Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar di Kota Surakarta

B. Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar di Kota Surakarta

1. Penentuan Wajib Retribusi

Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah, retribusi pasar dikenakan bagi pedagang atau pengusaha yang memanfaatkan fasilitas pasar tradisional/sederhana, yang berupa pelataran, los dan kios yang dikelola oleh Pemerintah Daerah. Fasilitas pasar yang dikenai retribusi di pasar-pasar yang berada di wilayah Kota Surakarta yaitu untuk pemakaian kios, los dan pelataran serta pelayanan persampahan.

commit to user

Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta mengungkapkan tentang prosedur dalam penempatan pedagang di pasar:

“ Pedagang atau pengusaha dikenakan biaya balik nama hak penempatan untuk pedagang los dan kios, serta biaya herregistrasi SHP dan KTPP. Setelah calon pedagang mendapatkan ijin berdagang, dan membayar lunas bea balik nama tempat dasaran, setelah itu diberikan Surat Hak Penempatan (SHP). Jadi pedagang tidak cuma membayar retribusi saja, tapi harus punya surat ijin dulu yaitu SHP dan KTPP “ (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)

Pernyataan tersebut senada dengan Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional bahwa terdapat tata cara atau prosedur dalam penempatan pedagang di pasar, yaitu:

a. Surat Hak Penempatan (SHP) Surat Hak Penempatan yang selanjutnya disingkat SHP adalah surat hak yang diberikan kepada orang atau badan usaha yang menggunakan kios atau los di pasar dan dikeluarkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar. Menurut Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional setiap orang atau badan yang menggunakan kios atau los harus memperoleh SHP dari Kepala Dinas Pengelolaan Pasar atas nama Walikota. Pedagang wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Dinas Pengelolaan Pasar lewat Kepala Pasar setempat untuk diteruskan pada Bidang Pendapatan Dinas Pengelolaan Pasar.

commit to user

Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional, permohonan tertulis tersebut harus memuat dan memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Nama atau Badan Usaha, alamat tempat tinggal atau domisili pemohon, kewarganegaraan, luas dan letak berjualan, dan jenis dagangan atau usaha.

2) Melampirkan fotokopi KTP yang masih berlaku, pas photo ukuran 4x6 sebanyak 6 lembar, dan denah lokasi kios atau los yang dimohon.

Setelah permohonan tertulis dapat dikabulkan, kepada pedagang yang bersangkutan diberikan SHP oleh Kepala Dinas Pengelolaan Pasar atas nama Walikota Surakarta yang di dalamnya dicantumkan identitas pedagang yang bersangkutan dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh pedagang. SHP diberikan untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun dan diperpanjang dengan mengajukan permohonan pembaharuan (herregistrasi) dengan persyaratan seperti pada permohonan tertulis di atas. Permohonan SHP dapat ditolak apabila pemohon tidak memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan di atas.

Pak Narto pedagang los Pasar Sangkrah menyatakan: “ Di sini pedagangnya harus punya SHP mbak. Buat kios juga

harus punya mbak. Itu ke Dinas Pengelolaan Pasar ngurus-nya mbak . Kalo syaratnya ya banyak yang harus dipenuhi. Suruh ngisi formulir, fotokopi KTP, foto juga mbak. Itu berlakunya buat 3 tahun, kalo udah 3 tahun harus diperpanjang lagi bayar 15 ribu mbak.” (wawancara pada tanggal 4 Juni 2012)

commit to user

Hal yang serupa juga disampaikan oleh Ibu Yati pedagang kios Pasar Depok: “ Ya kalo SHP dulu saya ngisi formulir yang isinya macem-macem

mbak . Suruh ngasih nama, alamat lengkap, luas dasarannya, sama letaknya. Trus juga dagang apa, juga disuruh ngasih fotokopi KTP sama foto mbak. Kalo berlakunya itu 3 tahun mbak , nek habis ya diperbaru ngisi kayak yang tadi. Mbayarnya 17.500 mbak. ”(wawancara pada tanggal 4 Juni 2012)

Pemohon harus memenuhi persyaratan-persyaratan dalam mengajukan permohonan SHP seperti yang terdapat dalam Pasal 4 Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional. Selain itu, biaya dalam pembuatan SHP juga sudah ditentukan. Seperti yang disampaikan Ibu Wulan selaku Petugas Administrasi Pasar Nusukan:

“ Iya, SHP harus sesuai dengan ketentuan. Ya syaratnya itu mbak sama yang di Perda. Kalau untuk herregistrasi SHP pakainya tetep SHP asli. Kalau nggak ada harus pakai surat keterangan kehilangan, trus arsip. Arsip ini lho yang ada di pasar. Kita kan punya 2, yang asli sama arsip. Yang asli dikasih sama yang punya, yang arsip disimpan di sini. Jadi sewaktu-waktu balik nama atau herregistrasi trus SHP-nya ilang pakainya ini (arsip) sama surat kehilangan. Biayanya 20 ribu. Los atau kios sama saja.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012)

Pernyataan di atas dipertegas lagi oleh Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yang menyatakan:

“ SHP itu untuk pedagang yang menempati los atau kios yang ada syarat-syarat yang harus dipenuhi pemohon. Pemohon harus mengajukan permohonan secara tertulis, yang di situ memuat nama

tempat tinggal, kewarganegaraan, jenis dagangan, luas dan letak berjualan.

commit to user

Selain itu juga harus menyetorkan fotokopi KTP sama pas photo. Kalau syarat-syaratnya sudah semua, baru sama Dinas dibuatkan SHP. SHP berlaku untuk 3 tahun, biayanya beda-beda untuk tiap kelas pasar. Pasar kelas I 20.000, pasar kelas II 17.500, pasar kelas III 15.000” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)

Untuk memberi gambaran yang jelas tentang SHP, berikut salah satu contoh SHP:

Gambar 4.2 Contoh Surat Hak Penempatan (SHP)

commit to user

Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembuatan SHP sudah berjalan dengan efektif. Hal ini dibuktikan dengan setiap orang atau badan yang menggunakan los atau kios harus memperoleh SHP, serta adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pemohon yang sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional.

b. Kartu Tanda Pengenal Pedagang (KTPP) Kartu Tanda Pengenal Pedagang yang selanjutnya disingkat KTPP adalah kartu tanda pengenal yang diberikan oleh Dinas Pengelolaan Pasar kepada pedagang sebagai bukti pengakuan terhadap orang yang beraktivitas dan menggunakan pasar tertentu sebagai tempat melakukan kegiatan usaha. Menurut Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional KTPP digunakan sebagai identitas pedagang kios atau los maupun pelataran.

Berdasarkan Pasal 5 Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional, syarat-syarat permohonan KTPP adalah:

1) Mengisi blangko yang disediakan oleh Dinas Pengelolaan Pasar.

commit to user

2) Melampirkan fotokopi KTP yang masih berlaku.

3) Pas photo terbaru ukuran 4x6 sebanyak 6 lembar.

KTTP diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Setelah jangka waktu tersebut berakhir, pedagang yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan pembaharuan (herregistrasi) dengan persyaratan seperti pada permohonan KTTP di atas. Akan tetapi mulai tahun 2012, KTTP berlaku untuk 3 (tiga) tahun.

Ibu Mur pedagang los Pasar Ngumbul menyatakan:

“ Di sini nggih semua pedagang harus punya KTPP mbak. Syarate nggih ngisi formulir, fotokopi KTP, foto. Kalo dulu tiap tahun harus buat, tapi sekarang 3 tahun sekali mbak. Biayane pinten nggih mbak . Saya agak lupa, ya sekitar 7500-an.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012)

Hal yang serupa juga disampaikan oleh Ibu Gini pedagang pelataran Pasar Nusukan: “ Oprokan nggih anu mbak, wajib gadah KTPP mbak. Niku kan

dingge tanda pengenal ngoten cirose pegawaine pasar. Kala mbiyen mbayare tiap tahun 2500 mbak, tapi nek sakniki tiga tahun, dadose nggih sekitar 7500 ngoten mbak.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012)

Pemohon harus memenuhi persyaratan-persyaratan dalam mengajukan permohonan KTTP seperti yang terdapat dalam Pasal 5 Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional. Selain itu, biaya dalam pembuatan KTPP juga sudah ditentukan.

commit to user

Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu Wulan selaku Petugas Administrasi Pasar Nusukan: “ Semua pedagang harus punya KTPP. Itu juga sudah ada

ketentuannya di Perda. Biaya KTPP 2.500 per tahun. Tapi kan sekarang per tiga tahun, biayanya jadi 7.500.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012)

Pernyataan di atas dipertegas lagi oleh Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta:

“ Pemohon KTPP juga harus memenuhi syarat-syarat, pemohon harus mengisi blangko yang disediakan Dinas, menyerahkan fotokopi KTP sama pas photo juga. Biaya KTPP sama untuk tiap pedagang. Dulu kan per tahun, biayanya 2.500. Kalo sekarang kan

3 tahun, jadi biayanya 7.500.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)

Untuk memberi gambaran yang jelas tentang KTPP, berikut salah satu contoh KTPP:

Gambar 4.3

Contoh Kartu Tanda Pengenal Pedagang (KTPP)

commit to user

Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembuatan KTTP sudah berjalan dengan efektif. Hal ini dibuktikan dengan setiap pedagang kios atau los maupun pelataran harus memiliki KTPP sebagai kartu tanda pengenal, serta adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pemohon KTPP yang sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional.

c. Balik Nama Hak Penempatan Sesuai dengan Pasal 6 Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional, pedagang pemegang SHP dapat mengajukan balik nama tempat dasaran kepada orang lain atau Badan lain dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Dinas Pengelolaan Pasar.

2) Mengisi blangko yang disediakan Dinas Pengelolaan Pasar.

3) Melampirkan SHP asli.

4) Telah melunasi retribusi.

5) Melampirkan fotokopi KTP yang masih berlaku.

6) Pas photo terbaru ukuran 4x6 sebanyak 6 lembar.

commit to user

7) Melampirkan surat kematian bagi pemohon yang menggantikan pemegang SHP yang telah meninggal dunia.

Bapak Nardi pedagang los Pasar Notoharjo menyatakan: “ Kalo biaya buat balik nama dulu sekitar 575 ribu mbak. Sini kan

luasnya 2 meter mbak. Syaratnya dulu apa ya mbak, suruh ngisi blangko, foto, fotokopi KTP sama SHP mbak.” (wawancara pada tanggal 6 Juni 2012)

Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu Yati pedagang kios Pasar Depok menyatakan: “ Dulu sebelum saya menempati kios ini, kan sebelumnya udah

ada yang makai mbak, jadi ya harus apa ya mbak namanya. Intinya diswalikne dulu, biar kiosnya resmi atas nama saya. Wah, syaratnya banyak mbak. Ya disuruh ngasih keterangan tertulis buat Dinas, trus disuruh ngisi formulir dari Dinas, banyak mbak, suruh bawa foto, trus fotokopi KTP, SHP, yang lain agak lupa mbak . Kalo biayanya kan di sini kiosnya 4 meter, bayarnya sekitar 800 kurang dikit lah.” (wawancara pada tanggal 4 Juni 2012)

Pemohon harus memenuhi persyaratan-persyaratan dalam pengajuan balik nama hak penempatan atau balik nama tempat dasaran seperti yang terdapat dalam Pasal 6 Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional. Selain itu, biaya dalam balik nama hak penempatan atau balik nama tempat dasaran juga sudah ditentukan berdasarkan Pasal 28 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional yaitu sebesar 10% dari taksiran nilai tempat dasaran pasar. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Bapak Nanang Slamet

commit to user

Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta:

“ Untuk balik nama, syarat juga hampir sama seperti yang tadi. Syaratnya yaitu pemberitahuan secara tertulis pada Kepala Dinas, mengisi blangko dari sini, retribusinya lunas, SHP yang asli, pas photo, sama fotokopi KTP. Biayanya perhitungannya 10% kali luasan kali TNTD.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)

Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam balik nama hak penempatan atau balik nama tempat dasaran sudah berjalan dengan efektif. Hal ini dibuktikan dengan setiap pedagang kios atau los yang ingin mengajukan balik nama hak penempatan atau balik nama tempat dasaran harus memenuhi syarat-syarat yang sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional.

Berdasarkan uraian hasil wawancara dan hasil dokumentasi yang diperoleh, maka bila dibandingkan dengan aturan yang ada dapat disimpulkan bahwa dalam penentuan wajib retribusi dalam retribusi pasar sudah efektif. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian antara aturan yang ada dengan kenyataan yang berlangsung di lapangan. Aturan yang ada telah dijalankan sebagaimana mestinya. Selain itu, dalam penentuan wajib retribusi sudah ada prosedur retribusi yang menyulitkan bagi wajib retribusi untuk menyembunyikan

commit to user

hutang retribusinya. Hal tersebut dibantu dengan adanya persyaratan- persyaratan yang ada seperti identitas wajib retribusi yang meliputi SHP dan KTPP yang menjadikan objek retribusi jelas sekali sehingga lebih mudah dalam memungut retribusi dan pembayaran yang bersifat otomatis artinya di dalam pungutan retribusi pasar sudah memuat unsur retribusi lain, seperti pungutan retribusi pasar yang di dalamnya sudah memuat retribusi kebersihan. Identitas tersebut juga dapat dikaitkan dengan sumber-sumber informasi yang lain, yaitu daftar balik nama tempat dasaran dapat digunakan untuk menentukan wajib retribusi pasar. Sehingga dalam hal ini penentuan objek retribusi sudah jelas sekali yang menunjukkan sudah efektif menurut Teori Devas.

2. Penetapan Nilai Kena Retribusi

Menurut Peraturan Walikota Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Pasar, tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan luas tempat dasaran, alokasi beban biaya yang dipikul untuk menyelenggarakan fasilitas pasar berdasarkan atas letak, zona tempat, kelas pasar, luas tempat dasaran dan fasilitas pasar. Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Penetapan Kelas Pasar dan Taksiran Nilai Tempat Dasaran Pasar, tingkat penggunaan jasa tersebut adalah sebagai berikut :

commit to user

Tabel 4.4 Dasar Tingkat Penggunaan Jasa

2. Kurang Terjangkau;

3. Sangat Kurang Terjangkau.

2. Zona Tempat Ketentuan-ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang pada pasar dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci pada tata ruang pasar.

3. Kelas Pasar

1. IA

2. IB

3. IIA

4. IIB

5. IIIA

6. IIIB

4. Luas Tempat Dasaran

1. > 11.000 m 2

2. > 3.500 m 2

3. > 2.000 m 2

4. > 1.000 m 2

5. < 1.000 m 2

5. Fasilitas Pasar

1. Lengkap Sekali

2. Lengkap

3. Kurang Lengkap

Sedangkan struktur dan besarnya tarif retribusi pasar ditetapkan berdasarkan jenis fasilitas yang terdiri dari pelataran, los, kios, letak, zona tempat, kelas pasar, jangka waktu pemakaian, dan pemakaian daya listrik lingkungan.

Hal tersebut senada dengan pernyataan Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta:

commit to user

“ Tarif pemungutan retribusi juga disesuaikan dengan kelas pasar. Tarif pedagang dari pasar yang satu dengan yang lain itu berbeda tergantung kelas pasar. Klas pasar itu ada Klas pasar I, II, dan III. Lalu pedagang menggunakan fasilitas apa, misalnya apa itu los atau kios itu tarifnya berbeda, serta luasan yang dipakai. Jadi itu saling kait mengkait. Terus luasan tempat dasaran yang digunakan, kalau 4 meter dengan yang 6 meter kan berbeda, lebih mahal 6 meter misalnya dengan pasar yang sama. Misalnya Pasar Klewer itu kan tinggi ya, dengan pasar Klas III misalnya Pasar Ngumbul itu berbeda tarifnya karena Klas pasarnya udah lain. Pasar Klas IA dan IB itu juga berbeda tarifnya, disesuaikan dengan TNTD. Jadi kita memakai hitungan tarifnya 0,1 per mil dari TNTD dikali luasan yang dipakai ditambah retribusi kebersihan”. (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)

Berdasarkan Lampiran VI Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah, tarif retribusi pelayanan pasar adalah : Tabel 4.5 Tarif Retribusi Pelayanan Pasar

No.

Jenis

Besarnya Retribusi

1. Pelataran :

a. Pasar Kelas I

b. Pasar Kelas II

c. Pasar Kelas III

Rp. 500,00/m 2 /hari Rp. 300,00/m 2 /hari Rp. 200,00/m 2 /hari

2. Los

0,1 ‰ TNTD

3. Kios

0,1 ‰ TNTD

Sedangkan untuk penetapan TNTD (Taksiran Nilai Tempat Dasaran) pasar di Kota Surakarta berdasarkan lampiran Peraturan Walikota Surakarta Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Petunjuk Retribusi Pelayanan Pasar adalah sebagai berikut :

commit to user

Tabel 4.6

Penetapan Kelas Pasar dan Taksiran Nilai Tempat Dasaran Pasar

No. Nama Pasar

Kelas

Kios (Rp)

Los (Rp)

Singosaren Klewer Legi Nusukan Gede Harjodaksino Jongke Notoharjo Gading Ngarsopuro Sidodadi Purwosari Kadipolo Ledoksari Mojosongo Rejosari Turisari Depok Pucang Sawit Ayu Panggungrejo Cinderamata Triwindu Kembang Kabangan Jebres Tanggul Ayam Kliwon Mebel Penumping Elpabes Ngemplak Bangunharjo

IIIA IIIA IIIA

6.000.000,00 4.600.000,00 3.100.000,00 3.100.000,00 3.100.000,00 2.875.000,00 2.875.000,00 2.875.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.825.000,00 1.825.000,00 1.825.000,00 1.825.000,00 1.825.000,00 1.825.000,00 1.825.000,00 1.825.000,00 1.825.000,00 1.250.000,00 1.250.000,00 1.250.000,00

3.100.000,00 1.870.000,00 1.870.000,00 1.870.000,00 1.870.000,00 1.720.000,00 1.720.000,00 1.720.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00

900.000,00 900.000,00 900.000,00

commit to user

Selain retribusi pasar yang dikenakan berdasarkan tarif tersebut, maka kepada setiap pedagang dan atau pemegang izin dikenakan Retribusi Kebersihan Kota, yaitu :

a. Pasar Kelas I : Rp 30,00/m 2

b. Pasar Kelas II : Rp 15,00/m 2

c. Pasar Kelas III : Rp 10,00/m 2

Sehingga perhitungan retribusi pasar per hari adalah sebagai berikut :

Keterangan : TNTD : Taksiran Nilai Tempat Dasaran RKK : Retribusi Kebersihan Kota

Bapak Sumarno pedagang pelataran Pasar Ngumbul menyatakan: “ Mbayar karcis retribusinya setiap hari mbak. Mbayarnya 450. Sini

mbok’o oprokan tapi luasnya 2 meter mbak.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012)

Sidomulyo Sangkrah Buah Jurug Tunggulsari Mojosongo Perumnas Joglo Bambu Ngumbul Besi Tua

IIIA IIIA IIIA IIIA IIIB IIIB IIIB IIIB IIIB

1.250.000,00 1.250.000,00 1.250.000,00 1.250.000,00 1.050.000,00 1.050.000,00 1.050.000,00 1.050.000,00 1.050.000,00

900.000,00 900.000,00 900.000,00 900.000,00 750.000,00 750.000,00 750.000,00 750.000,00 750.000,00

(0,1 ‰ TNTD x Luas) + RKK

commit to user

Sedangkan Ibu Parmi pedagang los Pasar Tanggul menyatakan: “ Tiap hari bayar retribusi mbak. Itu besarnya 600 tiap hari. Kan sini

losnya 4 meter mbak. Itu udah termasuk bayar kebersihan.” (wawancara pada tanggal 6 Juni 2012)

Hal lain disampaikan oleh Bapak Joko pedagang kios Pasar Notoharjo yang menyatakan: “ Retribusi tiap hari, itu besarnya 1800. Emang mbayar-nya agak

mahal soalnya sini kiosnya pake yang 6 meter mbak.” (wawancara pada tanggal 6 Juni 2012)

Hal tersebut dipertegas oleh Bapak Suryo Kurniawan selaku Petugas Pemungut retribusi pasar di Pasar Nusukan yang menyatakan: “ Tarifnya beda-beda. Kalau di sini kan pasarnya kelas I, TNTD-nya

untuk kios Rp 3.100.000,00 kalau untuk los Rp 1.870.000,00, ngitung tarifnya 0,1 permil kali TNTD dikali luas, lalu ditambah

RKK. Kalau untuk oprokan tarifnya 500 per m 2 ditambah RKK tiap

harinya.” (wawancara pada tanggal 20 Maret 2012)

Berdasarkan hasil dokumentasi yang diperoleh dan uraian hasil wawancara dengan Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE, Bapak Suryo Kurniawan, dan dengan beberapa pedagang di sejumlah pasar, maka bila dibandingkan dengan aturan yang ada dapat disimpulkan bahwa dalam penetapan nilai kena retribusi dalam retribusi pasar sudah efektif. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian antara ketentuan yang ada dengan kenyataan yang berlangsung di lapangan. Selain itu, dalam penetapan nilai retribusi sudah ditentukan dengan cermat dan dengan berbagai pertimbangan. Tarif retribusi pasar juga sudah diketahui dan petugas tidak memiliki wewenang menentukan sendiri, serta ada catatan lain yang dapat digunakan untuk membandingkan

commit to user

nilai terhutang sebenarnya, yaitu jumlah dan jenis tempat dasaran yang ditempati pedagang atau wajib retribusi.

3. Pemungutan Retribusi

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah, retribusi pasar dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. Dokumen tersebut dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan. Setelah dilakukan pemungutan, pejabat atau petugas yang menerima pembayaran retribusi wajib menyetorkan hasil penerimaan retribusi ke Kas Daerah 1x24 jam. Bagi pedagang yang tidak membayar retribusi tepat pada waktunya, maka akan dikenakan sanksi administrasi sebesar 2% setiap bulan dari keseluruhan jumlah retribusi yang harus dibayar dan ditagih dengan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD), hal ini berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Pasar, yang tercantum pada BAB VI Pasal 13 ayat 2.

Bapak Suryo Kurniawan selaku Petugas Pemungut Retribusi Pasar di Pasar Nusukan menyatakan: “ Pemungutan retribusi dilakukan secara harian, ada yang pakai

kartu, ada juga yang pakai karcis. Kalau yang kartu itu buat pedagang los dan kios, sedangkan yang karcis itu buat pedagang oprokan. Di sini belum pernah ada yang nunggak mbak, Alhamdulillah lancar mbak.” (wawancara pada tanggal 20 Maret 2012)

Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Ibu Gini pedagang pelataran di Pasar Nusukan menyatakan: “ Tiap hari mbayar retribusi mbak. Kalau tidak masuk mbayar

besoknya. Nanti dikasih karcis sama petugas.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)

commit to user

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Yati pedagang kios Pasar Depok menyatakan: “ Bayar retribusinya tiap hari mbak. Kalau nunggak belum pernah

mbak . Nanti misal losnya tutup, bayar besoknya.” (wawancara pada tanggal 4 Juni 2012)

Dari uraian wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sejumlah pedagang di atas membayar retribusi setiap harinya menggunakan kartu untuk pedagang los atau kios, dan menggunakan karcis untuk pedagang oprokan. Hal lain disampaikan oleh Ibu Dwi pedagang kios Pasar Klewer yang menyatakan:

“ Kalo saya bayar-nya per bulan mbak. Jadi tiap bulannya saya ditariki , itu besarnya sekitar 56 ribu. Soalnya kiosnya ini ukurannya cuma sedengan , ukurannya 4 meter. Wah, belum pernah nunggak mbak .” (wawancara pada tanggal 6 Juni 2012)

Hal tersebut diperjelas oleh Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yang menyatakan:

“ Kalau untuk cara pemungutannya ya dengan petugas mendatangi dan menagih langsung pedagangnya. Pemungutannya ada yang harian, ada yang bulanan. Los dan pelataran itu tarikannya harian untuk semua kelas dan semua pasar. Khusus untuk kios, ada 2 pasar yang tarikannya bulanan, yaitu Pasar Singosaren dan Pasar Klewer, yang lainnya tarikannya harian. Tanda buktinya kalau yang oprokan itu karcis, kalau buat pedagang kios dan los itu kartu. Jadi tarikannya ada 2 jenis, pakai kartu sama pakai karcis. Kalau sudah terkumpul ya diserahkan ke Bendahara Pasar untuk direkap lalu dibukukan di buku semacam rekapan itu hari ini berapa jumlah uang yang masuk, uang itu diserahkan kepada Petugas Administrasi, dibuatkan nanti Dastad atau Bend 17 sebagai tanda bukti setoran ke Kas Daerah, ditandatangani oleh Lurah Pasar.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)

commit to user

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pemungutan retribusi pasar, dilakukan dengan cara Petugas Pemungut mendatangi langsung pedagang dengan menggunakan tanda bukti kartu untuk pedagang kios atau los dan karcis untuk pedagang pelataran. Pemungutan retribusi pasar untuk los dan pelataran dilakukan setiap hari di semua kelas dan semua pasar. Sedangkan untuk kios, ada yang pemungutannya dilakukan secara bulanan, yaitu khusus untuk Pasar Singosaren dan Pasar Klewer, untuk pasar yang lain pemungutan tetap dilakukan secara harian. Setelah uang hasil pemungutan terkumpul, lalu diserahkan ke Bendahara Pasar untuk dibuat rekapitulasi, dilanjutkan ke Petugas Administrasi untuk dibuatkan Dastad atau Bend17 yang telah ditandatangani oleh Lurah Pasar atau Kepala Pasar sebagai tanda bukti setoran harian ke Kas Daerah.

Berikut ini merupakan alur pemungutan retribusi pasar sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemungutan Retribusi Pasar:

commit to user

Gambar 4.4

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemungutan Retribusi Pasar

Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta

Penjelasan singkat dari proses alur pemungutan Retribusi Pasar, adalah sebagai berikut :

a. Melalui Pihak Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta ditunjuklah beberapa petugas khusus untuk memungut retribusi dari pedagang/Wajib Retribusi di pasar. Petugas pemungut bertugas menarik retribusi dari

Pedagang/ Wajib Retribusi

Pemungut

Retribusi

Bendahara Pasar

Petugas Administrasi

Kepala Pasar

Kas Daerah/ Bank Jateng

Dinas Pengelolaan Pasar

commit to user

pedagang/Wajib retribusi yang terdiri dari pedagang los, pedagang kios, dan pedagang oprokan (pelataran).

b. Uang hasil penarikan diserahkan kepada Bendahara Pasar. Bendahara Pasar bertugas membuat rekapitulasi setoran harian pedagang oprokan (pelataran), los dan kios. Kemudian uang hasil penarikan disetorkan ke Kas Daerah/Bank Jateng oleh Petugas Administrasi. Petugas Administrasi juga bertugas mengirimkan bukti setoran harian pasar (dastad/Bend17) yang telah ditandatangani oleh Kepala Pasar ke Dinas Pengelolaan Pasar.

c. Kas Daerah/Bank Jateng menerima setoran harian pungutan retribusi di masing-masing pasar, serta mengesahkan bukti setoran.

d. Dinas Pengelolaan Pasar bertugas melakukan pembukuan hasil pungutan retribusi pasar; melakukan penyusunan laporan tunggakan dan penerimaan pasar; dan membuat laporan harian, mingguan dan bulanan.

Tata cara pembayaran retribusi telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah dan Peraturan Walikota Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Pasar. Pembayaran retribusi dilakukan secara tunai di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota sesuai waktu yang ditetapkan dengan menggunakan SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah), SSRD (Surat Setoran Retribusi Daerah) atau dokumen lain yang dipersamakan (Bend 17 dan Bend 26).

commit to user

Sedangkan untuk pedagang yang menunggak Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta menyatakan:

“ Pedagang yang nunggak kan ada Perda-nya itu, jadi Wajib Retribusi itu yang tidak membayar retribusi selama 30 hari, sampai dengan pencabutan SHP dan penyegelan. Tapi dengan melalui tahapan-tahapan.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)

Berdasarkan uraian hasil wawancara dan dokumentasi yang diperoleh, maka bila dibandingkan dengan aturan yang ada dapat disimpulkan bahwa dalam pemungutan retribusi sudah efektif. Pemungutan retribusi pasar yang berlangsung di lapangan sudah sesuai dengan ketentuan yang ada, yaitu sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemungutan retribusi pasar. Hal tersebut juga didukung oleh adanya ancaman hukuman yang cukup berat atas kelalaian membayar retribusi dan ada kemungkinan ditegaskan sehingga dapat berlaku sebagai alat untuk menakut-nakuti.

4. Penegakan Sistem Retribusi

Penegakan sistem retribusi pasar bagi Wajib Retribusi yang belum memenuhi kewajibannya sudah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah dan Peraturan Walikota Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Pasar. Walikota dapat menerbitkan STRD (Surat Tagihan Retribusi Daerah) apabila retribusi dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar. Jumlah kekurangan retribusi yang terutang dalam STRD ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% setiap bulan untuk paling lama 15 bulan sejak terutangnya retribusi. SKRD dan STRD yang menyebabkan jumlah retribusi

commit to user

yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan retribusi dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. Penagihan retribusi terutang didahului dengan Surat Teguran.

Bapak Agus Triyono selaku Petugas Pemungut di Pasar Tanggul menyatakan: “ Di sini yang nunggak los, kios maupun oprokan tidak ada. Kalau

sampai ada yang nunggak, ada SP I, II, dan III. Kalau sampai disegel itu ada jangka waktunya .” (wawancara pada tanggal 22 Maret 2012)

Lain halnya dengan Ibu Sumi pedagang kios Pasar Depok yang menyatakan: “ Nggih kala mbiyen pernah nunggak mbak. Niku pas kula ne sakit.

