Reproduksi Bakteriofage Perhatikan cara bakteriofage bereproduksi pada Gambar 7 dan 8

3. Reproduksi Bakteriofage Perhatikan cara bakteriofage bereproduksi pada Gambar 3.7 dan 3.8

berikut!

Sumber: Ilustrasi Cahyo

Gambar 3.7 Cara litik virus menginfeksi Gambar 3.8 Cara lisogenik virus bakteri

menginfeksi bakteri

Biologi SMA/MA Kelas X

Litik atau virulen , bila fage litik mengin- Tenang atau lisogenik , tipe ini feksi sel dan sel tersebut memberikan tidak mengalami lisis (selnya pecah), tanggapan dengan cara menghasilkan jadi asam nukleatnya dibawa dan virus-virus baru dalam jumlah yang direplikasikan di dalam sel-sel besar, yaitu pada masa akhir inkubasi. bakteri dari satu generasi ke generasi Sel ini akan pecah atau mengalami lisis yang lain, namun bisa secara men- yang akan melepaskan fage-fage baru dadak menjadi virulen pada suatu untuk menginfeksi sel-sel inangnya.

generasi berikutnya dan menyebab- kan lisis pada sel inangnya.

Daur Litik Daur Lisogenik

a. Fase adsorbsi (penempelan), pada fase Pada daur ini juga mengalami fase ini, awalnya ditandai dengan adanya yang sama dengan daur litik, ujung ekor menempel/melekat pada yaitu melalui fase adsorbsi dan dinding sel bekteri. Penempelan tersebut fase injeksi. Selanjutnya, akan dapat terjadi apabila serabut dan ekor mengalami fase-fase berikut. virus melekat pada dinding sel bakteri.

a. Fase penggabungan, karena Virus menempel hanya pada tempat- DNA bakteri terinfeksi DNA

tempat khusus, yakni pada permukaan virus, hal tersebut akan meng- dinding sel bakteri yang memiliki protein akibatkan benang ganda berpilin khusus yang dapat ditempeli protein DNA bakteri menjadi putus, virus. Menempelnya protein virus pada selanjutnya DNA virus menyisip protein dinding sel bakteri itu sangat di antara putusan dan meng- khas, mirip kunci dan gembok. Virus da- gabung dengan benang bakteri. pat menempel pada sel-sel tertentu yang Dengan demikian, bakteri yang diinginkan karena memiliki reseptor pada terinfeksi akan memiliki DNA ujung-ujung serabut ekor. Setelah me- virus. nempel, virus mengeluarkan enzim

b. Fase pembelahan, karena terjadi lisozim (enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri penggabungan, maka DNA virus

menjadi satu dengan DNA bakteri atau inang. dan DNA virus menjadi tidak aktif

b. Fase injeksi (penetrasi), selubung disebut profage. Dengan demi– (seludang) sel berkontraksi yang men- kian, jika DNA bakteri melakukan dorong inti ekor ke dalam sel melalui replikasi, maka DNA virus yang dinding dan membran sel, kemudian tidak aktif (profage) juga ikut virus tersebut menginjeksikan DNA ke melakukan replikasi. Misalnya, dalam sel bakteri. Namun demikian, apabila DNA bakteri membelah seludang protein yang membentuk diri terbentuk dua sel bakteri, kepala dan ekor fage tetap tertinggal di maka DNA virus juga identik luar sel. Setelah menginjeksi kemudian membelah diri menjadi dua seperti akan terlepas dan tidak berfungsi lagi.

DNA bakteri, begitu seterusnya.

70 Biologi SMA/MA Kelas X

Seperti pada gambar berikut ini: Dengan demikian jumlah pro- fage DNA virus akan mengikuti

Gambar 3.9 fase injeksi

jumlah sel bakteri inangnya.

a. Penetrasi sel inang c. Fase sintesis, dalam keadaan ter-

oleh bakteriofage

tentu jika DNA virus yang tidak memendek intinya aktif (profage) terkena zat kimia menembus ke

b. Seludang ekor

tertentu atau terkena radiasi tinggi,

dalam sel, dalam

maka DNA virus akan menjadi

DNA virus disuntikkan ke

aktif kemudian menghancurkan

dalam sel

DNA bakteri dan memisahkan

Sumber: Ilustrasi Cahyo

diri. Selanjutnya, DNA virus ter-

c. Fase sintesis, DNA virus yang telah sebut mensintesis protein sel bak- diinjeksikan yang mengandung enzim teri (inangnya) untuk digunakan lisozim ke dalam akan menghancurkan sebagai kapsid bagi virus-virus DNA bakteri, sehingga DNA virus yang baru dan sekaligus melakukan berperan mengambil alih kehidupan. replikasi diri menjadi banyak. Kemudian DNA virus mereplikasi diri

d. Fase perakitan: kapsid-kapsid berulang-ulang dengan cara meng- dirakit menjadi kapsid virus yang gandakan diri dalam jumlah yang utuh, yang berfungsi sebagai selu- banyak, selanjutnya melakukan sintesis bung virus. Kapsid baru virus protein dari ribosom bakteri yang akan terbentuk. Selanjutnya, DNA hasil diubah manjadi bagian-bagian kapsid replikasi masuk ke dalamnya guna seperti kepala, ekor, dan serabut ekor.

membentuk virus-virus baru. d. Fase perakitan, bagian-bagian kapsid

e. Fase litik, fase ini sama dengan kepala, ekor, dan rambut ekor yang daur litik. mula-mula terpisah selanjutnya dirakit Setelah terbentuk bakteri virus baru menjadi kapsid virus kemudian DNA terjadilah lisis sel. Virus-virus virus masuk ke dalamnya, maka ter- yang, terbentuk berhamburan bentuklah tubuh virus yang utuh.

keluar sel bakteri guna menyerang

e. Fase litik, ketika perakitan telah bakteri baru. Dalam daur selanjut- selesai yang ditandai dengan ter- nya virus dapat mengalami daur bentuknya tubuh virus baru yang utuh. litik atau lisogenik, demikian sete- Virus ini telah mengambil alih perleng- rusnya. kapan metabolik sel inang bakteri yang menyebabkan memuat asam nukleat virus dari pada asam nukleat bakteri. Setelah sekitar 20 menit dari infeksi awal sudah terbentuk 200 bakteriofage yang telah terakit dan sel bakteri itu pun meledak pecah (lisis) dan melepaskan fage-fage baru/virus akan keluar untuk mencari/menginfeksi bateri-bakteri lain sebagai inangnya, begitu seterusnya dan memulai lagi daur hidup tersebut.

Biologi SMA/MA Kelas X

Bagaimana hubungan antara fase litik dan lisogenik? Perhatikan Gambar

3.10 di bawah ini!

DNA bakteri

sel bakteri

virus

DNA virus

fase lisogenik

fase litik

Sumber: Ilustrasi Haryana

Gambar 3.10 Hubungan antara fase litik dan lisogenik pada virus

Gambar 3.10 memperlihatkan bahwa virus dalam keadaan lingkungan tertentu pada saat mengalami fase lisogenik dapat berpindah ke fase litik. Hal itu terjadi apabila virus fage menginfeksi bakteri, tetapi sel bakteri terse- but mempunyai daya tahan/daya imun yang kuat, maka virus tersebut tidak dapat bersifat virulen (virus menyebabkan lisis/pecah). Pada saat lingkungan- nya berubah dan menyebabkan daya tahan sel bakteri berkurang, maka keadaan lisogenik akan dapat berubah menjadi litik/lisis, sehingga profage akan berubah menjadi virulen. Dengan demikian, bakteri akan pecah (lisis) karena terbentuknya virus-virus baru.