Kemelut Terulang Kembali

4.11. Kemelut Terulang Kembali

K etika Prof. Dr. Amudi Pasaribu, MSc memasuki masa jabatan yang kedua diharapkan bahwa universitas akan semakin berkembang

lagi mengingat apa yang telah dicapai pada masa jabatan yang pertama. Masa jabatan kedua diharapkan akan menjadi masa “lepas landas” untuk mencapai kecemerlangan. Mengejar kecemerlangan merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai pada masa jabatan kedua ini karena dasarnya sudah diletakkan pada masa jabatan pertama. Namun sebelum berakhir masa jabatan yang kedua telah mulai muncul riak-riak di Universitas HKBP Nommensen. Diketahui juga bahwa pada saat itu telah muncul suara-suara di kalangan Parhalado Pusat yang nadanya agaknya tidak lagi menyukai pimpinan universitas yang sudah melewati separoh dari masa jabatannya yang kedua itu. Sementara itu Dewan Pengurus Yayasan (Depeya) masih berharap agar Rektor dapat menjalankan sisa masa jabatannya demi pencapaian tujuan yang telah digariskan. Oleh karena itulah dalam rapat pleno tanggal 28 dan 29 Oktober 1987, Ketua Depeya mengemukakan kepada Pucuk Pimpinan HKBP yang hadir selaku ketua kehormatan, bahwa apabila Rektor Universitas HKBP Nommensen tidak lagi dikehendaki oleh Parhalado Pusat, sebaiknya diberikan bukti-bukti agar yang bersangkutan dapat diberhentikan. Menurut Depeya bahwa “sangat sukar memberhentikan seorang pejabat berdasarkan tuduhan- lagi mengingat apa yang telah dicapai pada masa jabatan yang pertama. Masa jabatan kedua diharapkan akan menjadi masa “lepas landas” untuk mencapai kecemerlangan. Mengejar kecemerlangan merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai pada masa jabatan kedua ini karena dasarnya sudah diletakkan pada masa jabatan pertama. Namun sebelum berakhir masa jabatan yang kedua telah mulai muncul riak-riak di Universitas HKBP Nommensen. Diketahui juga bahwa pada saat itu telah muncul suara-suara di kalangan Parhalado Pusat yang nadanya agaknya tidak lagi menyukai pimpinan universitas yang sudah melewati separoh dari masa jabatannya yang kedua itu. Sementara itu Dewan Pengurus Yayasan (Depeya) masih berharap agar Rektor dapat menjalankan sisa masa jabatannya demi pencapaian tujuan yang telah digariskan. Oleh karena itulah dalam rapat pleno tanggal 28 dan 29 Oktober 1987, Ketua Depeya mengemukakan kepada Pucuk Pimpinan HKBP yang hadir selaku ketua kehormatan, bahwa apabila Rektor Universitas HKBP Nommensen tidak lagi dikehendaki oleh Parhalado Pusat, sebaiknya diberikan bukti-bukti agar yang bersangkutan dapat diberhentikan. Menurut Depeya bahwa “sangat sukar memberhentikan seorang pejabat berdasarkan tuduhan-

Pada akhir tahun 1987 telah mulai terjadi keributan di kampus Medan. Mahasiswa dan dosen melakukan aksi dengan memasang poster atau spanduk. Mereka relatif tertib untuk menjalankan aksi-aksi “damai” agar kampus dan sivitas akademika tidak ternoda dengan penggalangan aksi-aksi yang tidak manusiawi. Ada yang mendukung kepemimpinan Rektor serta mencela Pimpinan HKBP dan sebaliknya ada juga yang mendukung Pimpinan HKBP dan mencela Rektor. Sementara itu Rektor merasa semakin tidak tahan lagi terhadap tekanan-tekanan bathin yang dideritanya. Oleh karena itu tanggal 3 Agustus 1988 Prof. Dr. A. Pasaribu melalui suratnya yang ditujukan kepada Depeya Universitas HKBP Nommensen, mengajukan permohonan berhenti sebagai Rektor. Namun demikian Depeya meminta beliau untuk tetap melaksanakan tugasnya sambil menunggu pengangkatan Rektor yang baru.

