27
dipanaskan dalam oven pada suhu 105°C sampai diperoleh bobot tetap.Kadar sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes, RI.,
1995.
3.8.5 Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Sebanyak 5 g serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mletanol 80 dengan menggunakan botol tersumbat sambil sesekali dikocok
selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring. Sebanyak 20 mlfiltrat diuapkan hingga kering dalam cawan berdasar rata yang telah
dipanaskan dan ditara.Residu dipanaskan dalam oven pada suhu 105°C sampai diperoleh bobot tetap.Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang
telah dikeringkan Depkes, RI., 1995.
3.8.6 Penetapan kadar abu total
Sebanyak 2,5 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama,dimasukkan ke dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara,
kemudian diratakan. Krus porselin bersama isinya dipijarkan perlahan hingga arang habis, didinginkan, ditimbang sampai diperoleh bobot yang tetap.Kadar
abudihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes, RI., 1995.
3.8.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadarabu total didihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut asam dikumpulkan,
disaring dengan kertas saring, lalu cuci dengan air panas. Residu dan kertas saring dipijarkan sampai diperoleh bobot yang tetap, dinginkan, dan ditimbang
beratnya.Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes, RI., 1995.
Universitas Sumatera Utara
28
3.9Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 80. Cara kerja :
Sebanyak 500 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 75 bagian pelarut 3750 ml etanol 80, dimasukkan ke dalam bejana bertutup dan dibiarkan pada
suhu kamar selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, kemudian setelah 5 hari hasil maserasi disaring dan diperas. Ampas ditambah dengan cairan
penyari etanol 80 hingga diperoleh 100 bagian 5 L maserat kemudian dibiarkan di tempat sejuk dan terlindung dari cahaya selama 2 hari dan
dienaptuangkan. Seluruh maserat digabungkan diuapkan dengan alat rotary evaporator pada temperatur kurang lebih 40°C dan diperoleh ekstrak etanol kental
kemudian dikeringkan dengan freeze dryer Ditjen POM RI, 1995.
3.10Pembuatan Fraksi n-Heksana dan Fraksi Etilasetat
Pembuatan fraksi-fraksi dilakukan ekstraksi cair-cair ECC menggunakan pelarut n-heksana dan etilasetat. Sebanyak 10 g ekstrak etanol ditambahkan 40 ml
etanol dan 100 ml air suling dihomogenkan, dimasukkan kedalam corong pisah, diekstraksi dengan 50 mln-heksana, dikocok, didiamkan sampai terbentuk 2
lapisan yaitu fraksi n-heksana dan fraksi air. Fraksi n-heksana dikumpulkan dan difraksinasi sampai lapisan n-heksana jernih.Fraksi air lalu diekstraksi dengan 50
ml etilasetat, dikocok, didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan yaitu fraksi etilasetat dan fraksi air.Fraksi etilasetat dikumpulkan dan fraksinasi dilakukan sampai
lapisan etilasetat jernih.Fraksi n-heksana dan etilasetat diuapkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrakkental Harborne, 1987.
Universitas Sumatera Utara
29
3.11Pembuatan Larutan Uji dengan Berbagai Konsentrasi
Ekstrak etanol buah babal ditimbang 2 g kemudian dilarutkan dengan pelarut DMSO hingga 4 ml maka konsentrasi ekstrak adalah 500 mgml. Larutan
tersebut diencerkan kembali dengan pelarut DMSO sehingga didapat konsentrasi 400 mgml; 300 mgml; 200 mgml; 100 mgml; 75 mgml; 50 mgml; 25 mgml;
20 mgml; 15 mgml; 12,5 mgml; 10 mgml;5 mgml. Dilakukan prosedur yang sama untuk fraksi n-heksana dan fraksi etilasetat.
3.12Pembiakan Bakteri 3.12.1 Pembuatan stok kultur bakteri
Suatu koloni bakteri diambil dengan menggunakan jarumose kecil. Koloni bakteri tersebut kemudian ditanamkan pada media nutrient agar miring
dengancara menggores dan diinkubasi dalam inkubator pada suhu 36±1°C selama 24jam.
3.12.2 Penyiapan inokulum bakteri