Gek nggih pripun mbak, mboten wonten sing nggenteni kok . Retribusine nggih tetep mlampah niku, kan kula nganggene kios. Dadose nggih dietung nunggak . Trus kula mbayar tunggakane niku nggih pas petugase mriki, nariki kalih sisan mbayar sing dinten niku. Kala mbiyen nggih disukani surat niku mbak.” (wawancara pada tanggal 4 Juni 2012)

Hal tersebut diperjelas oleh Bapak Daliman selaku Lurah Pasar Depok menyatakan: “ Yang nunggak dipanggil, dikasih Surat Peringatan, SP I, SP II, SP

III, baru punishment atau tindakan. Itu kalau tunggakannya besar, tapi kalau tunggakannya kecil ya musyawarah dulu. ” (wawancara pada tanggal 26 Maret 2012)

Lebih lanjut Bapak Daliman selaku Lurah Pasar Depok menyatakan: “ Ya paling tidak 1 atau 2 orang ada lah mbak pedagang yang

nunggak . Jadi nanti dihitung berapa hari pedagangnya nunggak. Trus nanti ditagih sama petugas pemungut, di kios apa losnya biar langsung dibayar sama pedagangnya. Jadi biar tunggakannya nggak numpuk .” (wawancara pada tanggal 26 Maret 2012)

commit to user

Hal tersebut juga diperjelas oleh Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yang menyatakan:

“ Pedagang yang nunggak kan ada Perda-nya itu. Jadi Wajib Retribusi itu yang nggak mbayar retribusi selama 30 hari, sanksi, sampai dengan pencabutan SHP dan penyegelan tapi dengan melalui tahapan-tahapan, tidak langsung kita segel. Ada yang namanya pemberitahuan dulu ke pedagang kalau sampeyan punya tunggakan, terus kita panggil. Jika dari pemberitahuan tidak ada respon, 1 minggu kita luncurkan surat pemanggilan. Jika tidak ada respon lagi, kita luncurkan SP I, seminggu lagi tidak ada respon kita luncurkan SP II, tidak ada lagi kita luncurkan SP III. Dalam waktu itu Wajib Retribusi dikenai sanksi administrasi berupa bunga atau denda sebesar 2% tiap bulannya. Nagihnya pakai STRD yang dikeluarkan Walikota. Jika dari tahapan-tahapan itu tetap nggak ada respon, maka baru kita lakukan pemberitahuan penyegelan. Jadi ada

6 tahapan, masing-masing tahapan 1 minggu. Jadi tidak serta merta mereka nunggak langsung kita segel, tapi melalui tahapan-tahapan itu.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)

Berdasarkan hasil dokumentasi dan uraian hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa penagihan retribusi terutang dilakukan menggunakan STRD (Surat Tagihan Retribusi Daerah) yang didahului dengan Surat Teguran. Wajib Retribusi yang menunggak selama 30 hari dikenai sanksi sampai dengan pencabutan SHP dan penyegelan tetapi dengan melalui tahapan-tahapan. Sebelumnya ada pemberitahuan dari Dinas Pengelolaan Pasar kepada Wajib Retribusi yang menunggak. Apabila dari pemberitahuan tersebut tidak ada respon, dalam jangka waktu 1 minggu Dinas Pengelolaan Pasar akan mengeluarkan Surat Pemanggilan. Apabila dari Surat Pemanggilan tersebut juga tidak ada respon, maka dalam jangka waktu 1 minggu Dinas Pengelolaan Pasar akan mengeluarkan Surat Peringatan I. Apabila dari Surat Peringatan I tersebut juga tidak ada respon lagi, maka dalam jangka waktu 1

commit to user

minggu Dinas Pengelolaan Pasar akan mengeluarkan Surat Peringatan II, sampai Surat Peringatan III apabila tidak ada respon lagi setelah jangka waktu

1 minggu Surat Peringatan II dikeluarkan. Dalam jangka waktu tersebut, Wajib Retribusi yang menunggak dikenai sanksi administratif berupa bunga atau denda sebesar 2% setiap bulannya. Apabila dari tahapan-tahapan tersebut tidak ada respon, maka Dinas Pengelolaan Pasar baru akan melakukan pemberitahuan penyegelan. Dengan demikian, bila dibandingkan dengan aturan yang ada dapat disimpulkan bahwa dalam penegakan sistem retribusi dalam retribusi pasar sudah efektif. Dalam penegakan sistem retribusi, petugas dapat melakukan penyegelan yang menunjukkan bahwa pemerintah tidak main-main dan benar-benar tegas dalam menjalankan peraturan.

5. Pembukuan Penerimaan

Tugas masing-masing dari petugas atau pejabat yang terlibat dalam penarikan retribusi terkait dengan pembukuan penerimaan menurut Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah sebagai berikut:

a. Pemungut Retribusi, memiliki tugas membuat rekapitulasi los dan kios per blok, serta karcis oprokan.

b. Bendahara Pasar, memiliki tugas membuat rekapitulasi setoran harian oprokan, los, dan kios.

c. Petugas Administrasi, memiliki tugas:

1) Membuat Manstad (karcis oprokan, los, dan kios)

2) Membuat buku Kas Umum

3) Membuat Dastad/Bend 17 (setoran harian)

commit to user

4) Menyetorkan hasil pungutan pasar ke Kas Daerah (Bank Jateng)

5) Mengirimkan bukti setoran ke Dinas Pengelolaan Pasar

d. Kepala Pasar, memiliki tugas menandatangani bukti setoran harian pasar (dastad/Bend 17).

e. Bank Jateng, memiliki tugas menerima setoran harian pungutan retribusi pasar di masing-masing pasar dan mengesahkan bukti setoran.