Sinode Godang yang berlangsung pada Nopember 1988 juga membahas kemelut yang terjadi itu. Sinode Godang dalam keputusannya tanggal 15 Nopember 1988, antara lain mencantumkan tentang pemberhentian Prof. Dr. A. Pasaribu sebagai Rektor, hal mana sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar yang menyatakan bahwa Rektor Universitas HKBP Nommensen diberhentikan oleh Sinode Godang tersebut. Selanjutnya Depeya mengadakan rapat pleno tanggal

17 Januari 1989, untuk membicarakan permintaan berhenti dengan 17 Januari 1989, untuk membicarakan permintaan berhenti dengan

Setelah mengadakan pembahasan yang meluas dan mendalam dengan memperhatikan saran-saran dari Senat Universitas HKBP Nommensen, maka Depeya Universitas HKBP Nommensen mengambil keputusan untuk mengajukan 3 orang calon Rektor kepada Pucuk Pimpinan HKBP. Ketiga-tiga orang yang diusulkan adalah: (1) Firman P.A. Siregar, MASc, (2) O.H.S. Purba, MA, MSc, dan (3) J. Lumbantobing, MA. Usulan tersebut dituangkan dalam surat Depeya No. 039/ DEPEYA/ A/I/1989 tanggal 18 Januari 1989. Sesungguhnya ketiga-tiga nama yang diajukan Depeya tersebut, juga sudah digodok oleh kelompok-kelompok yang ada di universitas, misalnya dari kalangan dosen termasuk mahasiswa, baik yang masuk dalam senat maupun diluar senat. Ternyata, tidak seorang pun dari antara ketiga-tiga nama yang diajukan dipilih menjadi Pejabat Rektor. Pucuk Pimpinan HKBP dengan suratnya No. 545/YU/1989 tanggal 21 Pebruari 1989 malah meminta tambahan calon-calon Rektor. Usulan demi usulan dibuat namun tidak ada yang diangkat untuk menjadi Rektor atau Pejabat Rektor. Dalam rapat pleno Dewan Pengurus Yayasan Universitas HKBP Nommensen tanggal 22 April 1989, Prof. Dr. Amudi Pasaribu kembali mengemukakan maksudnya untuk diberhentikan dari jabatan Rektor. Oleh karena sudah berkali-kali diajukan, maka dalam rapat pleno tanggal 27 April 1989, Dewan Pengurus Yayasan Universitas HKBP Nommensen secara aklamasi menerima permohonan tersebut. Dan dalam rapat pleno itu juga disepakati untuk mengangkat

Drs. B. Napitupulu, yang saat itu masih menjabat Pembantu Rektor III, menjadi Pejabat Sementara (Pjs) Rektor Universitas HKBP Nommensen sambil menunggu pengangkatan Rektor yang definitif.

Pengangkatan Drs. B. Napitupulu menjadi Pjs. Rektor dituangkan dalam keputusan Dewan Pengurus Yayasan Universitas HKBP Nommensen No. 066/DPY/IV/1989 tanggal 27 April 1989. Sehubungan dengan itu Pjs. Rektor pada tanggal 28 April 1989 segera menyurati rekan-rekannya di Rektorat, yaitu Firman. P.A. Siregar, MASc (ketika itu Pembantu Rektor I) dan Drs. Toga S.S. Sirait (ketika itu Pembantu Rektor II) agar mereka tetap menempati jabatan masing-masing dan melaksanakan tugas-tugasnya sebagai Pembantu Rektor. Drs. B. Napitupulu memegang jabatan sebagai Pjs. Rektor sekaligus merangkap Pembantu Rektor III untuk sementara waktu. Masa pejabat sementara ini berlangsung sekitar empatbelas bulan, hampir sama dengan masa yang diemban oleh O.H.S. Purba, MA, MSc untuk jabatan yang sama sekitar sepuluh tahun sebelumnya.

Sesudah Pjs. Rektor diangkat, situasi kampus dalam masa sekitar satu tahun dapat dikatakan agak tenang walaupun selalu ada pihak- pihak yang merasa tidak senang dengan pimpinan ini. Proses belajar- mengajar mulai berjalan dengan lebih baik. Pada masa ini pimpinan universitas berusaha agar jurusan-jurusan yang ada di lingkungan Universitas HKBP Nommensen dapat ditingkatkan statusnya. Pada masa itulah Jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi meningkat statusnya dari status “diakui” menjadi status “disamakan”.