6
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teori
1. Proses Pembelajaran
Pada proses pembelajaran mengandung dua kegiatan yaitu belajar dan pembelajaran, kedua kegiatan tersebut tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Belajar didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang
bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan
dan sebagainya. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu usaha perbuatan yang dilakukan secara sungguh-
sungguh dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik fisik, mental dan dana. Aspek fisik meliputi panca indera, otak dan
anggota tubuh lainnya, sedangkan aspek mental dan kejiwaan berupa intelegensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya Dalyono, 1997: 49.
Selain kegiatan belajar, proses pembelajaran atau proses belajar mengajar mengandung kegiatan pembelajaran. Menurut Darsono 2000:
24, pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih
baik. Pembelajaran dilakukan bertujuan untuk membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah
7
laku siswa bertambah baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku ini meliputi pengetahuan, ketrampilan dan norma yang berfungsi sebagai
pengendali sikap dan perilaku siswa. Dalam kegiatan belajar ada suatu tujuan yang dicapai yaitu hasil
belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar Darsono, 2000: 27-30 yaitu :
a. Kesiapan belajar Kesiapan fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal
suatu kegiatan belajar, Sikap guru yang penuh pengertian dan mampu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan implikasi
dari prinsip belajar kesiapan ini. b. Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada objek. Belajar sangat membutuhkan perhatian dari siswa yang belajar.
c. Motivasi Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang
yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif, saat
orang melakukan aktivitas. d. Keaktifan siswa
Siswa harus aktif, mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
8
e. Mengalami sendiri Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri akan
memebrikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.
f. Pengulangan Dengan mengulang-ulang materi yang dipelajari, materi
tersebut makin mudah diingat. g. Balikan dan penguatan
Dengan balikan, siswa mengetahui sejauh mana kemampuannya, kekuatan dan kelemahannya. Penguatan
reinforcement adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu tindakan belajar.
h. Perbedaan individual Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun tingkat
kemampuan minat belajar perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran agar perkembangan siswa tetap berlangsung baik sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Proses pembelajaran dapat berlangsung apabila ada interaksi
antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Menurut Vygotsky belajar merupakan suatu perkembangan pengertian. Komunikasi
verbal dengan orang dewasa atau orang yang dianggap lebih mengetahui akan mengembangkan pengertian tersebut. Seperti halnya pandangan
konstruktivis sosiokultur, Vygotsky menekankan pentingnya keaktifan
9
seseorang dalam belajar. Teori kontruktivis Vygotsky memanadang bahwa fungsi kognisi manusia berkembang dari interaksi sosial masing-masing
individu dalam konteks budaya, interaksi sosial khususnya melalui dialog dan komunikasi verbal berpengaruh terhadap pembelajaran seseorang
Suparno, 1996: 45-46. Penganut paham konstruktivis menekankan pentingnya interaksi
dengan teman sebaya melalui pembentukan kelompok belajar. pada saat berinteraksi dengan teman sebaya siswa akan mengalami gangguan
informasi, sehingga memakasa siswa untuk mengadaptasikan pemahamannya agar sesuai dengan informasi yang diterima, dengan
menjelaskan pengetahuannya pada siswa lain, sekaligus menguji kesesuaian pemahamannya. Saat siswa mencoba memahami penjelasan
temannya, individu tertantang untuk menyesuaikan pemahaman dengan informasi yang diterimanya ke dalam struktur kognitif yang sudah
dimilikinya. Dalam proses pembelajaran tugas pengajar adalah membantu
seseorang untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Mengajar bukanlah mentransfer pengetahuan dari orang yang sudah tahu kepada yang belum
tahu, dalam hal ini penyediaan prasarana dan situasi yang memungkinkan dialog secara kritis perlu dikembangkan. Tugas pengajar lebih sebagai
mitra yang aktif bertanya, untuk merangsang penalaran siswa dengan membiarkan siswa mengungkapkan gagasan dan konsepnya.
10
Dalam pembelajaran seringkali kelas didominasi oleh siswa pandai, sedangkan kelompok sedang apalagi kelompok kurang pandai
tidak begitu nampak perananya dalam pembelajaran, sehingga perlu usaha untuk melibatkan ketiga kelompok ini untuk ikut serta dalam proses
pembelajaran. Cara yang lebih efektif yaitu melibatkan seluruh anggota kelompok dalam kegiatan pembelajaran, cara tersebut lazim dikenal
dengan pembelajaran kooperatif.
2. Pembelajaran Kooperatif