup di dalam air akan mendapatkan gaya ke atas sebesar…

A. Volume air yang didesak benda tersebut

B. Berat air yang didesak benda tersebut

C. Berat benda seluruhnya

D. Berat air seluruhnya

2. Sebuah tabung yang berlubang bagian bawahnya (seperti saringan) diisi air. Dari lubang

tersebut air akan memancar…

A. Ke atas

B. Ke bawah

C. Ke samping

D. Ke segala arah

3. Benda yang dicelupkan ke dalam air yang semakin dalam, apabila diangkat ke atas akan

dirasakan…

A. Lebih ringan bila dibandingkan dengan diangkat di udara

B. Lebih berat bila dibandingkan dengan diangkat di udara

C. Tetap sama berat dengan di udara

D. Sama beratnya bila berada dalam zat cair yang tidak sejenis

4. Dalam SI satuan tekanan adalah…

A. kg/m2

B. N/m2

C. kg/m3

D. N/m3

5. Seseorang menginjak lantai dengan cara yang berbeda seperti gambar di bawah.

Bagaimanakah hipotesamu tentang keadaan ini?

A. Posisi A kaki menekan lantai lebih ringan daripada

posisi B, sebab luasan yang diinjak sedikit

B. Posisi B kaki menekan lantai lebih berat daripada posisi

A, sebab luasan yang diinjak banyak

C. Posisi A kaki menekan lantai lebih kuat daripada posisi

B

D. Kedua posisi kaki menekan lantai sama beratnya

6. Kapal laut akan terapung di permukaan air, sebab…

A. Berat kapal sama dengan berat air laut

B. Kapal mendapat tekanan ke atas lebih besar daripada berat kapal

C. Tekanan ke atas air laut terhadap kapal mampu menahan berat kapal sehingga kapal

terapung

D. Berat kapal sama dengan berat air yang dipindahkan

7. Bila sikap barometer 64,5 cmHg, maka tekanan udara adalah . . . (1 atm = 1 x 105 Pa).

A. 11,8 x 104 Pa C. 8,5 x 104 Pa

B. 11,5 x 104Pa D. 4,9 x 104 Pa


(59)

8. Empat buah tabung diisi dengan zat cair yang berbeda seperti gambar, maka yang mengalami tekanan hidrostatik dasar yang paling kecil adalah gambar…

9. Kalau tong berisi sebuah air mempunyai empat lubang yang sama besar dan disusun berurutan

(1,2,3,4) dari atas ke bawah yang memancar paling jauh adalah yang keluar dari lubang…

A. 1

B. 2

C. 3

D. 4

10. Lihat bejana berhubungan, tiap-tiap bejana diisi dengan zat cair yang berbeda-beda. Zat cair

yang massa jenisnya paling kecil adalah… I

A. I

B. II

C. III

D. IV

11. Galangan kapal dengan mudah dapat mengangkut kapal di laut karena…

A. Massa kapal lebih kecil dari pada massa galangan

B. Massa kapal lebih ringan daripada berat galangan

I II III IV

h = 10 cm

f = 0.8 2

cm gr A

h = 10 cm

f = 0.7 2

cm gr C

h = 10 cm

f = 1 2

cm gr D

h = 10 cm

f = 1.36 2

cm gr B

1 2 3 4


(60)

