Kerangka Pikir

E. Kerangka Pikir

Kerangka dasar pemikiran digunakan sebagai dasar suatu landasan dalam pengembangan berbagai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini, serta hubungannya dengan perumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Mengacu pada teori yang ada maka kerangka dasar pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

Hasil Penarikan Retribusi Pasar - Rasio antara hasil penarikan retribusi dengan potensi hasil retribusi

Tahap Administrasi Penerimaan

Retribusi Pasar

- Penentuan wajib retribusi - Penetapan nilai kena retribusi - Pemungutan retribusi - Penegakan sistem retribusi - Pembukuan penerimaan

Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar

(Devas, 1989: 144-145)

Retribusi Pasar

a. Pasar Kelas IA

b. Pasar Kelas IB

- Los

c. Pasar Kelas IIA

- Kios

d. Pasar Kelas IIB

- Pelataran

e. Pasar Kelas IIIA

f. Pasar Kelas IIIB

Hambatan dan Upaya untuk Mengatasinya

commit to user

Dari skema pemikiran tersebut dapat diperoleh gambaran sebagai berikut:

Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang diterima oleh pemerintah daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran dari tugasnya mengurus rumah tangga daerah, yang terdiri dari sumbangan atau subsidi pemerintah pusat, pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain. Dalam hal ini retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang berperan bagi pembiayaan daerah.

Retribusi pasar adalah salah satu retribusi daerah yang masuk dalam wilayah kota atau kabupaten. Retribusi pasar dipungut berdasarkan atas jenis pelayanan pasar yang digunakan. Pasar yang ada di Kota Surakarta dapat diklasifikasikan menjadi 6 macam, yaitu Pasar Kelas IA, Pasar kelas IB, Pasar kelas IIA, Pasar Kelas IIB, Pasar Kelas IIIA, dan Pasar Kelas IIIB. Tiap kelas pasar memiliki tarif retribusi pasar yang berbeda-beda.

Untuk itu pemerintah harus menetapkan tentang tarif retribusi itu dan jasa apa yang akan diterima oleh masyarakat dari pungutan retribusi itu. Jika kedua hal ini berjalan baik maka impian pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya pun akan terwujud. Seperti misalnya yang dirasakan oleh para pedagang pasar di Kota Surakarta yang menjadi pengguna jasa pelayanan umum dari pemerintah berupa pelayanan ijin dan pemakaian bangunan pasar yang meliputi los, kios dan pelataran maupun penggunaan fasilitas umum yang ada di pasar. Pedagang harus membayar tarif yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Dalam penarikan retribusi pasar harus dilakukan dengan efektif. Berdasarkan pendapat Devas (1989: 144), efektivitas penarikan retribusi pasar

commit to user

menyangkut semua tahap administrasi penerimaan retribusi yang meliputi: penentuan wajib retribusi, penetapan nilai kena retribusi, pemungutan retribusi, penegakan sistem retribusi, dan pembukuan penerimaan, yang merupakan efektivitas penarikan retribusi pasar dari segi prosesnya. Lebih lanjut berdasarkan pendapat Devas (1989: 145), efektivitas merupakan hubungan antara hasil pungutan suatu retribusi dengan potensi retribusi yang bersangkutan, yang merupakan efektivitas penarikan retribusi pasar dari segi hasilnya. Indikator efektivitas retribusi pasar adalah rasio antara hasil pungutan retribusi pasar dengan potensi hasil retribusi pasar, dengan asumsi bahwa semua yang seharusnya membayar retribusi pasar (wajib retribusi), benar-benar membayar retribusi yang menjadi kewajibannya pada tahun berjalan, dan membayar semua jumlah yang seharusnya dibayarkan.

Akan tetapi, dalam mencapai efektivitas penarikan retribusi pasar tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang dihadapi. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut agar retribusi pasar dapat dipungut dengan efektif yang diharapkan akan mengoptimalkan penerimaan retribusi pasar sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

commit to user

34