f. Dinas Pengelolaan Pasar, memiliki tugas:

1) Melakukan pembukuan hasil penagihan atau pungutan pasar

2) Melakukan penyusunan laporan tunggakan dan penerimaan pasar

3) Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan Prosedur pembukuan yang baik dibutuhkan agar semua retribusi yang

dipungut petugas retribusi benar-benar dibukukan dan masuk Kas Daerah. Dari Standar Operasional Prosedur (SOP) penarikan retribusi pasar dapat diperoleh alur pembukuan sebagai berikut:

a. Uang hasil tarikan retribusi oleh petugas pemungut diserahkan kepada Bendahara Pembantu Pasar. Bendahara Pembantu Pasar bertugas membuat rekapitulasi setoran harian pedagang oprokan (pelataran), los dan kios. Kemudian uang hasil tarikan disetorkan ke Kas Daerah/ Bank Jateng menggunakan tanda bukti setoran Bend17 dan Dastad yang ditandatangani oleh Kepala Pasar. Setelah itu, Petugas Administrasi menyetorkan hasil tarikan retribusi harian tersebut ke Kas Daerah/Bank Jateng.

b. Kas Daerah/Bank Jateng menerima setoran harian pungutan retribusi di masing-masing pasar, serta mengesahkan bukti setoran.

commit to user

c. Dinas Pengelolaan Pasar bertugas melakukan pembukuan hasil pungutan retribusi pasar; melakukan penyusunan laporan tunggakan dan penerimaan pasar; dan membuat laporan harian, mingguan dan bulanan.

Bapak Agus Triyono selaku Petugas Pemungut di Pasar Tanggul menyatakan: “ Setelah retribusi pasar terkumpul langsung disetorkan ke Bank

Jateng. Waktunya 1x24 jam, kecuali kalau hari libur. Kalau akhir tahun atau tutupan tahun tarikan langsung disetorkan. Kalau di sini kan pasarnya agak kecil, petugasnya terbatas. Jadi tugas saya banyak, selain menjadi Petugas Pemungut, juga menjadi Bendahara Pasar. Tugasnya ya agak serabutan, tiap hari harus buat rekap setoran harian los, kios, sama oprokan, per bloknya juga.” (wawancara pada tanggal 22 Maret 2012)

Hal senada disampaikan oleh Ibu Wulan selaku Petugas Administrasi Pasar Nusukan yang menyatakan: “ Kalau tugas saya sebagai Petugas Administrasi itu banyak dek. Ya

seperti membuat manstad, buku kas umum, Bend17, lalu setoran ke Bank Jateng. Itu buat-nya tiap hari. Nah di situ bukti setorannya dikirim ke Dinas Pengelolaan Pasar sebagai tanda bukti. Jadi urutannya, dari pedagang dipungut retribusi sama petugas pemungut, lalu dibikin rekapannya. Kalau sini kan mungut-nya udah siang, jadi setorannya besok pagi. Yang penting nggak lebih dari 1x24 jam.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012)

Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Sudarno selaku Lurah Pasar Nusukan yang menyatakan: “ Kalau sudah dilakukan pemungutan lalu uangnya disetor ke Kas

Daerah. 1x24 jam, hari ini narik, besok pagi harus sudah disetorkan. Kalau tugas yang terkait pembukuan ya menandatangani bukti setoran harian pasar mbak.” (wawancara pada tanggal 20 Maret 2012)

commit to user

Hal tersebut diperjelas oleh Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yang menyatakan:

“ Alur buat setoran, dari pedagang kan sudah ada tarif retribusinya. Dari petugas pemungut melakukan pemungutan, uang tersebut diserahkan kepada petugas administrasi, dan dibukukan atau direkap di buku semacam rekapan itu hari ini berapa jumlah uang yang masuk. Uang itu diserahkan kepada Kas Bendahara Pembantu dibuatkan nanti daftar ataupun Bend 17 sebagai tanda bukti setoran ke Bank Jateng, ditandatangani sama Lurah Pasar. Di Bend 17 ada tembusan ke DPP, DPP nanti kroscek ke Kas Daerah/Bank Jateng. ” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)

Ibu Ratih selaku Customer Service (CS) Bank Jateng Kantor Cabang Kota Surakarta menyatakan: “ Iya mbak, retribusi pasar disetorkan ke sini. Trus direkap, lalu

dilaporkan ke DPPKAD, Dinas Pengelolaan Pasar dan Keuangan Pemkot. Itu waktunya 1x24 jam. Kalo soal keterlambatan, belum pernah terjadi. Lancar dan rutin.” (wawancara pada tanggal 3 Mei 2012)

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil dokumentasi yang diperoleh, maka bila dibandingkan dengan aturan yang ada dapat disimpulkan bahwa dalam pembukuan penerimaan dalam retribusi pasar sudah efektif. Retribusi pasar yang dipungut lalu dibukukan secara cermat dan melalui tahap-tahap untuk mencegah kebocoran hasil retribusi. Selain itu, juga terdapat laporan teratur mengenai target dan realisasi retribusi pasar sehingga dapat mengungkapkan kendala-kendala yang dihadapi petugas dalam sistem pemungutan retribusi yang dijalankan.

commit to user