C. Dinding galangan yang berongga dapat diisi air laut dan mengeluarkannya kembali

D. Kapal laut dapat diangkat dengan katrol galangan

12. Terapungnya jembatan ponton disebabkan oleh…

A. Tali-tali pengikat jembatan

B. Badan jembatan terbuat dari bahan yang massa jenisnya besar

C. Massa jenis jembatan Lebih kecil dari massa jenis air

D. Massa jenis jembatan Lebih besar dari massa jenis air

13. Hukum bejana berhubungan berlaku, jika…

A. Diisi zat cair yang sejenis B. Diisi zat cair yang mengalir C. Salah satu bejana ditiup

D. Salah satu pipa bejana berupa pipa kapiler

14. Sebuah gelas yang penuh berisi air, ditutup dengan karton. Setelah dibalik, air di dalam gelas tidak tumpah, karena…

A. Karton menempel pada gelas

B. Udara luar menekan karton

C. karton menyerap air dalam gelas

D. Ada gaya adhesi gelas dengan karton

15. Tekanan dapat dibuat sebesar mungkin apabila luas bidang tekan sekecil mungkin untuk gaya

yang sama bersar, misalnya dengan cara membuat…

A. Pondasi jembatan yang dalam

B. Ujung martil lebar/luas

C. Jarum suntik yang sangat runcing

D. Pisau tumpul

16. Sebuah telur akan melayang bila dimasukkan ke dalam air garam. Hal ini terjadi karena…

A. Massa jenis telur = massa jenis air garam B. Massa jenis telur > massa jenis air garam C. Gaya ke atas > dari berat telur

D. Gaya ke atas < dari berat telur

17. Benda pejal akan terapung di dalam zat cair apabila…

A. Massa jenis benda > massa jenis zat cair

B. Massa jenis benda = massa jenis zat cair

C. Massa jenis benda < massa jenis zat cair D. Massa jenis benda > massa jenis zat cair

18. Alat-alat berikut ini yang bekerja tidak berdasarkan hukum pascal adalah…

A. Dongkrak hidrolik

B. Hidrometer baume

C. Alat pengangkat mobil

D. Rem hdrolik

19. Semakin dalam seseorang menyelam ke dalam air telinganya terasa sakit. Hal ini terjadi

karena pengaruh…

A. Hukum Archimedes

B. Hukum tekanan hidrostatik

C. Hukum Boyle

D. Hukum Pascal

20. Hukum Pascal pada bejana berhubungan bila salah satu kakinya terdapat pipa kapiler, maka

tinggi zat cair pada pipa kapiler… A. Lebih tinggi jika diiisi air B. Lebih rendah jika diiisi air C. Lebih tinggi jika diiisi raksa D. Sama tinggi jika diiisi raksa

21. Perhatikan gambar di bawah ini:


(61)

Bentuk bendungan yang cocok untuk mengatasi tekanan air pada waduk adalah nomor…

A. 1

B. 2

C. 3

D. 4

22. Gaya tekan yang dikerjakan oleh zat cair pada dasar bejana tidak bergantung pada…

A. Luas dasar bejana

B. Berat jenis zat cairnya

C. Tinggi zat cair da dalam bejana

D. Massa jenis zat cairnya

23. Mengangkat batu di dalam air terasa lebih ringan daripada di udara, sebab…

A. Massa benda berkurang

B. Gaya gravitasi terhadap benda berkurang

C. Ada gaya ke atas oleh air

D. Batu mendesak air

24. Dalam suatu ruang tertutup terdapat gas dengan teknan 4000 Pa. Pada dinding seluas 0,5 dm2

di dalam ruang tersebut bekerja gaya sebesar . . . .

A. 2 N C. 200 N

B. 20 N D. 2000 N

25. Apabila hidrometer dicelupkan ke dalam zat cair, maka…

A. Semakin dalam bagian hidrometer terendam semakin kecil massa jenis zat cair.

B. Semakin dangkal bagian hidrometer terendam semakin kecil massa jenis zat cair.

C. Semakin dalam bagian hidrometer terendam semakin besar berat jenis zat cair.

D. Semakin dangkal bagian hidrometer terendam semakin kecil berat jenis zat cair.

26. Tekanan adalah…

A. massa tiap satuan luas

B. gaya tiap satuan luas

C. massa tiap satuan volum

D. gaya tiap satuan volum

27. Hubungan antara gaya, luas bidang dan tekanan adalah…

A. jika luas bidang tetap, semakin besar gaya, semakin kecil tekanannya

B. jika gaya tetap, semakin besar luas bidang, semakin besartekanannya

C. jika luas bidang tetap, semakin besar gaya, sermakin besar tekanannya

D. jika gaya tetap, semakin kecil luas bidang, semakin kecil tekanannya

28. Beberapa benda terletak di atas lantai mendatar. Tekanan yang paling besar ditunjukkan oleh

gambar… 25 N 10 cm 15 cm A. 20 cm 25 N 15 cm 10 cm 20 cm B. 20 cm 20 cm 15 N 10 cm D. C. 10 N 20 cm 10 cm 15 cm


