33
internal abu fisiologis yang berasal dari jaringan tanaman itu sendiri yang terdapat di dalam sampel. Kadar abu tidak larut asam untuk menunjukkan jumlah
silikat, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida WHO, 1992. Penetapan kadar abu pada simplisia buah babal
menunjukkan kadar abu total sebesar 9,16 dan kadar abu tidak larut dalam asam sebesar
0,32
. Monografi simplisia buah babal tidak terdaftar di buku Materia Medika
Indonesia MMI, sehingga perlu dilakukan pembakuan secara nasional mengenai parameter karakterisasi simplisia buah babal.Hasil perhitungan karakterisasi
simplisia buah babalmeliputi penetapan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu dan kadar abu tidak larut asam dapat dilihat pada Lampiran
9 halaman 51-54.
4.3 Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi
Hasil ekstraksi 500 g simplisia buah babalsecara maserasi menggunakan pelarut etanol 80 diperoleh ekstrak etanol buah babal sebanyak 87,30g.
Kemudian dilakukan ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut n-heksana dan air, 60 g ekstrak diperoleh fraksi n-heksana 16,26 g. Lalu fraksi air di fraksinasi
dengan etilasetat sehingga diperoleh fraksi etilasetat 14,83 g. Ekstrak etanol, fraksi n-heksana dan etil asetat yang diperoleh diskrining fitokimia dan diuji
aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
4.4 Hasil Skrining Fitokimia
Penentuan golongan senyawa kimia simplisia, ekstrak etanol, fraksi n- heksana dan fraksi etilasetat dilakukan untuk mendapatkan informasi
Universitas Sumatera Utara
34
golongansenyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalamnya.Adapun pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan golongan senyawa alkaloid,
glikosida,glikosida antraquinon,triterpenoidsteroid, flavonoid, tanin
dan saponin.Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia, ekstrak etanol, fraksi n-heksana
dan etilasetatbuah babaldapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia, ekstrak dan fraksibuah babal
No. Parameter
Serbuk simplisia
Ekstrak etanol
Fraksi n- heksana
Fraksi etilasetat
1. Alkaloid
- -
- -
2. Flavonoid
+ +
- +
3. Glikosida
+ +
- +
4. Glikosida antrakinon
- -
- -
5. Saponin
+ +
- +
6. Tanin
+ +
- +
7. Triterpenoidsteroid
+ +
+ -
Keterangan: + positif : mengandung golongan senyawa
- negatif : tidak mengandung golongan senyawa
Hasil skrining serbuk simplisia dan ekstrak etanol menunjukkan hasil positif pada senyawa polar, semipolar dan non polar yaitu flavonoid, glikosida,
saponin, tanin dan triterpenoidsteroid.Fraksin-heksana hanya mengandung senyawa nonpolar yaitu triterpenoidsteroid dan fraksi etilasetat mengandung
senyawa polar dan semipolar seperti flavonoid, glikosida, saponin dan tanin. Senyawa metabolit sekunder seperti senyawa flavonoida, saponin dan
steroidatriterpenoid merupakan senyawa kimia yang memiliki potensi sebagai antibakteri dan antivirus Robinson, 1995.
4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksana dan Fraksi Etilasetat Buah Babal
Penentuan aktivitas antibakteri EEB, FHB dan FEB dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar dengan menggunakan pencadang
Universitas Sumatera Utara
35
kertas.Diameter zona hambatan di sekitar pencadang kemudian diukur dan digunakan untuk mengukur kekuatan hambatan sampel terhadap bakteri yang
diuji.Metode ini dipilih karena lebih praktis namun tetap dapat memberikan hasil yang diharapkan.
Hasil uji aktivitas antibakteri EEB, FHBdan FEB dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.Aktivitas
suatuzat antimikroba dalam menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme yaitutergantung pada konsentrasi dan jenis bahan antimikroba
tersebut Tim Mikrobiologi FK Brawijaya, 2003.
Tabel 4.3Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus No.
Konsentrasi mgml
Diameter Daerah Hambatan mm Ekstrak
Etanol Fraksi
n- Heksana Fraksi
Etilasetat 1.