(62)

29. Tiga macam zat cair dimasukkan ke dalam gelas ukur yang sama, ternyata setelah beberapa saat masing-masing zat cair memisah seperti gambar di bawah ini.

Zat cair , manakah yang mempunyai massa jenis yang paling besar?

A. Zat cair A

B. Zat cair B

C. Zat cair C

D. Ketiga zat cair massa jenisnya sama

30. Seorang anak beratnya 400 N berdiri di lantai. Luas telapak sepatunya 160 cm2. Tekanan

karena gaya berat anak pada lantai adalah…

A. 2.5 N/m2

B. 250 N/m2

C. 2500 N/m2

D. 25000 N/m2

31. Perhatikan gambar berikut!

Sebuah balok, panjang 20 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 15 cm, terletak pada lantai mendatar seperti pada gambar,

memberikan tekanan pada lantai sebesar 300 N/m2. Berat

balok adalah…

A. 6 N

B. 60 N

C. 600 N

D. 6000 N

32. Besar tekanan hidrostatis adalah:

1. Berbanding lurus dengan massa jenis zat cair

2. Berbanding lurus dengan kedalaman zat cair

3. Bergantung pada percepatan gravitasi

Pernyataan yang benar adalah…

A. 1 dan 2

B. 2 dan 3

C. 1 dan 3

D. 1, 2, dan 3

33. Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah

sama besar. Pernyataan itu disebut hukum…

A. Pascal

B. Archimedes

C. Utama Hidrostatika

D. Bejana Berhubungan

34.

Berdasarkan hukum hidrostatika, tekanan di titik…

A. A =C

B. B = D

C. B = C

D. E paling kecil

A B C A B D C E


(63)

35. Sebuah drum berisi minyak tanah setinggi 50 cm. Apabila massa jenis minyak tanah 800 kg/m3 dan percepatan gravitasi 10 m/s2, tekanan minyak tanah pada dasar drum adalah… A. 4 x 102 N/m2

B. 4 x 103 N/m2 C. 4 x 104 N/m2 D. 4 x 105 N/m2

36. Berapa nilai tekanan udara yang ditunjukkan oleh barometer seperti pada gambar (dalam

mmHg)?

A. 752 C. 780

B. 762 D. 790

37.

Selisih tinggi permukaan air pada kedua kaki pipa (h) adalah..

A. nol

B. 1.6 cm

C. 4 cm

D. 40 cm

38. Gas dalam ruang tertutup, volumenya 20 m3 dan tekanannya 4 atm. Apabila volum gas

diperkecil menjadi 16 m3, tekanan gas berubah menjadi…

B. 5 atm

C. 8 atm

D. 10 atm

E. 12 atm

39. Sebuah perahu layar memiliki layar seluas 10 m2. Bila kekuatan dorongan angin pada layar

200 N, tekanan yang diterima oleh layar adalah…

A. 20000 N/m2

B. 2000 N/m2

C. 200 N/m2

D. 20 N/m2

40. Manakah dari berikut ini yang akan merusak sebuah lantai kayu yang dapat menahan tekanan

2000 k Pa (2000 kN/m2)?

(1) Sebuah balok dengan berat 2000 kN berdiri pada luas 2 m2

(2) Seekor gajah dengan berat 200 kN berdiri pada luas 0,2 m2

(3) Seorang anak perempuan dengan berat 0,5 kN yang menggunakan sepatu hak tinggi berdiri pada luas 0,0002 m2

A. (1), (2), (3) C. (2), (3)

B. (1), (2) D. (3)

h

air / 1g cm

= ρ

minyak tanah 3 / 8 . 0 g cm

= ρ


(64)

41. Sebongkah es yang dimasukkan ke dalam air akan…

A. Terapung

B. Melayang

C. Tenggelam

D. Tenggelam kemudian terapung

42. Sebuah kapal berlayar dari sungai menuju laut. Bagian kapal yang berada di bawah

permukaan air akan…

A. Nol

B. Bertambah

C. Tetap

D. Berkurang

43. Jika Barometer di puncak sebuah gunung adalah 70 cmHg. Andaikata massa jenis udara

rata-rata 1,2 kg/m3, tinggi gunung itu di atas permukaan air laut adalah…

A. 680 m

B. 700 m

C. 780 m

D. 670 m

44. Hidrometer berguna untuk mengukur massa jenis…

A. Udara

B. Zat padat

C. zat cair

D. gas

45. Bila suhu gas tidak berubah, maka hasil kali tekanan dengan volume gas dalam ruang tertutup

selalu tetap. Pernyataan ini dikenal sebagai hukum…

A. Archimedes

B. Pascal

C. Charles

D. Boyle

46. Jika diisi dengan air, tiap vas bunga yang ditunjukkan pada gambar berikut ini memiliki massa total sama yang sama. Vas yang mengerjakan tekanan terbesar pada meja adalah . . . .

47. Alat untuk mengukur tekanan udara disebut…

A. Altimeter

B. Barometer

C. Hidrometer

D. Pompa udara

48. Untuk mengukur tekanan udara dalam ban mobil digunakan…

A. Manometer logam

B. Manometer raksa

C. Manometer pegas

D. Barometer

49. Dengan pipa Hartl dapat dibuktikan bahwa :

1. Tekanan zat cair hanya berarah ke bawah

2. Semakin ke dalam tekanan zat cair semakin besar

3. Tekanan zat cair bergantung pada jenis zat cair Pernyataan yang benar adalah…

A. 1 dan 2

B. 1 dan 3

C. 2 dan 3

D. 1, 2, dan 3


(65)

50. Gambar berikut ini menunjukkan pengisap hidrolik yang berada dalam keadaan seimbang. Massa M adalah . . . .

A. 2 kg B. 15 kg C. 30 kg D. 60 kg

luas 2 cm2 30 cm2 2 kg

M kg


(66)

SOAL TES SIKLUS I P E T U N J U K

1. Tulislah nama dan kelas anda pada lembar jawaban yang tersedia

2. Berikan tanda (X) pada huruf A, B, C, atau D dalam lembar jawaban yang anda anggap paling

benar.

3. Setelah selesai mengerjakan, kumpulkan lembar jawaban beserta lembar soal kepada

pengawas.

4. Alokasi waktu 2x45 menit.

1. Tekanan adalah…

A. massa tiap satuan luas

B. gaya tiap satuan luas

C. massa tiap satuan volum

D. gaya tiap satuan volum

2. Dalam SI satuan tekanan adalah…

A. kg/m2

B. N/m2

C. kg/m3

D. N/m3

3. Dalam suatu ruang tertutup terdapat gas dengan tekanan 4000 Pa. Pada dinding seluas 0,5 dm2

di dalam ruang tersebut bekerja gaya sebesar . . . .

A. 2 N C. 200 N

B. 20 N D. 2000 N

4. Hubungan antara gaya, luas bidang dan tekanan adalah…

A. jika luas bidang tetap, semakin besar gaya, semakin kecil tekanannya

B. jika gaya tetap, semakin besar luas bidang, semakin besar tekanannya

C. jika luas bidang tetap, semakin besar gaya, sermakin besar tekanannya

D. jika gaya tetap, semakin kecil luas bidang, semakin kecil tekanannya

5. Beberapa benda terletak di atas lantai mendatar. Tekanan yang paling besar ditunjukkan oleh

gambar…

6. Seorang anak beratnya 400 N berdiri di lantai. Luas telapak sepatunya 160 cm2. Tekanan

karena gaya berat anak pada lantai adalah…

A. 2.5 N/m2 C. 500 N/m2

B. 250 N/m2 D. 25000 N/m2

25 N

10 cm

15 cm

A.

20 cm

25 N

15 cm

10 cm

C.

20 cm

10 cm

20 cm

10 cm 10 N

20 cm

15 cm

B. D. 15 N


(67)

7. Perhatikan gambar berikut!

Sebuah balok, panjang 20 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 15 cm, terletak pada lantai mendatar seperti pada gambar,

memberikan tekanan pada lantai sebesar 300 N/m2. Berat

balok adalah…

A. 6 N

B. 60 N

C. 600 N

D. 6000 N

8. Sebuah perahu layar memiliki layar seluas 10 m2. Bila kekuatan dorongan angin pada layar

200 N, tekanan yang diterima oleh layar adalah…

A. 20000 N/m2

B. 2000 N/m2

C. 200 N/m2

D. 20 N/m2

9. Manakah dari berikut ini yang akan merusak sebuah lantai kayu yang dapat menahan tekanan

2000 k Pa (2000 kN/m2)?

(1) Sebuah balok dengan berat 2000 kN berdiri pada luas 2 m2

(2) Seekor gajah dengan berat 200 kN berdiri pada luas 0,2 m2

(3) Seorang anak perempuan dengan berat 0,5 kN yang menggunakan sepatu hak tinggi berdiri pada luas 0,0002 m2

A. (1), (2), (3) C. (2), (3)

B. (1), (2) D. (3)

10. Seseorang menginjak lantai dengan cara yang berbeda seperti gambar di bawah.

Bagaimanakah hipotesamu tentang keadaan ini?

A. Posisi A kaki menekan lantai lebih ringan daripada

posisi B, sebab luasan yang diinjak sedikit

B. Posisi B kaki menekan lantai lebih berat daripada

posisi A, sebab luasan yang diinjak banyak

C. Posisi A kaki menekan lantai lebih kuat daripada

posisi B

D. Kedua posisi kaki menekan lantai sama beratnya

11. Sebuah gelas yang penuh berisi air, ditutup dengan karton. Setelah dibalik, air di dalam gelas tidak tumpah, karena…

A. Karton menempel pada gelas

B. Udara luar menekan karton

C. karton menyerap air dalam gelas

D. Ada gaya adhesi gelas dengan karton

12. Tekanan dapat dibuat sebesar mungkin apabila luas bidang tekan sekecil mungkin untuk gaya

yang sama bersar, misalnya dengan cara membuat…

A. Pondasi jembatan yang dalam

B. Ujung martil lebar/luas

C. Jarum suntik yang sangat runcing

D. Pisau tumpul

13. Perhatikan gambar di bawah ini:


(1)

115 2 3 4 UL22 UL23 UL24 VII 1 2 3 4 UL25 UL26 UL27 UL28 VIII 1 2 3 4 UL29 UL30 UL31 UL32 IX 1 2 3 4 UL33 UL34 UL35 UL36 X 1 2 3 4 UL37 UL38 UL39 UL40

Keterangan: Nilai :

skormaks peroleh skoryangdi

x 100

4 : Bila aspek keterampilan dilakukan dengan sangat tepat/selalu 3 : Bila aspek keterampilan dilakukan dengan tepat/sering 2 : Bila aspek kieterampilan dilakukan dengan agak tepat/jarang 1 : Bila aspek keterampilan dilakukan dengan tidak tepat/tidak pernah Penilaian : Skor maksimal : ∑ Aspek yang dinilai x skor maks


(2)

ANGKET TANGGAPAN SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN Nama Siswa :

Kelas :

No Absen :

Petunjuk :

Berilah tanda silang pada pilihan ya atau tidak sesuai dengan keadaan anda sekarang dan kemudian tuliskan alasannya. Jawablah pertanyaan dengan jujur karena jawaban anda tidak mempengaruhi nilai anda!

1. Apakah anda sebelumnya mempelajari materi yang akan diajarkan oleh guru?

a. Ya b. Tidak

Alasan :

2. Apakah anda tertarik mengikuti pembeljaran tekanan dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?

a. Ya b. Tidak

Alasan :

3. Apakah anda memhami materi tekanan yang disampaikan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

a. Ya b. Tidak

Alasan :

4. Apakah anda menyukai suasana kelas yang menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?

a. Ya b. Tidak

Alasan :

5. Apakah dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw anda termotivasi dalam mengikuti pembelajaran Fisika?

a. Ya b. Tidak

Alasan :

6. Apakah dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan anda di kelas?

a. Ya b. Tidak

Alasan : Lampiran 14


(3)

117

FOTO-FOTO PENELITIAN

Lampiran 17

Guru membimbing saat melakukan percobaan Siswa melakukan percobaan tekanan pada benda cair


(4)

Siswa melakukan percobaan tekanan pada benda cair Siswa melakukan percobaan tekanan udara Siswa melakukan percobaan tekanan pada benda padat


(5)

119

Suasana kelas saat melakukan tes Suasana kelas saat melakukan diskusi


(6)

KELOMPOK I 1. Abdul Fatah

2. Dewi Khomyati

3. M Lutfi H

4. Sri Handayani

KELOMPOK A 1. Abdul Fatah

2. Ahmad R

3. Evi Pamuntas 4. Siti Marfuah 5. Idayatul Fitriyah 6. Ana syurifatul A 7. Arif H

8. Rozikin 9. Butuk Bawon 10.Butuk Bawon

DAFTAR NAMA KELAS VII

KELOMPOK ASAL

KELOMPOK II

1. Ahmad R

2. Dika Afriyani

3. Munawaroh

4. Siti Istikaroh

KELOMPOK III 1. Evi Pamuntas

2. Ahmad A

3. Nafsiyah 4. Siti Nur Zanah

KELOMPOK IV 1. Siti Marfuah 2. Faridatul M 3. Nur Haanah 4. Ali Al Arif

KELOMPOK V 1. Idayatul Fitriyah 2. Anas Said H 3. Nur Hamidah A 4. Suprayatun

KELOMPOK VI 1. Ana syurifatul A 2. Indah Asri R 3. Takwin 4. Nur Hamidah B

KELOMPOK VII 1.Arif H 2.Jumuiyah 3.Nur Hifayah 4.Toni Abdullah

KELOMPOK VIII 1.A. Rozikin 2.Kholisoh 3. Nur Hafidhin 4. Sunarti

KELOMPOK IX 1.Butuk Bawon 2.Kharimah 3.Rosmeri 4.Yamroni KELOMPOK X 1.Yumrotun 2.Kholidin 3.Rita Sofa 4.Darsono

KELOMPOK B 1. Dewi Khomyati 2. Dika Afriyani

3. Ahmad A

4. Faridatul M 5. Anas Said H 6. Indah Asri R 7. Jumuiyah 8. Kholisoh 9. Kharimah 10.Kholidin

KELOMPOK C 1. M Lutfi H

2. Munawaroh

3. Nafsiyah 4. Nur Haanah

5. Nur Hamidah A

6. Takwin 7. Nur Hifayah 8. Nur Hafidhin 9. Rosmeri 10.Rita Sofa

KELOMPOK D 1. Sri Handayani 2. Siti Istikaroh 3. Siti Nur Zanah 4. Ali Al Arif 5. Suprayatun 6. Nur Hamidah B 7. Toni Abdullah 8. Sunarti

9. Yamroni

10.Darsono

KELOMPOK AHLI Lampiran 18