500 18,9
14,27 20,9
2 400
17,33 11,0
20,77 3
300 16,4
9,9 18,7
4 200
15,37 9,7
16,9 5
100 14,13
9,2 16,53
6 75
14,0 9,0
14,53 7
50 12,6
8,77 14,17
8 25
12,27 8,6
12,4 9
20 10,5
8,43 10,63
10 15
9,7 7,97
10,27 11
12,5 8,26
- 9,5
12 10
- -
8,33 13
5 -
- -
14 Blanko DMSO
- -
- Keterangan :
D = Diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri tiga
pengulangan -
= Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri DMSO = Dimetilsulfoksida
Universitas Sumatera Utara
36
Tabel 4.4 Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan
bakteriEscherichia coli
No. Konsentrasi
mgml Diameter Daerah Hambatan mm
Ekstrak Etanol
Fraksi n- Heksan
Fraksi Etilasetat
1. 500
18,33 13,43
19,63 2
400 17,4
9,97 18,13
3 300
15,53 9,53
16,27 4
200 14,3
9,23 16,03
5 100
14,07 9,13
14,1 6
75 12,9
8,97 13,43
7 50
11,77 8,67
11,5 8
25 11,5
8,53 11,0
9 20
10,27 8,4
10,17 10
15 9,9
7,83 9,93
11 12,5
8,33 -
9,47 12
10 -
- 8,3
13 5
- -
- 14
Blanko DMSO -
- -
Keterangan : D = Diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri tiga
pengulangan -
= Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri DMSO = Dimetilsulfoksida
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol, fraksi n-heksana dan fraksi
etilasetat diperoleh Konsentrasi Hambat Minimum KHM ekstraketanol terhadap
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah 12,5mgml dengan rata-rata diameter hambatnya berturut-turut sebesar 8,26 mm dan 8,33 mm. Fraksi
n-heksanadiperoleh Konsentrasi Hambat Minimum terhadap
bakteriStaphylococcus aureus danEscherichiacoli adalah 15 mgml dengan rata- rata diameter hambatnya berturut-turut sebesar 7,97 mm dan 7,83 mm. Pada
fraksietilasetat diperoleh
Konsentrasi Hambat Minimum terhadap bakteriStaphylococcus aureus danEscherichiacoli adalah 10 mgml dengan rata-
rata diameter hambatnya berturut-turut sebesar 8,33 mm dan 8,3 mm. Berdasarkanpengukuran Konsentrasi HambatMinimun KHM yaitu
Universitas Sumatera Utara
37
fraksietilasetat buah babal menunjukkan aktivitas antibakteri yang terbesar dalammenghambat
Staphylococcus aureus
danEscherichiacoli. Hal ini
dikarenakan metabolit sekunder yang terkandung dalam fraksi etilasetat adalah senyawa glikosida, flavonoida, saponin dan tanin yang dapat bekerja sebagai
antibakteri dan merupakan senyawa yang lebih murni hasil pemisahan senyawa etanol sehingga mempunyai aktivitas penghambatan yang lebih besar.
Senyawa flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas
membran sel bakteri. Senyawa terpenoid sebagai antibakteri adalah bereaksi dengan porin protein transmembran pada membran luar dinding sel bakteri,
membentuk ikatan polimer yang kuat shingga mengakibatkan rusaknya porin Cowan, 1999.Saponin termasuk dalam kelompok antibakteri yang mengganggu
permeabilitas membran sel bakteri, yang mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri
yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida Ganiswarna, 1995.Senyawa tanin merupakan senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan yang bersifat sebagai
antibakteri, memiliki kemampuan menyamak kulit dan juga dikenal sebagai astringensia Robinson, 1995.
Perbedaan aktivitas antibakteri antara ekstrak etanol dan fraksi etilasetat buah babal diperoleh daya hambat fraksi etilasetat lebih besar dibanding ekstrak
etanol dikarenakan pelarut etanol merupakan pelarut universal yang dapat melarutkan hampir sebagian besar komponen senyawa yang terkandung dalam
ekstrak Kusmiyati dan Agustini, 2007.Hal ini menyebabkan aktivitas flavonoid kurang maksimal bekerja, kemudian ekstrak kasar tersebut dilakukan pemisahan
senyawa lanjut, dan dihasilkan senyawa antibakteri murni yang mempunyai
Universitas Sumatera Utara
38
aktivitas penghambatan lebih besar.Sedangkan pada fraksi n-heksana menunjukkan daya hambat terendah, diduga senyawa steroid berkurang selama
proses pengerjaan, ini menyebabkan aktivitasnya sebagai antibakteri kurang kecil dibanding ekstrak etanol dan fraksi etilasetat Harborne, 1987. Menurut
Naufalin, et al., 2005, adanya minyak dan lemak yang terkandung pada ekstrak n-heksana dapat mengganggu aktivitas antibakteri. Minyak dan lemak
mengganggu proses difusi dan melindungi bakteri dari senyawa antibakteri sehingga tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bakteri Staphylococcus aureus memberikan diameter hambat lebih besar dibandingkan dengan bakteri
Escherichia coli.Menurut Volk dan Wheller 1993, perbedaan diameter daerah hambat pada bakteri gram positif dengan bakteri gram negatif tersebut terjadi
karena kedua bakteri uji tersebut memilki komposisi dan struktur dinding sel yang berbeda sehingga mengakibatkan bakteri gram positif lebih rentan terhadap
senyawa-senyawa kimia dibandingkan gram negatif. Struktur dinding sel bakteri gram positif lebih sederhana, yaitu berlapis tunggal dengan kandungan lipid yang
rendah 1 - 4 sehingga memudahkan bahan bioaktif masuk ke dalam sel. Struktur dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks, yaitu berlapis tiga terdiri
dari lapisan luar lipoprotein, lapisan tengah lipopolisakarida yang berperan sebagai penghalang masuknya bahan bioaktif antibakteri dan lapisan dalam
berupa peptidoglikan dengan kandungan lipid tinggi 11 - 12.
Universitas Sumatera Utara
39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN